Konten Media Partner

Pengrajin Tahu Tempe di Kolaka Utara Keluhkan Kedelai Mahal dan Langka

21 Februari 2022 14:23 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengrajin tahun tempe di Kolaka Utara sedang memproduksi tahu. Foto: Lukman Budianto/kendarinesia.
zoom-in-whitePerbesar
Pengrajin tahun tempe di Kolaka Utara sedang memproduksi tahu. Foto: Lukman Budianto/kendarinesia.
ADVERTISEMENT
Sugeng (36), Pembuat tahu dan tempe di Desa Ponggiha, Kecamatan Lasusua, Kabupaten Kolaka Utara (Kolut) mengeluhkan harga kedelai sebagai bahan pokok yang mahal dan langka belakangan ini.
ADVERTISEMENT
Menurut Sugeng, kelangkaan dan harga yang meningkat mulai dirasakan sejak awal tahun. Dulunya, harga kedelai Rp 8 ribu per kilogram. Sekarang harganya naik menjadi Rp 13 ribu per kilogram.
"Naik pak. Ini kedelai kita untuk di sini ya, kita memesan dari Makassar pak. Sekarang bukan cuma mahal. Langka juga pak. Susah nyarinya," ujar Sugeng ditemui di pabriknya, pada Senin (21/2).
Hal tersebut membuat omset Sugeng perbulannya menurun. Selain faktor langka dan mahalnya bahan baku, pelanggannya belum siap jika harga tempe naik.
Agar tidak kehilangan pelanggan, Sugeng terpaksa menjual dengan harga seperti biasa. Satu ember tahu dijual dengan harga Rp 110 ribu. Sementara tempe dijual Rp 10 ribu delapan potong.
"Kalau menurun pendapatannya ya pasti pak. Hanya ya dari pada kita tidak ada yang beli," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Sugeng mengaku, tiap bulan keuntungan bersihnya sekitar Rp 5 juta sampai Rp 6 juta. Namun sejak kedelai mahal dan langka, keuntungannya di kisaran Rp 4 juta perbulan.
Saat kedelai belum mahal dan langka, Sugeng bisa mengolah 80 Kg kedelai yang dijadikan tahu dan tempe. Namun saat ini produksinya hanya di kisaran 60 - 70 Kg kedelai.
"Kita berharap ini bisa normal kembali lah. Biar bisa gaji karyawan juga (Sugeng mempekerjakan satu orang karyawan)," ujar Sugeng.