Self-Compassion: Seni Mengasihi Diri Sendiri yang Penting untuk Dipahami

Khaironnisa Faadihillah
Mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
11 Desember 2021 16:58 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Khaironnisa Faadihillah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernahkah kalian berbuat baik dan mengasihi diri sendiri? Jika belum, yuk kasihi diri sendiri dan berkenalan dengan self-compassion! Simak penjelasan lengkapnya!
Ilustrasi perempuan bahagia. Foto: Shutterstock
Pada suatu hari, ada salah satu temanmu yang belum berhasil lulus tes masuk di salah satu perguruan tinggi. Sebagai teman yang baik, tentu saja kamu akan melakukan hal yang dapat membuat temanmu itu bangkit dari kegagalannya. Nah pertanyaannya, apakah kamu juga melakukan hal serupa kepada dirimu sendiri? Silakan dijawab di dalam benak masing-masing!
ADVERTISEMENT
Semua orang tentu ingin mendapatkan kasih sayang dan perlakuan yang baik, terlebih lagi ketika sedang berada dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. Begitu pula dengan dirimu, kamu juga perlu dikasihi dan diperlakukan dengan baik, setidaknya oleh dirimu sendiri. Salah satu upaya yang dapat kamu lakukan untuk mengasihi diri sendiri adalah dengan self-compassion.
https://pixabay.com/

Apa itu Self-Compassion?

Apabila kamu ingin menerapkan self-compassion sebagai salah satu cara untuk mengasihi diri sendiri, maka kamu wajib untuk mengetahui tentang apa sebenarnya self-compassion itu. Compassion merupakan sebuah pemahaman untuk tidak mengkritik dan menghakimi kegagalan, keterpurukan, atau kesulitan yang dialami oleh seseorang (Neff, 2003). Dalam konsep ini, kegagalan dan keterpurukan merupakan hal yang wajar untuk dialami oleh setiap manusia.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan pengertian dari compassion, dapat kamu pahami bahwa self-compassion adalah sebuah pemahaman tentang rasa terbuka terhadap masalah yang menimpa diri sendiri, dengan tidak menghakimi atau menghindari masalah tersebut, melainkan dengan menumbuhkan perasaan untuk meringankan serta menyembuhkan penderitaan yang dirasakan oleh diri sendiri, dengan cara berbuat baik terhadapnya (Neff, 2003).
Kristin Neff (2003), seorang psikolog yang mendefinisikan tentang self-compassion, ia mengatakan bahwa self-compassion melibatkan tentang tindakan penerimaan terhadap kekurangan dan kegagalan yang dialami sebagai hal yang umum terjadi pada semua orang. Pada hakikatnya manusia bukanlah makhluk yang sempurna, mereka pasti memiliki cela yang tak terelakkan. Sama halnya dengan dirimu yang tentu memiliki kekurangan. Dengan menerapkan self-compassion, kamu akan lebih memilih untuk menerima dan memahami kekuranganmu daripada mengutuk dan menghakiminya.
ADVERTISEMENT

Tiga Bagian Penting dari Self-Compassion

Nah, setelah mengetahui pengertian dari self-compassion, kamu juga harus mengetahui komponen-komponen dasar yang menjadi bagian penting dari self-compassion. Neff (2011) memaparkan bahwa terdapat tiga komponen dalam self-compassion. Berikut ini adalah tiga komponen penting dari self-compassion.
1. Self-kindness
Self-kindness ini dimaknai dengan sikap hangat dan pengertian terhadap diri sendiri ketika merasa gagal, putus asa, atau tidak mampu dalam melakukan sesuatu (Neff, 2003). Self-kindness merupakan lawan dari self-judgment, yaitu sikap menghakimi diri sendiri. Orang yang dapat berbuat baik terhadap diri sendiri cenderung akan memandang dirinya lebih positif (Narang, 2014). Seseorang yang melakukan self-compassion, tidak akan marah atau mencaci diri sendiri ketika menghadapi sebuah kegagalan. Sebaliknya, ia justru akan lebih bersikap lembut terhadap dirinya dalam menyikapi hal tersebut.
ADVERTISEMENT
2. Common humanity
Komponen yang kedua ini memiliki makna yaitu sikap yang melihat penderitaan atau kegagalan sebagai hal yang lazim dan termasuk sebagai pengalaman besar dari manusia (Neff, 2003). Orang yang memiliki self-compassion tidak akan menganggap dirinya sebagai manusia yang paling menderita, karena ia paham bahwa seluruh manusia pasti pernah merasakan kesulitan sepertinya.
3. Mindfulness
Nah, yang terakhir adalah mindfulness, apa sebenarnya makna dari mindfulness? Jadi, Neff (2003) mengartikan mindfulness sebagai sikap tidak melebih-lebihkan atau over-identification terhadap suatu perasaan atau pikiran yang menyakitkan, tetapi menempatkannya dalam kesadaran yang seimbang. Ketika kamu gagal untuk mindful, maka kamu akan cenderung mengidentifikasi segala hal (over-identification), bahkan terhadap hal-hal yang bukan bagianmu. Apabila kamu melakukan over-indentification, maka kamu akan lebih mudah mengalami overthinking, tidak mau kan? Oleh karena itu, kamu harus menjadi seorang yang mindulf agar terbebas dari reaktivitas negatif seperti itu.
https://pixibay.com/

