news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Hipertermia: Jenis, Gejala, hingga Cara Mengobatinya

Konten Media Partner
14 November 2022 16:50 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hipertermia adalah kondisi ketika suhu tubuh naik melebihi angka normal. Foto: Pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Hipertermia adalah kondisi ketika suhu tubuh naik melebihi angka normal. Foto: Pexels.com
ADVERTISEMENT
Hipertermia adalah gangguan pada tubuh yang ditandai dengan naiknya suhu tubuh di atas batas normal. Meskipun memiliki gejala yang sama, kondisi ini berbeda dengan demam.
ADVERTISEMENT
Hipertermia biasanya terjadi ketika sistem pengaturan suhu tubuh mengalami gangguan akibat faktor-faktor luar yang menyebabkan suhu dalam tubuh naik. Hipertermia merupakan kebalikan dari kondisi hipotermia yang mana hipotermia terjadi ketika menurunnya suhu tubuh di bawah batas normal.
Untuk mengetahui lebih banyak tentang kondisi hipertermia, simak penjelasan mengenai hipertermia, mulai dari definisi, gejala, penyebab, dan penangannya di bawah ini.

Apa Itu Hipertermia?

Dikutip dari Prevalence and Prognosis of Fever Symptoms, Hypo-, and Hyperthermia in Unselected Emergency Patients oleh Alexandra Malinovska, hipertermia adalah kondisi ketika suhu tubuh terlalu tinggi. Hal ini bisa terjadi karena tubuh terlalu banyak menyerap atau memproduksi panas lebih banyak daripada biasanya.
Pada kondisi normal, tubuh memiliki suhu rata-rata sebesar 36.1-37.2 °C. Namun, ketika hipertermia terjadi, suhu tubuh berubah hingga mencapai 37-38.3 °C atau lebih.
ADVERTISEMENT
Hipertermia biasanya dianggap sebagai kondisi tubuh yang kelelahan dalam menangani kondisi panas dan lembab. Sebagian besar bentuk hipertermia bukanlah masalah yang serius dan dapat dicegah.
Hipertermia sendiri berbeda dengan demam. hipertermia terjadi karena bagian hipotalamus dalam otak tiba-tiba mengatur suhu tubuh menjadi di atas angka normal, sedangkan pada demam, hipotalamus sengaja mengatur suhu tubuh untuk naik agar dapat melawan penyakit atau infeksi.

Jenis Hipertermia

Salah satu jenis hipertermia adalah stres panas. Foto: Pexels.com
Hipertermia dikelompokkan menjadi beberapa jenis berdasarkan gejalanya. Berikut adalah jenis-jenisnya:
ADVERTISEMENT

Gejala Hipertermia

Hipertermia bisa menimbulkan gejala yang berbeda-beda pada setiap orang. Gejala yang muncul berbeda-beda sesuai dengan jenis hipertermia yang dialami. Namun, secara umum, berikut gejala hipertermia yang bisa dialami oleh penderitanya:

Penyebab Hipertermia

Penyebab utama hipertermia adalah aktivitas fisik yang berlebihan dan cuaca yang sangat panas dan lembab. Foto: Pexels.com
Hipertermia terjadi ketika tubuh menyerap banyak energi panas daripada melepaskannya. Hal ini biasanya diakibatkan oleh paparan suhu tinggi yang berlebihan dari luar tubuh.
ADVERTISEMENT
Akibat dari paparan tubuh, hipotalamus, yakni bagian otak yang mengatur suhu tubuh kewalahan dalam menjaga suhu tubuh agar tetap normal. Oleh karenanya, suhu tubuh bisa naik secara drastis hingga melebihi batas normal.
Hipertermia juga biasanya disertai dengan gangguan pada proses pendinginan tubuh, yakni ketika tubuh tidak dapat memproduksi keringat dengan baik. Keringat adalah mekanisme pendinginan tubuh secara alami. Jika proses ini terganggu, seseorang bisa berisiko terserang hipertermia.
Aktivitas fisik yang berlebihan dan cuaca yang sangat panas dan lembab adalah penyebab paling umum dari hipertermia. Selain itu, orang dengan kondisi berikut memiliki faktor risiko yang lebih tinggi untuk terkena hipertermia:
ADVERTISEMENT

Cara Mengobati Hipertermia

Seseorang yang mengalami peningkatan suhu secara tiba-tiba atau sejumlah gejala hipertermia berlindung dari cuaca panas yang ekstrem. Selain itu, untuk meredakan gejala panas yang dirasakan, berikut beberapa cara menangani hipertermia:
Jika mengalami kondisi yang lebih parah, yaitu ketika suhu tubuh di atas 40°C, segera pergi ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan medis yang tepat.
ADVERTISEMENT
Artikel ini telah direview oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
(SAI)