Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Valencia 2006: Drama Juara Nicky Hayden dan Comeback Manis Troy Baylis
11 November 2017 21:48 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
Tulisan dari Katondio Bayumitra Wedya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Nicky Hayden (Foto: MotoGP)
Tahun 2006, jauh-jauh dari negeri paman sam, Michael Jeffrey Jordan hadir di Sirkuit Ricardo Tormo, Valencia, Spanyol untuk memberi semangat kepada pebalap bernomor 69. Pria bertubuh tinggi besar itu hadir di tengah bisingnya suara deru mesin sepeda motor di lintasan. Ia rela berpanas-panasan demi mendukung idolanya, yang satu tanah air dengannya, langsung dari pinggir sirkuit.
ADVERTISEMENT
Kehadiran pria yang pernah menjadi ikon basket negeri paman sam itu ternyata tidak sia-sia. Michael Jordan adalah salah satu saksi hidup yang melihat secara langsung pebalap asal Kentucky membuat sejarah sesaat setelah memastikan finish di urutan ke-3. Amerika Serikat jelas patut berbangga, dan wajib terus mengenang pria yang kini hanya tinggal dalam kenangan, Nicholas Patrick Hayden atau yang akrab disapa Nicky Hayden sebagai juara dunia Kejuaraan Dunia MotoGP.
Nicky Hayden (kiri) dan Michael Jordan (Foto: MotoGP)
Teriknya matahari di Valencia jelas membuat tubuh dan wajah para penunggang 'kuda besi' menjadi basah berpeluh keringat setelah menyelesaikan balapan 30 putaran. Namun, Nicky Hayden menambah basah di wajahnya dengan air mata kebahagiaan. Air mata yang ia pertontonkan kepada publik (plus dengan muka meweknya) kala membuka helm balapnya di salah satu sudut lintasan. Setelah itu, ia kembali memacu motornya, mengajak bendera kebangsaannya menikmati beberapa tikungan, dibiarkan berkibar dikibas angin sebelum akhirnya kembali merayakan kebahagiaan di paddock dan podium.
ADVERTISEMENT
Pada masa itu, kebanyakan orang sebenarnya lebih menjagokan Valentino Rossi yang akan dianugerahi mahkota juara (untuk kesekian kalinya). Tentu ada alasan-alasan kuat yang menyebabkan kebanyakan orang lebih menjagokan pebalap asal Mugello, Italia untuk menjadi juara dunia ketimbang Hayden. Empat tahun berturut-turut, dari tahun 2002-2005, Valentino Rossi selalu naik podium di Valencia (2x podium pertama, 1x podium kedua, dan 1x podium ketiga). Apalagi, status Rossi saat itu adalah juara bertahan (juara dunia dari tahun 2001 hingga 2005).
Bagaimana dengan Hayden? Sebelum tahun 2006, Hayden tercatat hanya pernah sekali naik podium kedua di Sirkuit Valencia setahun sebelumnya, sedangkan 2 tahun sebelumnya ia gagal finish dan di tahun debutnya di MotoGP (2003) ia hanya finish ke-16. Hayden belum sekalipun menjadi juara dunia MotoGP sebelum tahun 2006. Fakta-fakta ini jelas menunjukkan bahwa Rossi lebih unggul.
ADVERTISEMENT
Di atas kertas Rossi diunggulkan, Rossi dianggap lebih handal dan memahami Valencia dibandingkan Hayden. Namun, lintasan tak selembut kertas dan sepandai-pandai tupai melompat pasti akan jatuh juga. Tak ada hujan, tak ada senggolan, Valentino Rossi, manusia, jatuh di lap ke-5.
Hingga 25 lap selanjutnya, The Doctor hanya sanggup naik hingga urutan finish ke-13. Mahkota juara pun dianugerahi kepada pria kelahiran 20 Juli 1981 karena finish di urutan ke-3. Hayden mengoleksi 252 poin di akhir musim, sedangkan Rossi 247. Padahal, sebelum balapan di Valencia itu terjadi, Rossi tengah unggul 8 poin atas Hayden.
Nicky Hayden (Foto: MotoGP)
Inilah drama di MotoGP, saudara-saudara sekalian. Dan memang, balapan di Valencia tahun 2006 adalah salah satu yang penuh drama. Terlebih lagi, sejak tahun 2002, seri balapan Valencia selalu dijadikan seri pamungkas alias seri balapan penutup, sehingga tidak jarang para juara memastikan gelarnya di sana.
ADVERTISEMENT
Kejutan lainnya, masih di tahun yang sama. Jika tadi saya menuliskan bahwa sang juara dunia finish di urutan ke-3 dan rivalnya di urutan ke-13, lalu siapa yang juara pertama dan kedua? Bukankah ini juga penting untuk dibahas?
