Konten dari Pengguna

Zombie dan Hubungannya dengan Kolonialisme Barat

Khatibul Azizy Alfairuz
Seseorang yang tertarik menekuni bidang jurnalistik, penulis cerita dan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia
21 Maret 2023 18:29 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Khatibul Azizy Alfairuz tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Jenazah manusia yang terinfeksi jamur Cordyceps di The Last of Us. Foto: HBO
zoom-in-whitePerbesar
Jenazah manusia yang terinfeksi jamur Cordyceps di The Last of Us. Foto: HBO
ADVERTISEMENT
The Last Of Us, serial adaptasi game dengan nama yang sama tentang Zombie itu akhirnya selesai. Series tersebut beberapa pekan ke belakang sempat viral. Setiap minggu penikmat serial televisi membicarakannya, bahkan kritikus memberikan ulasan positif kepada serial ini. Serial ini menggabungkan unsur-unsur petualangan dan horor dengan cerita yang sangat menarik dan mendalam.
ADVERTISEMENT
Salah satu elemen yang paling menonjol dari serial tersebut adalah kehadiran para zombie atau yang disebut sebagai "infected". Meskipun cerita game ini hanya fiksi belaka, namun mengingatkan kita pada keberadaan mitos zombie yang telah menjadi legenda sepanjang sejarah.
Konsep zombie terus saja tidak habis termakan waktu. Di industri hiburan, baik itu film, theater, serial bahkan gim konsep zombie tetap diangkat dan dinikmati oleh pasar. Konsep zombie telah menarik perhatian dan menakuti orang selama berabad-abad. Meskipun zombie memiliki makna yang berbeda dan telah digambarkan dalam berbagai bentuk media populer sepanjang sejarah, asal-usul zombie dapat ditelusuri kembali ke mitologi Vodou Haiti.
Haiti dijajah oleh Prancis pada abad ke-17 dan menjadi produsen gula dan kopi yang besar. Orang Afrika yang dijadikan budak dibawa ke pulau tersebut untuk bekerja di perkebunan, membawa dengan mereka tradisi budaya dan kepercayaan agama mereka, termasuk Vodou.
ADVERTISEMENT

Asal Muasal Zombi

Dalam Vodou Haiti, konsep zombie merujuk pada seseorang yang dibangkitkan dari kematian oleh seorang bokor, seorang tukang sihir yang menggunakan magic hitam untuk mengendalikan yang hidup dan yang mati. Dalam Vodou Haiti, konsep zombie sangat berbeda dengan gambaran populer zombie dalam budaya populer Barat. Zombie tidak digambarkan sebagai monster pemakan daging, melainkan sebagai budak tanpa pikiran yang dipaksa untuk melakukan perintah dari sang penguasa. Bokor dapat menggunakan kombinasi ramuan, bubuk, dan mantra untuk mengendalikan zombie, dan zombie sering digambarkan tanpa kehendaknya sendiri.
Selama era kolonial, pemilik perkebunan Prancis di Haiti dikenal menggunakan metode brutal untuk menjaga tenaga kerja budak mereka terkendali. Metode ini termasuk penyiksaan, mutilasi, dan pembunuhan. Dipercayai bahwa konsep zombie sebagai budak tanpa pikiran dipengaruhi oleh praktik-praktik ini, serta keyakinan di antara beberapa penjajah Prancis bahwa orang Afrika yang dijadikan budak kurang dari manusia dan bisa diperlakukan sebagai binatang.
ADVERTISEMENT
Salah satu dampak kolonialisme adalah percampuran budaya, dan karena itulah konsep Zombie haiti mempengaruhi cerita rakyat masyarakat eropa. Zombie digambarkan sebagai mayat hidup yang haus darah dan menginfeksi manusia lain untuk menjadi zombie juga. Konsep zombie seperti ini kemudian muncul dalam film-film dan industri hiburan Barat, seperti film horor dan video game, yang memperluas pengaruh zombie ke seluruh dunia dan membuatnya menjadi bagian dari budaya populer global. Selain itu, popularitas budaya populer global juga telah menyebabkan zombie menjadi hanya sebuah elemen dalam cerita horor, tanpa mempertimbangkan sejarah dan keunikan dari konsep aslinya.
Konsep zombie sebagai budak tanpa pikiran juga telah digunakan sebagai metafora untuk bentuk penindasan lain dalam sejarah. Misalnya, zombie telah digunakan untuk mewakili penghilangan martabat orang Afrika yang dijadikan budak selama perdagangan budak transatlantik, serta kepatuhan tanpa pikiran dari kelas pekerja dalam masyarakat kapitalis.
ADVERTISEMENT
Di abad ke-20, zombie mengambil bentuk baru dalam budaya populer Barat. Film zombie pertama, White Zombie (1932), diatur di Haiti dan menggambarkan zombie sebagai hasil dari magi Vodou. Film-film selanjutnya, seperti Night of the Living Dead (1968) karya George A. Romero, mengambil tradisi ini tetapi memperbarui untuk audiens modern dengan menggambarkan zombie sebagai monster pemakan daging.
Ilustrasi clicker, zombie yang terinfeksi jamur Cordyceps di The Last of Us. Foto: HBO
Salah satu dampak kolonialisme adalah pencampuran budaya, dan karena itulah konsep Zombie haiti mempengaruhi cerita rakyat masyarakat eropa. Zombie digambarkan sebagai mayat hidup yang haus darah dan menginfeksi manusia lain untuk menjadi zombie juga. Konsep zombie seperti ini kemudian muncul dalam film-film dan industri hiburan Barat, seperti film horor dan video game, yang memperluas pengaruh zombie ke seluruh dunia dan membuatnya menjadi bagian dari budaya populer global. Selain itu, popularitas budaya populer global juga telah menyebabkan zombie menjadi hanya sebuah elemen dalam cerita horor, tanpa mempertimbangkan sejarah dan keunikan dari konsep aslinya.
ADVERTISEMENT
Zombie adalah makhluk yang dikaitkan dengan kehidupan setelah mati dan kekuatan supernatural. Namun, konsep zombie membawa arti jauh lebih penting jika dibandingkan hal tersebut. Zombie merupakan manifestasi kekejaman kolonialisme barat kepada masyarakat haiti. Di sisi lain, sudah tak terhitung lagi berapa banyak konsep zombie dibawa ke dalam Industri hiburan modern. Berapa banyak uang yang mereka hasilkan dari penjualan konsep yang didasarkan atas kesengsaraan masyarakat tersebut?
Dari konsep Zombie, ternyata kolonialisme tidak hanya membawa perubahan kepada masyarakat jajahan. Bahwa juga terjadi pembawaan konsep yang dapat merusak warisan budaya Haiti dan tradisi Vodou mereka. Mereduksi konsep tersebut menjadi sekadar elemen hiburan tanpa makna sejarah, budaya, dan spiritual yang sebenarnya.