Pembelajaran Aksara Korea Suku Cia-cia Terhenti (Bagian II)

Konten Media Partner
5 Oktober 2021 11:24 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah satu suduk kampung korea di Buton. Foto: Nadhir Attamimi/kendarinesia.
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu suduk kampung korea di Buton. Foto: Nadhir Attamimi/kendarinesia.
ADVERTISEMENT
Suku Cia-cia Laporo di Buton adalah etnis pertama di Indonesia yang menggunakan aksara asing yakni Korea Selatan sebagai cara mengabadikan pelafalan bahasa mereka. Namun, setelah sempat heboh pada tahun 2009, kini sebuah program budaya yang digagas oleh Wali Kota terdahulu Amirul Tamim tak dirasakan masyarakat lagi.
ADVERTISEMENT
Terbukti saat kendarinesia sempat menemui beberapa warga Karya Baru, Kota Bau-bau, Sulawesi Tenggara. Sebuah desa yang ditempati oleh warga Cia-Cia. Adalah Mulyono (37) yang menjelaskan bahwa aksara Korea tersebut lambat laun semakin redup bahkan tak terlihat lagi aktifitas seperti awal mulanya.
"Kalau dulu memang ramai (belajar Aksara Korea) tapi sekarang sudah tidak ada lagi," kata Mulyono saat berbincang dengan kendarinesia, pada Kamis (30/09).
Mulyono mengaku tak mengetahui apa penyebab pastinya kenapa pembelajaran aksara hangeul tersebut terhenti. Ia berasumsi bahwa pandemi COVID-19 menjadi penyebabnya. Tampak, beberapa pengenalan tulisan-tulisan aksara itu seperti nama, papan nama, penujuk jalan hingga mural sudah tidak terawat lagi.
"Pokoknya kurang lebih 3 tahun terakhir ini kalau enggak salah sudah fakum. Banyak fasilitas yang sudah terbengkalai tak terurus," paparnya.
ADVERTISEMENT
Warga lainnya, Putra (26) mengaku hal yang sama. Ia menduga pandemi COVID-19 menjadi penyebab terhentinya segala aktifitas dan fasilitas penunjang pengenalan aksara hangeul itu.
"Mural-mural yang di pinggir jalan sudah rusak, dimakan waktu. Memang sekarang ini sudah tidak dirawat lagi oleh masyarakat," ujarnya.
Saat dikonfirmasi kepada Abidin, penggagas aksara korea ini mengaku terhenti kegiatan tersebut memang karena pandemi Corona. Sehingga, dengan alasan tak adanya tatap muka dan pembatasan sosial masyarakat menjadikan pembelajaran lebih lanjut dihentikan.
"Terhentinya ini memang hanya karena korona saja, kalau setelah korona sudah normal kami akan lanjutkan lagi pembelajaran," paparnya.
Saat disinggung terkait aksara hangeul yang tidak cocok dengan pelafalan bahasa Cia-Cia, Abidin memastikan. Ia mengungkapkan aksara itu tetap cocok dan digunakan untuk pelafalan bahasa. Bahkan, Abidin menegaskan bahwa aksara Cia-Cia sudah dibukukan dan didokumentasikan secara resmi.
ADVERTISEMENT
"Warga, aparat pemerintah setempat, tokoh masyarakat bersama pemerintah Kota Bau-bau sudah sepakat dan menjadikan aksara hangeul yang dipelajari selama ini sudah didokumentasikan dan dibukukan," paparnya.
Tampak jelas sebua papan nama sekolah bertuliskan aksara hugel yang digunakan Etnis Cia-cia. Foto: Nadhir Attamimi/kendarinesia.