Benarkah Self-Compassion Berarti Mengasihani Diri Sendiri?

Setelah mengetahui berbagai hal tentang self-compassion, pertanyaan selanjutnya adalah apakah self-compassion sama dengan mengasihani diri sendiri (self-pity)? Nah jawabannya adalah tentu saja berbeda. Dalam penelitiannya, Goldstein dan Kornfield (1987) menekankan bahwa self-compassion cukup berbeda dengan self-pity.
ADVERTISEMENT
Ketika seseorang mengasihani diri sendiri, orang tersebut akan terlarut dalam masalah dan cenderung membesarkan kesedihannya, dia lupa bahwa bukan hanya dirinya yang mengalami kesulitan, ada banyak orang di luar sana yang mengalami kesulitan juga, bahkan mungkin lebih buruk. Selain itu, orang yang mengasihani diri sendiri akan cenderung melakukan over-identification (Neff, 2003). Hal tersebut tentunya berbeda dengan self-compassion, self-compassion lebih mengarahkan kamu untuk menghindari over-identification, sehingga kamu masih memiliki ruang untuk melihat kebaikan dari dirimu dan memahami manusia secara luas (Scheff, 1981).

Self-Compassion Membentuk Pribadi yang Egois?

Menerapkan Self-compassion tidak berarti kamu harus meletakkan segala kepentinganmu di atas kepentingan orang lain. Harus kamu pahami, bahwa berbuat baik terhadap diri sendiri atau self-compassion bukan berarti menjadikan kamu sebagai individu yang egois. Justru dengan self-compassion inilah seseorang dapat memiliki pemahaman bahwa seluruh manusia, termasuk dirinya sendiri, perlu dan pantas untuk menerima perlakuan yang baik atau belas kasih (Neff, 2003). Ilustrasinya begini, ketika kamu dapat menerapkan self-compassion dengan tidak menghakimi diri sendiri secara berlebihan, maka kemungkinan besarnya adalah kamu juga tidak akan menghakimi orang lain.
ADVERTISEMENT
Demikian penjelasan terkait seni berbuat baik terhadap diri sendiri atau self-compassion. Sekarang kamu sudah tau nih apa itu self-compassion. Mulai saat ini, cobalah untuk melakukan self-compassion, karena hal tersebut penting untuk diterapkan dalam kehidupan, khusunya untuk kehidupanmu. Perlu kamu ingat bahwa kegagalan, kesulitan, serta penderitaan adalah bagian dari pengalaman manusia. Oleh karena itu, jangan pernah menuntut dirimu atau orang lain untuk menjadi sempurna, karena manusia memang tidak ada yang sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Goldstein, J., & Kornfield, J. (1987). Seeking the heart of wisdom: The path of insight meditation. Boston: Shambhala.
Narang, D. S. (2014). Leaving loneliness: A workbook, building relationships with yourself and others. Los Angeles: Stronger Relationships LLC.
Neff, K. D. (2003). Self-compassion: An alternative conceptualization of a healthy attitude toward oneself. Self and Identity, 2 (2), 87–89.
ADVERTISEMENT
Neff, K. D. (2003). Development and validation of a scale to measure self- compassion. Self and Identity, 2 (3), 224– 225.
Neff, K. D. (2011). Self-compassion, self- esteem, and well-being. Social and Personality Psychology Compass, 5 (1), 4-5.
Neff, K. D. (2021). Self-Compassion. Diakses pada 5 Desember 2021 dari https://self-compassion.org/the-three-elements-of-self-compassion-2/
Scheff, T. J. (1981). The distancing of emotion in psychotherapy. Psychotherapy: Theory, Research & Practice, 18, 46-50