Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kala 4 Pebalap Rengkuh Kemenangan F1 Perdana Mereka di GP Hongaria
4 Agustus 2019 10:42 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
Tulisan dari Katondio Bayumitra Wedya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Semua pebalap yang berkesempatan berlomba di ajang Formula 1 (F1) punya satu mimpi: Menjejakkan kaki di podium tertinggi--jika menjadi juara dunia dinilai terlalu muluk.
ADVERTISEMENT
Tak jarang, kemenangan demi kemenangan lantas menggiring mereka sebagai juara dunia. Namun, ada juga pebalap yang hanya merasakan satu kali podium tertinggi di F1 sepanjang kariernya.
Well, dari sekian banyak kemenangan, salah satu yang paling dikenang pastinya adalah kemenangan perdana. Setidaknya, hingga 2018, hanya ada empat pebalap yang mencatatkan kemenangan perdana mereka di F1 di Sirkuit Hungaroring, tempat dilaksanakannya Grand Prix (GP) Hongaria sejak tahun 1986.
Mereka adalah Damon Hill, Fernando Alonso, Jenson Button, dan Heikki Kovalainen. Ada alasan kenapa kemenangan di Hungaroring bisa menjadi bahasan menarik. Sebab, ada pencapaian yang keempatnya raih. Simak ulasannya.
Juara dunia F1 tahun 1995 ini menjalani debut perdananya di F1 pada tahun 1992. Namun, si pebalap Inggris ini baru bisa meraih kemenangan perdana di F1 setahun kemudian di Sirkuit Hungaroring. Satu hal yang membuat kemenangan Hill di GP Hongaria 1993 terasa spesial adalah ia menjadi anak dari pebalap F1 pertama yang mampu merengkuh podium pertama.
ADVERTISEMENT
Damon Hill adalah anak dari Graham Hill. Sebagaimana diketahui, sang ayah adalah salah satu pebalap legendaris F1, dengan raihan dua gelar juara dunia: 1962 dan 1968. Bahkan, di luar F1 pun, ia mendapat respek tinggi karena satu-satunya yang berhasil merengkuh Triple Crown of Motorsport .
Tidak banyak bapak-anak yang bisa sama-sama sukses di F1. Sebagai contoh, Max Verstappen jelas punya prestasi yang lebih mentereng ketimbang sang ayah, Josh. Di sisi lain, prestasi Nelson Piquet (tiga gelar juara dunia F1) tak pernah bisa disamai oleh sang anak, Nelson Piquet Jr.
Prestasi dan pencapaian Hill memang juga kalah dari sang ayah. Namun setidaknya, mereka bisa berbicara banyak di ajang balap jet darat termasyhur di dunia itu, pada masanya masing-masing.
ADVERTISEMENT
Sedikit cerita tentang kemenangan Hill tersebut, saat itu ia memulai balapan dari urutan kedua, satu setrip di belakang rekan setimnya di Williams-Renault, Alain Prost. Sejak start, Hill langsung tancap gas memimpin lomba, mengasapi Ayrton Senna, Gerhard Berger, Ricardo Patrese, Michael Schumacher, dan Jean Alesi.
Sepanjang balapan, ia bersaing ketat dengan banyak pebalap, terutama Patrese dan Berger--yang akhirnya finis kedua dan ketiga, juga Schumacher--yang akhirnya gagal finis. Pada akhirnya, ia sukses melumat 77 lap Sirkuit Hungaroring, untuk kemudian meresmikan kemenangan perdananya.
Max Verstappen kini tercatat sebagai pemenang seri balap F1 termuda sepanjang sejarah. Di usia 18 tahun 228 hari, ia memenangkan GP Spanyol 2016. Dalam balapan sepanjang 66 lap di Sirkuit Katalunya, ia sukses mengasapi duo Ferrari, Kimi Raikkonen dan Sebastian Vettel--pemenang termuda sebelumnya pada usia 21 tahun 73 hari di GP Italia.
