Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Perempuan yang Jatuh di Tempat Wudhu
5 Agustus 2017 17:00 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
Tulisan dari Katondio Bayumitra Wedya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Foto: Inhabitat.com
Teman kerja saya kemarin baru saja mendapat musibah. Setelah selesai melaksanakan wudhu untuk menunaikan ibadah salat ashar, teman saya itu, sebut saja "Mbak E", jatuh terpeleset hingga membuat tangannya memar dan tulang ekornya agak keseleo. Sontak, kondisi kantor yang kala itu sedang tenang, tiba-tiba mendadak heboh. Hampir seisi kantor khawatir dengan kondisi dari salah satu teller terbaik kami itu.
ADVERTISEMENT
Ya, cobaan memang dapat datang kapan saja, bahkan di saat kamu hendak menghadap-Nya. Hak prerogatif Tuhan. Namun, saya tidak akan membahas kejadian itu dari sisi agama karena salat saja kadang saya masih suka ditunda, mengaji pun masih harus banyak belajar. Saya hanya ingin sedikit bercerita mengenai hal-hal yang terjadi pasca kejadian itu.
Begini, rumah saya dan dia sama-sama di daerah Depok. Memang sih tidak berdekatan amat tapi saling terjangkau satu sama lain. Akan tetapi, judulnya kan sama-sama "Depok" nih, alhasil saya diberi mandat atau misi khusus untuk mengawal si 'nyonya' satu itu sampai ke rumahnya, bersama seorang supir dan seorang supervisor.
"Tumpangan gratis", pikir saya yang merupakan seorang pengguna setia jasa kereta commuterline Jabodetabek.
ADVERTISEMENT
Kejadian jatuhnya teman saya itu adalah sekitar jam 5 sore, sedangkan kami baru dapat diantar pulang ke Depok jam 7 malam. Supervisor kami ada rapat dulu soalnya. Nah selama 2 jam menunggu itu, saya agak mengalami kebingungan hidup. Orang yang lagi sakit seperti mbak E itu memang butuh dihibur. Pasalnya, selain memang tubuhnya terasa sakit, dia juga malu karena kejadian itu ditonton banyak orang. Malu dan sakit bercampur aduk jadi satu menghasilkan "Bete". Ini yang bikin ribet.
"Kamu hibur aku dong! Kakakmu lagi sakit nih!" keluhnya pada saya sore itu.
Bukannya saya gak mau menghibur tapi saya bingung bagaimana caranya menghibur perempuan bete yang sedang dalam kondisi seperti itu. Maklum, saya sudah terlalu lama 'sendiri' (bukan promosi), jadi agak bingung juga menangani kasus seperti itu. Hal ini semakin mengurungkan niat saya mencari pacar dalam waktu dekat, kenapa?
ADVERTISEMENT
Saya langsung teringat salah satu adegan di film Whiplash (2014). Setelah Andy Neumann (Miles Teller), sang tokoh utama, dimaki habis-habisan oleh gurunya, Terence Fletcher (J.K. Simmons), ada adegan dimana kamera mengambil gambar dinding kamar Andy yang terdapat kutipan dari salah satu pemain drum terbaik dunia, Buddy Rich:

"If you don't have ability, you wind up playing in a rock band”
(Jika Anda tidak memiliki kemampuan [bermain drum], maka Anda akan bermain di sebuah band Rock)
Buddy Rich adalah seorang jenius di bidang musik jazz, dalam hal ini instrumen drum. Seorang yang merasa bahwa jazz adalah musik yang lebih superior dari musik rock. Jadi, pasti paham yang ia maksud dalam kutipannya tadi bahwa baginya bermain drum untuk musik jazz jauh lebih sulit daripada bermain drum untuk musik rock.
ADVERTISEMENT
Sama halnya seperti apa yang saya pikirkan sore itu. Nampaknya, percuma saja punya kekasih kalau saya tidak bisa menjadi pelipur lara di sisinya kelak. Lebih baik tidak usah punya dulu karena bukankah dua sejoli punya tugas saling melengkapi dalam suka dan duka?
Ocehan mbak E tidak berhenti sampai di situ. Dirinya yang merasa tak enak hati karena bikin repot orang kantor, mulai memikirkan ingin nekat pulang naik kereta saja, seperti yang biasa ia lakukan. Memang sih, mbak E masih bisa berjalan, tetapi tangannya tidak akan cukup kuat untuk berpegangan di kereta yang penuh. Pinggangnya juga tidak akan tahan dengan desakan orang di kereta.
"Kalau naik kereta, nanti pokoknya lu harus cariin bangku buat gue! Terserah lu mau bilang gua hamil, gapapa, kali aja gua hamil beneran", kata mbak E sambil ngarep.
ADVERTISEMENT
Saya sempat menawarkan bagaimana kalau nanti saya bilang dia cedera punggung akut saja. Mbak E malah semakin bete. Haaaa....
Para pembaca sekalian, permasalahannya adalah saya ini badannya besar, sedangkan mbak E kecil. Jika naik kereta dari stasiun Sudirman antara rentang jam 5 sore sampai jam 7 malam, maka untuk dapat memastikan kita masuk gerbong yang sama adalah tantangan besar. Pada rentang waktu itu, stasiun Sudirman sedang ramai-ramainya manusia. Kalau mbak E ini memang jagonya nyelip, sedangkan saya jagonya diselip. Bagaimana caranya saya bisa menjaga mbak E?
Ya, karena laki-laki selain harus bisa menjadi penghibur, ia juga harus bisa menjadi pelindung. Perempuan adalah pihak yang harus dilindunginya itu. Bahkan juga anak-anaknya kelak.
ADVERTISEMENT
Jujur saya jarang memikirkan hal-hal semacam ini. Tidak pula menduga bahwa hari itu akan datang. Terkadang, saya terlalu asyik dengan 'dunia saya sendiri'. Saya sangat gila dengan sepak bola, meskipun main futsal saja saya masih sering kepeleset. Saya langsung teringat Manuel Almunia.

Momen Manuel Almunia (baju abu-abu nomor 24), foto: Popperfoto.com
Masuk di menit 18 guna menggantikan Jens Lehmann yang dikartu merah pada Final Liga Champions Eropa (UCL) tahun 2006, ia melakukan tugasnya dengan baik hingga menit 75. Samuel Eto'o dan Juliano Belletti menjadi pengingat baginya bahwa ia belum cukup baik. Entah, mungkin ia juga tidak pernah bermimpi untuk bermain menjaga gawang timnya (dan kalah) di partai krusial seperti itu. Dari berpuluh-puluh partai yang dijalani Arsenal musim itu, partai final UCL hanyalah partai ke-13 Almunia. Ia lebih sering menghangatkan bench.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, kami pulang dengan mobil kantor. Selamat sampai tujuan. Walaupun, ya itu tadi, sebagai laki-laki saya merasa bersalah tidak dapat memenuhi, bahkan salah satu permintaan mbak E tadi, yaitu menghiburnya atau menemaninya pulang naik kereta. Namun, saya boleh lah sedikit lega karena saya dapat memenuhi permintaannya yang ketiga, yaitu menuliskan kisah tentang dirinya di kumparan.
Walaupun mungkin, dari sekian banyak kisah dalam hidup mbak E, ia tidak mengharapkan kisahnya yang satu ini yang saya muat di media digital. Hihihi...