Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Kepribadian Ganda: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati
14 November 2022 10:19 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
Gangguan identitas disosiatif atau kepribadian ganda adalah gangguan mental ketika kepribadian seseorang terbagi menjadi dua atau lebih. Kepribadian ganda terbentuk dari trauma parah yang terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja.
ADVERTISEMENT
Kepribadian ganda termasuk sebuah kondisi yang langka. Gangguan mental ini dapat menyebabkan penderitanya mengalami kehilangan ingatan, delusi, atau depresi.
Terkadang, penderita tidak tahu bahwa ia memiliki kepribadian ganda dan dua kepribadian yang ada dalam tubuhnya juga tidak saling mengenal. Bahkan dalam beberapa kasus, dua kepribadian tersebut bisa memiliki sifat yang saling bertolak belakang.
Penyebab Kepribadian Ganda
Hingga kini belum diketahui secara pasti penyebab dari kepribadian ganda. Namun, National Alliance on Mental Illness melaporkan bahwa sebagian besar penderita kepribadian ganda pernah mengalami kekerasan baik berupa fisik atau seksual pada masa kanak-kanak. Trauma yang dialami juga bisa terjadi karena kasus kecelakaan, bencana alam, dan peperangan.
Pada kasus gangguan kepribadian ganda di Amerika dan Kanada, sebanyak 90% orang dinyatakan pernah mengalami kekerasan di masa kecil. Kendati belum diketahui pasti penyebabnya, ada beberapa faktor yang bisa membuat seseorang lebih rentan mengalami gangguan mental ini, yaitu:
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh National Institute of Mental Health, hampir 97% penderita dengan gangguan kepribadian ganda memiliki riwayat kekerasan semasa kecil, 83% dengan kekerasan seksual, 75% kekerasan fisik, dan 68% dengan riwayat keduanya.
ADVERTISEMENT
Gejala Kepribadian Ganda
Penderita kepribadian ganda tentu memiliki tanda atau gejala tertentu, tetapi gejala tersebut mungkin tidak terlalu menonjol. Kepribadian ganda umumnya ditandai dengan perubahan emosi yang begitu cepat dan perubahan karakter disertai suara yang agak berbeda.
Namun, tidak semua orang yang memiliki tanda-tanda tersebut menderita kepribadian ganda. Jika ada individu yang berperilaku seperti itu, tetapi masih bisa mengenali dirinya sendiri dan memakai nama yang sebenarnya, maka individu tersebut bukanlah penderita kepribadian ganda.
Mengutip jurnal Dissociative Identity Disorder: A Controversial Diagnosis oleh Paulette Marie Gillig, berikut beberapa gejala yang biasanya muncul pada penderita kepribadian ganda, antara lain:
ADVERTISEMENT
Cara Mengobati Kepribadian Ganda
Perlu dipastikan bahwa gejala pada gangguan kepribadian ganda bukan muncul karena efek obat-obatan seperti narkoba, kecanduan alkohol, atau penyakit tertentu seperti epilepsi atau tumor otak.
Untuk memastikan diagnosis kepribadian ganda, penderita perlu menempuh pemeriksaan oleh ahli kejiwaan atau dokter. Pemeriksaan ini termasuk pemeriksaan fisik, evaluasi medis kejiwaan, dan pemeriksaan penunjang seperti tes darah atau urine untuk mendeteksi kemungkinan penyalahgunaan obat atau zat tertentu.
Sejauh ini belum ada pengobatan yang secara khusus bisa dilakukan untuk menyembuhkan kepribadian ganda secara total. Penanganan yang umumnya dianjurkan adalah melalui kombinasi terapi psikologis dan pemberian obat-obatan. Berikut penanganannya:
1. Terapi Psikologis
Terapi psikologis dapat berupa psikoterapi atau konseling dan terapi perilaku. Tujuan dari psikoterapi adalah untuk membantu penderita mengatasi penyebab yang mendasarinya dan mengontrol gejala yang diderita.
ADVERTISEMENT
Terapi yang dijalani oleh penderita akan berfokus agar penderita nyaman berhubungan dengan orang lain dan mencegah penderita melakukan hal-hal berbahaya.
2. Pemberian Obat-obatan
Tidak ada obat khusus untuk mengobati kepribadian ganda. Akan tetapi, obat-obatan seperti antidepresan dan obat penenang dapat diresepkan untuk mengobati kondisi yang menyertainya, seperti depresi dan gangguan kecemasan.
Artikel ini telah direview oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
(SFR)
Live Update