Konten dari Pengguna

Nggak Cuma Ikonik, Baguette Juga Jadi Simbol Politik di Prancis

Khalid Asmadi
Mahasiswa Illmu Komunikasi - Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
30 Januari 2025 20:37 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Khalid Asmadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Baguette, roti panjang nan unik asal Prancis. Sumber: Freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Baguette, roti panjang nan unik asal Prancis. Sumber: Freepik.com
ADVERTISEMENT
Prancis, sebuah negara di Eropa Barat yang dikenal sebagai pusat kebudayaan, seni, hingga gastronomi (seni kuliner) dunia. Banyak orang yang menjadikan Prancis, khususnya Kota Paris sebagai tujuan destinasi wisata internasional. Mereka berlomba-lomba untuk turut merasakan keindahan arsitektur/tata kota, kesenian, juga kehidupan kuliner di sana.
ADVERTISEMENT
Sebut saja Menara Eiffel yang acap kali dijadikan ikon wisata juga tujuan dari aktivitas keliling Eropa oleh para turis. Belum lagi dengan keberadaan museum Louvre yang mengoleksi berbagai karya ternama seperti, lukisan Mona Lisa, patung Winged Victory of Samothrace, hingga Piramida Kaca Louvre yang tak kalah menawannya.
Menurut Katadata, Prancis menduduki peringkat satu dari 10 negara yang paling banyak dikunjungi turis mancanegara pada 2023 (menurut Data The World Tourism Organization). Prancis menyentuh 100 juta pengunjung dalam satu tahun yang diikuti oleh Spanyol, Amerika Serikat, Italia dan negara lainnya seperti Inggris dan Cina.
Budaya Prancis yang begitu kental juga gaya hidup nan estetis melahirkan banyak seniman, tokoh intelektual, hingga sastrawan legendaris. Karena obsesi pada gaya hidup estetis dan romantisasi kehidupannya, seakan segala sudut kegiatan dari negara ini menjadi ikonik. Tak terkecuali dunia kuliner. Dari anggur Bordeaux, keju Brie, hingga segala jenis roti-rotian seperti Croissant dan Baguettes.
ADVERTISEMENT
BAGUETTES SEBAGAI IKON KEBUDAYAAN
Baguette merupakan simbol paling ikonik dari tradisi kuliner di Prancis dan merupakan salah satu jenis roti khas di negara tersebut. Roti yang berbentuk panjang dan tipis ini dibuat dari adonan dasar tanpa lemak.
Bahan dasar utama pembuatan Baguette hanya terdiri dari empat macam yaitu: air, tepung, garam, dan ragi. Bahan-bahan ini bahkan telah diregulasi secara resmi oleh pemerintahan Prancis sejak 1993, mengutip dari situs resmi Le Cordon Bleu.
Proses pembuatan dengan cara tradisional tersebut menghasilkan roti yang lembut dan berongga di bagian dalam, namun renyah di bagian kulit luar. Baguette memiliki diameter sekitar 5-6 cm dengan panjang 65 cm (terkadang mencapai 1 meter).
Baguette dinikmati oleh masyarakat Prancis setiap hari, tiap waktu. Dari mulai waktu sarapan bersama mentega dan selai, hingga makan malam ditemani keju juga wine. Saking cintanya dengan Baguette, diketahui roti ini dikonsumsi sebanyak 6 miliar setiap tahunnya. Angka ini setara dengan satu orang Prancis membeli 100 Baguette.
ADVERTISEMENT
Bukan sekedar dekat, Baguette memang terbukti menjadi bagian dari kebudayaan Prancis. Pada November 2018 misalnya, Kementerian Kebudayaan Prancis resmi menjadikan berbagai kesenian dan kebudayaan Baguette sebagai Warisan Nasional Takbenda. Hingga pada tahun 2022, UNESCO juga mengakui Baguette sebagai bagian dari Warisan Budaya.