ADVERTISEMENT
Namun, bukan hanya Verstappen dan Vettel saja yang sukses menggamit titel pemenang balapan termuda di F1 pada momen kemenangan perdana mereka. Fernando Alonso juga pernah melakukannya di GP Hongaria 2003. Kemenangan perdananya di F1 itu diraih di usia 22 tahun 26 hari, memecahkan rekor Raikkonen di GP Malaysia tahun yang sama--itu juga kemenangan perdana Raikkonen di F1--pada usia 23 tahun 157 hari.
Alonso yang saat itu berada di tim Renault start dari urutan terdepan. Alonso memanfaatkannya dengan sangat baik, sejak start, ia mampu menjaga posisinya sebagai pemimpin lomba. Alonso bahkan mendapatkan jarak 7 detik dengan pebalap terdekat di tiga lap pertama dan 21 detik di 13 lap, sebelum akhirnya masuk pit untuk mengisi bahan bakar.
Pada akhirnya, kombinasi skill balap ciamik Alonso dengan strategi apik tim Renault berbuah kemenangan perdana F1 baginya, mengungguli Raikkonen dan Juan Pablo Montoya--yang finis kedua dan ketiga. Sejak saat itu, sang pebalap Spanyol menjadi pebalap yang layak diperhitungkan di atas lintasan, hingga akhirnya menjadi juara dunia pada 2005 dan 2006.
ADVERTISEMENT
Pebalap Lucky Strike Honda Racing F1 Team tahun 2006, Jenson Button, mengakhiri kualifikasi GP Hongaria dengan tidak begitu buruk. Berdasarkan catatan waktu yang diperolehnya, seharusnya dia bisa memulai balapan di Sirkuit Hungaroring pada urutan keempat, di belakang pole sitter Kimi Raikkonen, Felipe Massa, dan rekan setimnya, Rubens Barichello.
Akan tetapi, pebalap Inggris itu harus menerima penalti mundur 10 posisi, setelah kedapatan mengganti mesin pada sesi akhir latihan. Alhasil, ia harus memulai balapan dari urutan ke-14.
Namun, hujan selalu membawa berkah tersendiri bagi orang-orang tertentu, termasuk Jenson Button. Sejak awal lomba, Sirkuit Hungaroring sudah basah karena hujan. Wet race jadi tema balapan sepanjang 70 lap itu. Di F1, sudah biasa hujan membuat balapan menjadi tak biasa.
ADVERTISEMENT
Sekarang, semua tim di F1 menggunakan ban Pirelli. Namun dulu, tim bebas memilih, mau pakai ban Bridgestone atau Michelin. Di GP Hongaria 2006, semua pebalap yang menggunakan ban Bridgestone mengalami kesulitan saat wet race berlangsung. Rupanya, kelemahan ban Bridgestone adalah lintasan basah. Alhasil, para pebalap dengan ban Michelin unjuk gigi, termasuk Button.
Di antara semua pebalap dengan ban Michelin, rupanya Button adalah yang paling andal beradu cepat di lintasan basah. Berbekal koordinasi tim yang baik pula, akhirnya pebalap yang kelak jadi Juara Dunia F1 2009 itu sukses meraih kemenangan perdananya di F1.
Kemenangan tersebut membuat Button memecahkan rekor Nigel Mansell di Hungaroring--saat memenangi GP Hongaria 1989 dengan start dari urutan ke-12. Tahun 2006 juga menjadi wet race perdana di Hungaroring, dan Button yang pertama sukses berada di podium tertinggi.
ADVERTISEMENT
Sekadar catatan, urutan finis pertama-keenam diborong semua oleh pebalap dengan ban Michelin. Pebalap ban Bridgestone terbaik di balapan itu adalah Felipe Massa, yang finis ketujuh.
No one see he is coming. Begitu mungkin anggapan sebagian besar penggemar dan pebalap F1 terhadap Heikki Kovalainen di GP Hongaria 2008. Sebelum balapan dihelat, pebalap asal Finlandia itu hanya pernah dua kali merasakan podium: finis kedua di GP Jepang 2007 dan finis ketiga di GP Malaysia 2008.
