news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Bertualang ke Museum Transportasi

Salwa Izzati K
seorang mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta yang mengambil Jurusan Teknik Grafika dan Penerbitan dengan Program Studi Penerbitan (Jurnalistik)
Konten dari Pengguna
5 Juli 2021 13:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Salwa Izzati K tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia memiliki banyak museum yang tersebar di berbagai provinsi. Salah satunya yang pernah ku kunjungi adalah Museum Transportasi yang ada di kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
ADVERTISEMENT
Aku berkunjung ke Museum Transportasi di tahun 2019 sebelum wabah corona menyerang Indonesia. Alasanku memilih mengunjungi wisata sejarah itu karena mampu memberikan pengalaman mengenai perjalanan panjang sejarah transportasi di Indonesia.
Di Museum Transportasi menyimpan berbagai koleksi alat transportasi, mulai dari alat transportasi darat, udara hingga laut. Berkeliling di museum ini, kita dapat menikmati beragamnya alat transportasi asli pada masanya, replika transportasi tradisional, miniatur, dan diorama alat perhubungan.
Dengan membayar tiket masuk sebesar Rp 5.000 kita sudah bisa melihat-lihat alat transportasi, mulai dari pesawat terbang hingga bus tingkat. Begitu masuk, pemandangan yang disuguhkan ialah tiga bangunan yang menjulang tinggi yang disebut anjungan, serta lintasan rel kereta api.
Museum ini memiliki luas 6,25 hektare yang dibangun pada 1985 dengan pondasi tiang pertama dilakukan oleh Ibu Tien Soeharto. Kemudian mulai terbuka untuk umum pada 1991 setelah diresmikan oleh Presiden Soeharto.
ADVERTISEMENT
Wahana wisata Museum Transportasi memiliki 4 ruang utama yang terbagi menjadi anjungan pusat, anjungan darat, anjungan laut, dan anjungan udara. Saat masuk ke dalam anjungan pusat, kita dapat melihat berbagai macam transportasi Indonesia di masa lampau. Hal yang menarik perhatianku ialah adanya transportasi tradisional yang ditarik oleh dua ekor sapi atau yang disebut Cikar Damri.
Anjungan lain yang bisa dinikmati adalah anjungan darat. Anjungan ini memamerkan layanan transportasi darat, seperti transportasi jalan raya, jalan baja, sungai, danau, dan jembatan penyeberangan. Ada juga koleksi bajaj, becak, sepeda motor, kereta uap, dan vespa dari berbagai merek yang membuatku terpesona. Begitu banyak alat transportasi yang ada di Indonesia.
Kereta Uap | Gambar: Dimitris Vetsikay dari Pixabay
Sementara di anjungan udara terdapat berbagai perkembangan dan teknologi transportasi udara, seperti pesawat terbang, peralatan transportasi udara, dan peralatan bandar udara.
ADVERTISEMENT
Salah satu koleksi yang menarik di anjungan ini adanya pesawat latih buatan Amerika tahun 1964. Ada juga pesawat latih jenis Touver TG 24 buatan New Zealand tahun 1969 yang pernah digunakan sebagai pesawat latih di PLP (sekarang STPI) Curug pada tahun 1971.
Tak kalah menarik dengan anjungan lainnya, anjungan laut memamerkan segala pelayanan jasa transportasi laut yang telah menggunakan mesin, seperti berbagai kapal penumpang, kontainer, dok terapung, lampu navigasi, serta alat penunjang pelayaran lainnya.
Kehadiran Museum Transportasi di TMII ini selain sebagai untuk memelihara dan mengumpulkan alat transportasi yang pernah ada di Indonesia, juga sebagai upaya edukasi untuk kita mengenai perkembangan transportasi di Indonesia.
Bertualang mengelilingi Museum Transportasi pun lebih mengasyikkan dan dapat melepaskan rindu sejenak dengan melihat alat-alat transportasi yang dipamerkan.
ADVERTISEMENT
(Salwa Izzati K - Politeknik Negeri Jakarta)