Baguette turut menjadi simbol etos kerja dari para seniman/pembuat roti Prancis. Proses pembuatan Baguette membutuhkan kemampuan khusus dan perhatian pada detail. Hal ini mencerminkan nilai-nilai tradisional dalam budaya Prancis yang menghargai kualitas.
Ilustrasi baker professional Prancis membawa Baguette. Sumber: Freepik.com
BAGUETTE SEBAGAI SIMBOL PERJUANGAN
Di balik budaya Prancis yang lekat dengan Baguette, ada sejarah yang mengawalinya. Prancis memiliki lika-liku sejarah yang begitu kompleks. Dari mulai peristiwa Revolusi Prancis, kolonialisme, hingga Perang Dunia II.
Dengan memahami ikon-ikon kuliner Prancis, seperti Croissant dan Baguette, dapat menjadi salah satu cara untuk mengerti tema juga momen tertentu dalam sejarah Prancis. Ini juga tentang memahami bagaimana ikon tersebut bisa begitu melekat dalam kehidupan masyarakat di sana.
ADVERTISEMENT
Sebagai roti Prancis, asal-usul Baguette secara jelas belum diketahui. Namun mengutip dari UChicago Bite (majalah organisasi kuliner dari University of Chicago) menjelaskan terdapat dua peristiwa penting yang diyakini turut mewakili teori asal dari roti ini. Dua peristiwa itu ialah, Revolusi Prancis (1789-1799) dan Perang Napoleon (1803-1814).
Pada 1789, dimulailah perjuangan untuk melawan ketidaksetaraan ekonomi dan politik secara masif. Terdapat kutipan terkenal dari tulisan karya filsuf Prancis bernama Jean-Jacques Rousseau, berjudul "Les Confessions". Kutipan ini berbunyi, “Qu’ils mangent de la brioche!” Yang berarti, “Biarkan mereka makan brioche!”.
Maksud kutipan ini adalah untuk menyimbolkan tentang ketidakpedulian kaum bangsawan terhadap kehidupan rakyatnya. Ketika sang rakyat melapor terkait fenomena kelaparan yang dialami, sang “Putri Besar” justru mengatakan, “Biarkan mereka makan brioche!”. Bagaimana mungkin rakyat yang dalam kondisi kesusahan dan kelaparan mampu untuk membeli brioche yang notabenenya lebih mahal dari roti biasa.
ADVERTISEMENT
Kutipan tersebut seringkali disalahpahami sebagai ucapan langsung dari sang Ratu Prancis, Marie Antoinette. Namun tetap, mitos tersebut menggambarkan bagaimana kesengsaraan yang dialami oleh kelas bawah/rakyat Prancis kala itu.
Hingga pada 1792, rezim monarki terjatuh dan Raja Louis dihukum mati. Lalu, dibentuklah majelis rakyat Prancis yang disebut Konvensi Nasional. Konvensi Nasional menyatakan secara tegas bahwa kesetaraan harus ditegakkan, tak ada lagi si kaya dan si miskin.
Semua tukang roti, dengan ancaman penjara, dituntut untuk membuat hanya satu jenis roti, yaitu “Roti Kesetaraan”. Banyak yang mempercayai bahwa deklarasi tersebut memicu ditemukannya Baguette.
Asal-usul kedua dari terciptanya Baguette adalah ketika Perang Napoleon dimulai, yaitu pada 1803. Mitosnya, Napoleon pernah memerintah untuk dibuatkan sebuah roti yang tipis sehingga muat untuk masuk dalam seragam para prajurit. Dicurigai, Baguette yang memenuhi kriteria tersebut.
ADVERTISEMENT
Apapun teorinya, bukan berarti melupakan begitu saja pesan-pesan juga simbolisasi yang dibawa oleh Baguette. Baguette justru mewakili berbagai dimensi kehidupan bagi masyarakat Prancis, dari mulai kehidupan politik, perjuangan, hingga ranah kesenian dan kebudayaan. Baguette menjadi contoh sempurna bagaimana sesuatu yang nampak sederhana dapat mencerminkan nilai-nilai sentimental untuk mereka yang bersedia memahaminya.