Konten dari Pengguna

Prospek Perluasan Anggota Uni Eropa Pasca-Brexit

Kharizma Ahmada
Pecinta Musik, Sepakbola, Film dll.
16 September 2017 15:23 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kharizma Ahmada tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Prospek Perluasan Anggota Uni Eropa Pasca-Brexit
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Uni Eropa selama ini dianggap sebagai organisasi regional yang paling berhasil dalam mewujudkan integrasi negara-negara Eropa. Pertama kali didirikan pada tahun 1950 oleh enam negara, yaitu Belgia, Perancis, Jerman, Italia, Luxemburg dan Belanda, sebagai komunitas yang bertujuan menyatukan negara-negara Eropa dalam ekonomi dan politik dengan nama “European Coal and Steel Community”. Pada tahun 1957, nama komunitas ini berubah menjadi “European Economic Community” atau EEC dengan tujuan menciptakan pasar tunggal di seluruh negara-negara Eropa, yang menjadi awal permulaan Uni Eropa (UE) saat ini.
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu, negara anggota Uni Eropa terus berkembang, dimulai dengan bergabungnya Inggris, Irlandia dan Denmark pada tahun 1973 hingga Austria, Finlandia dan Swedia pada tahun 1995. Berakhirnya perang dingin antara blok Barat dan Timur di akhir Abad 20 mengakibatkan banyak negara-negara Eropa Timur seperti Polandia dan Hongaria bergabung dengan Uni Eropa pada tahun 2004 hingga Bulgaria dan Rumania pada tahun 2007. Negara terakhir yang bergabung dengan Uni Eropa adalah Kroasia, yang bergabung pada tahun 2013. Sehingga, total saat ini jumlah negara anggota Uni Eropa mencapai 28 negara. Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah mengingat masih ada enam negara yang sudah mendaftar untuk menjadi anggota Uni Eropa seperti Turki, Islandia, Makedonia, Montenegro, Albania dan Serbia.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, pada tahun 2016 lalu, salah satu negara anggota UE, Inggris memutuskan untuk keluar dari organisasi ini, setelah melakukan proses referendum, di mana sebanyak 51 persen warga Inggris Raya memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa, dalam proses yang dikenal sebagai Brexit atau British Exit tersebut. Keluarnya Inggris dari Uni Eropa tersebut kemudian menimbulkan pertanyaan mengenai eksistensi Uni Eropa kedepannya, termasuk prospek perluasan negara-negara anggota Uni Eropa.
Peran dan pengaruh Inggris yang cukup penting di kawasan adalah salah satu alasan yang mempengaruhi negara-negara calon anggota tersebut untuk dapat bergabung dengan UE. Inggris adalah kekuatan ekonomi terbesar nomor enam di dunia dan kekuatan militernya peringkat lima di dunia, sehingga memiliki kedekatan dengan Inggris melalui bergabung dengan UE akan menjadi keuntungan tersendiri bagi negara-negara yang akan bergabung dengan UE. Namun pertanyaannya kemudian, apakah dengan keluarnya Inggris dari UE, akan berpengaruh besar terhadap perluasan anggota UE, baik dari negara-negara yang sudah mengajukan aplikasi maupun belum.
ADVERTISEMENT
Jawaban dari pertanyaan ini menurut penulis adalah tidak akan memiliki pengaruh. Hal ini karena, kendati Inggris adalah salah satu negara penyumbang dana terbesar di UE, namun pesona UE yang menawarkan pasar tunggal dan identitas Keeropaan tidak akan bisa dilewatkan begitu saja. Dari sekian banyak negara yang mendaftar, sebagian besar adalah negara-negara Balkan yang ingin lepas dari bayangan konflik masa lalu dan berintegrasi dengan negara-negara Eropa lainnya.
Kemudian potensi pasar tunggal yang ditawarkan oleh UE akan menjadi daya tarik tersendiri bagi negara-negara pendaftar untuk tetap bergabung dengan UE. Besarnya pasar negara-negara UE dapat dimaksimalkan oleh enam negara pendaftar untuk menawarkan barang dan jasa mereka. Hal ini belum ditambah berbagai benefit yang akan mereka nikmati sebagai anggota UE, yaitu adanya subsidi untuk sektor seperti pendidikan dan agrikultural serta peningkatan investasi, yang nantinya akan memperbaiki kualitas hidup warga negara mereka. Kendati pada tahun 2014, presiden UE, Jean-Claude Juncker menyatakan bahwa belum ada penambahan dalam waktu lima tahun hingga 2019. Namun, keluarnya Inggris dari organisasi ini diyakini akan membuat UE semakin mempercepat langkah perluasan mereka untuk kembali menegaskan kembali cita-cita integrasi Eropa seperti di awal berdirinya organisasi ini serta menunjukkan pada Inggris bahwa UE tetap akan berjalan normal tanpa keberadaan Inggris, bahkan langkah ini dapat menjadi langkah tepat untuk membuat warga Inggris menyesali keputusan mereka karena keluar dari UE, karena hal tersebut membuat mereka justru semakin terkucil dari tetangganya di kawasan.
Prospek Perluasan Anggota Uni Eropa Pasca-Brexit (1)
zoom-in-whitePerbesar
Akan tetapi, kendati demikian, masih terdapat sejumlah hambatan yang harus dihadapi bagi perluasan UE ke depannya pasca Brexit. Meningkatnya isu terorisme dan ISIS serta arus imigran diyakini akan menjadi salah satu hadangan terbesar dari perluasan. Di mana, terdapat kekhawatiran dari warga negara-negara pendaftar bahwa dengan kewajiban membuka perbatasan mereka untuk imigran, diyakini akan mengancam keamanan nasional negara mereka. Kemudian juga meningkatnya pengaruh Rusia di Serbia, yang ditandai dengan banyaknya kelompok ultra-nasionalis yang menolak untuk bergabung dengan UE. Khusus dengan Turki, perkembangan demokrasi di negara tersebut yang memburuk usai kudeta gagal terhadap Presiden Erdogan setahun lalu juga menjadi hambatan tersendiri bagi perluasan anggota UE. Sehingga, hal-hal ini tetap harus diperhatikan untuk memastikan perluasan UE kedepannya pasca Brexit.
Ilustrasi Brexit (Foto: daniel_diaz_bardillo)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Brexit (Foto: daniel_diaz_bardillo)
ADVERTISEMENT