Oh iya, jelas penting. Pebalap yang berhak mengibarkan bendera kebangsaannya di atas podium pertama adalah seorang pebalap bernomor 12, orang Australia. Ia adalah Troy Bayliss, pebalap yang "hanya" berstatus pengganti untuk Ducati Marlboro Team. Sete Gibernau, asal Spanyol adalah pebalap Ducati yang ia gantikan akibat cedera.
Kiri-ke-kanan: Loris Capirossi, Troy Bayliss, Nicky Hayden (Foto: MotoGP)
Troy Bayliss, di tahun 2006 tersebut telah memastikan gelar juaranya di ajang Kejuaraan Dunia Superbike, juga dengan motor Ducati. Hal itu membuat manajemen tim Ducati MotoGP menawarkannya posisi untuk sekali menggantikan Gibernau. Tawaran itu disambut manis, dan dieksekusi dengan sangat manis olehnya (podium pertama).
ADVERTISEMENT
Pria kelahiran 30 Maret 1969 adalah pebalap Ducati pertama yang finish pertama di Sirkuit Valencia sejak pertama kali sirkuit ini masuk kalender balap tahunan MotoGP pada tahun 1999. Sebelumnya, sirkuit ini selalu tentang Yamaha, Honda, dan Suzuki, tetapi Ducati nyatanya membuat kejutan dengan menempatkan wakilnya finish 1-2 karena selain Bayliss, ada Loris Capirossi yang mendampinginya di podium kedua.
Troy Bayliss, pebalap nomor 12 (Foto: MotoGP)
"Oh jelas saja Bayliss juara, gak usah heran karena dia juga legenda di Superbike."
Nah di sini kadang orang suka keliru. Mengendarai motor Superbike dan MotoGP jelas berbeda. Faktanya, sebelum namanya harum di ajang Superbike, Bayliss hanya sekedar pebalap peramai lintasan di ajang MotoGP. Ia bukan pebalap unggulan, dari total keikutsertaannya di kelas utama MotoGP, ia hanya menjalani full season di tahun 2003-2004 dengan torehan 4x podium ketiga dan 12 kali gagal finish.
ADVERTISEMENT
Selebihnya, memang tidak buruk-buruk amat, dimana ia selalu menyumbangkan poin jika masuk finish. Urutan finish 10 besar masih akrab dengannya, tetapi itu tidak cukup menjadikannya salah satu kompetitor juara di MotoGP. Sehingga, comeback-nya yang hanya sekali itu saja di MotoGP tahun 2006, tentu mengejutkan banyak orang karena dia mampu meraih podium pertama.
Itulah Sirkuit Ricardo Tormo Valencia. Sirkuit yang mengabadikan legenda balap motor asal Valencia, Spanyol. Seolah ditakdirkan menjadi saksi banyak kejadian-kejadian legendaris.
Pebalap Ducati, Andrea Dovizioso (Foto: MotoGP)
Tahun 2017, diam-diam ada juga yang menginginkan kejutan dan drama kembali tercipta. Siapa lagi kalau bukan Andrea Dovizioso dengan motor Ducati-nya? Kalau kita kembali ke narasi di atas, tidak kah kondisi persaingan antara Dovizioso dan Marquez ada kesamaannya?
ADVERTISEMENT
Kesamaan nomor 4 dapat terjadi jika Marquez finish tidak lebih baik dari urutan ke-13 atau jatuh sekalian. Namun, bagi Dovizioso ceritanya tidak akan mudah karena perbedaan 21 poin cukup berat. Pun hal itu terjadi kepada Marquez, Dovizioso sangat wajib finish di urutan pertama agar menjadi juara dunia.
Marc Marquez, juara bertahan tapi tetap berambisi (Foto: MotoGP)
ADVERTISEMENT
Tentunya, dalam hal ini, Dovizioso tidak hanya dapat berharap skenario Hayden berjalan tapi juga skenario Bayliss, menunggangi Ducati dan finish di podium pertama. Pasca Casey Stoner juara di Valencia tahun 2008, belum ada lagi pebalap Ducati yang finish pertama di Valencia, selalu saja Yamaha atau Honda.
Jika Dovizioso mampu naik podium pertama pada balapan MotoGP di Sirkuit Valencia (12/11/2017) mendatang dan hal buruk pada Marquez benar terjadi, maka otomatis Dovizioso telah membangkitkan dua kenangan manis dari Sirkuit Valencia tahun 2006 sekaligus. Walaupun, yang membedakan adalah, tahun 2006, di non unggulan ada di tim Repsol Honda, tetapi kini justru si unggulan yang ada di tim tersebut. Tak apa, biarkan Dovizioso membuat sejarahnya sendiri (jika bisa).
ADVERTISEMENT