Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
11 Ramadhan 1446 HSelasa, 11 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten Media Partner
Perbedaan Gastritis dan Maag yang Perlu Dipahami
12 Desember 2022 12:23 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
Sebagian besar orang menyebut maag dan gastritis merupakan dua masalah kesehatan yang sama. Lantas, benarkah demikian? Jika tidak, apa perbedaan gastritis dan maag? Simak jawabannya pada penjelasan di bawah ini.
ADVERTISEMENT
Apa Itu Gastritis dan Maag?
Sakit maag dalam istilah medis dikenal dengan sebutan dispepsia. Dispepsia adalah kondisi ketika saluran pencernaan atas terasa tidak nyaman, seperti nyeri ulu hati, mual, muntah, kembung, dan lain-lain.
Sebagian besar sakit maag disebabkan oleh gangguan asam lambung. Sakit maag bukanlah sebuah penyakit, melainkan suatu gejala dari gangguan kesehatan tertentu.
Istilah maag juga merujuk pada kelompok penyakit yang menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman pada lambung dan saluran pencernaan bagian atas. Contohnya seperti penyakit refluks asam lambung (GERD), radang empedu, batu empedu, tukak lambung, dan pankreatitis.
Gastritis atau radang lambung adalah bagian dari penyakit yang menyebabkan maag. Mengutip dari ulasan Gastritis oleh Azer SA dan Akhondi H, gastritis adalah kondisi peradangan, iritasi, atau erosi pada lapisan lambung. Kondisi ini bisa terjadi secara tiba-tiba dan berkembang ke tahapan kronis.
ADVERTISEMENT
Apa Perbedaan Gastritis dan Maag?
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa gastritis dan maag adalah dua kondisi yang berbeda, tetapi bisa saling berkaitan. Sakit maag merupakan gejala gastritis sebab gastritis bisa menimbulkan rasa nyeri pada bagian perut atas.
Gastritis sendiri termasuk ke jenis penyakit dengan gejala sakit maag. Karena gastritis sering menyebabkan maag, orang-orang menganggap kedua jenis gangguan ini sama.
Sakit maag pada penderita gastritis biasanya akan menimbulkan:
ADVERTISEMENT
Jika merasakan sejumlah gejala sakit maag di atas, seseorang bisa saja memiliki gangguan gastritis. Untuk memastikannya, lakukan konsultasi dengan dokter. Dokter kemudian akan melakukan diagnosis dan memberikan rekomendasi penanganan medis yang tepat untuk mengobati gejala yang dimiliki.
Cara Mengobati Gastritis dan Maag
Mengobati gastritis secara tidak langsung dapat mengurangi gejala sakit maag. Pengobatan gastritis sendiri biasanya disesuaikan penyebabnya.
Mengutip dari jurnal Gastritis - Symptoms, Diagnosis and Treatment oleh Eli D. Ehrenpreis, MD, FACG, AGAF, berikut beberapa cara mengobati gastritis dan maag.
1. Terapi Obat-obatan
Ada berbagai obat yang tersedia untuk digunakan dalam menangani gastritis dan maag, di antaranya:
ADVERTISEMENT
2. Perubahan Gaya Hidup
Untuk gejala ringan, perubahan gaya hidup dapat membantu mengurangi gejala sakit maag pada penderita gastritis. Berikut beberapa perubahan gaya hidup yang dianjurkan:
3. Coba Diet Antiinflamasi
Gastritis mengacu pada kondisi peradangan pada lapisan lambung. Jadi, diet antiinflamasi dapat membantu mengurangi peradangan dan memberikan rasa nyaman pada penderitanya.
Diet antiinflamasi pada penderita gastritis adalah pola makan yang memperbanyak konsumsi makanan sehat untuk penderita radang lambung dan mengurangi berbagai jenis makanan yang memperburuk peradangan.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari penelitian Association of Symptoms with Eating Habits and Food Preferences in Chronic Gastritis Patients oleh Yuan Li, dkk, makanan yang dapat memperburuk gejala gastritis adalah:
4. Teknik Relaksasi
Teknik relaksasi dapat membantu mengurangi gejala tidak nyaman, baik secara fisik maupun emosional. Penderita gastritis bisa mencoba teknik relaksasi, seperti yoga, hipnoterapi, biofeedback, dan lain-lain.
Itulah beberapa cara mengobati gastritis dan maag. Jika masih bingung dengan penangan masalah ini, silakan diskusikan dengan dokter untuk mendapatkan perawatan medis yang tepat.
Artikel ini telah direview oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
(SAI)