Apalagi, saat itu peta persaingan gelar juara F1 sedang ramai diperebutkan oleh Lewis Hamilton dan Massa--juga Raikkonen dan Robert Kubica. Namun sejak kualifikasi, Kovalainen sudah memberi sinyal kejutan dengan memastikan start dari urutan kedua, di belakang rekan setimnya di McLaren-Mercedes, Hamilton.
ADVERTISEMENT
Kemenangan Kovalainen di GP Hongaria 2008 bisa dibilang berbau keberuntungan. Ah, tapi bukankah kemenangan memang milik mereka yang mampu memanfaatkan peluang dan keberuntungan? Dan begitulah Kovalainen, memanfaatkan celah yang ada untuk kemudian memenangkan lomba.
Sepanjang lomba, meski tak terlalu sering memimpin, Kovalainen cukup konsisten di baris terdepan. Tanda-tanda keberuntungan Kovalainen hadir di akhir lap ke-40, kala Hamilton yang berada di posisi kedua harus masuk lap guna mengganti ban. Saat itu, Massa selaku pemimpin lomba unggul sekitar 23 detik di depan Kovalainen, tetapi pebalap Ferrari asal Brasil itu mengalami masalah pada mesin, sehingga kecepatannya melambat.
Keberuntungan semakin mendekat di akhir lap 59. Kala itu urutan enam besar lombanya begini: Massa, Kovalainen, Glock, Raikkonen, Alonso, Hamilton. Kondisinya, Hamilton diharapkan mampu memacu mobilnya lebih cepat untuk memperbaiki posisi, tetapi ban Super Soft belakangnya mulai terlalu panas, sehingga dia tidak dapat berbuat banyak dan menutup celah dengan Alonso menjadi 1,5 detik.
ADVERTISEMENT
Di lap penutup, Kovalainen mengurangi defisit waktunya dengan Massa menjadi 15 detik. Puncaknya, ketika Massa mulai putaran ke-68, mesinnya mendapat masalah besar hingga memaksanya harus mengakhiri balapan. Tiga putaran tersisa, urutan pebalap terdepan sejak akhir lap 59 hanya mengalami satu perubahan: Massa out dan Kovalainen memimpin lomba hingga finis.
"Hari ini jelas saya tahu Massa dan Lewis sama-sama sangat cepat di awal lomba, tetapi di pertengahan lomba saya merasa itu mulai bekerja untuk saya sedikit lebih baik dan kemudian pada akhirnya saya hanya mencoba menekan Massa dan berharap sesuatu akan terjadi dan jelas sepertinya dia mengalami kerusakan mekanis, jadi semuanya bekerja dengan baik untuk saya hari ini dan saya sangat, sangat senang tentang itu," kata Kovalainen saat konferensi pers FIA pasca-lomba untuk pemenang podium GP Hongaria 2008.
ADVERTISEMENT
Kesannya kayak Kovalainen nyumpahin Massa, ya? Hahaha...
Hasil ini membuat Kovalainen menjadi pebalap ke-100 yang memenangkan balapan F1. Hingga balapan terakhirnya di GP Brasil 2013, Kovalainen tidak pernah lagi menjejakkan kaki di podium tertinggi seri balap F1.
Tahun 2019, balapan F1 akan kembali dihelat di Sirkuit Hungaroring. Tepatnya pada 4 Agustus 2019, para pebalap akan kembali mengadu kecepatan. Akankah pebalap Red Bull, Pierre Gasly, menjadi pebalap kelima yang meraih kemenangan F1 perdananya di GP Hongaria? Mengingat, sebagai pebalap tim unggulan, ia punya modal lumayan karena akan start dari posisi enam.
Atau malahan, akan ada kejutan lain? Mengingat, pada latihan bebas kedua di Hungaroring, Jumat (2/8), kondisinya hujan, dan Gasly--yang bahkan belum sama sekali mengecap podium--jadi yang tercepat. Bagaimana dengan pebalap dari tim non-unggulan? Well, butuh banyak keajaiban.
ADVERTISEMENT