Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Hubungan Tokoh Perempuan dengan Kritik Sastra Feminis
2 Juni 2024 12:06 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Khoerunisa Mudiyanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Karya sastra dapat diinterpretasikan dan dievaluasi dengan menggunakan teori feminisme. Sehingga feminisme memiliki hubungan dengan kritik sastra. Kemudian lahirlah kritik sastra feminis dalam kajian kesusastraan.
ADVERTISEMENT
Karya sastra sendiri menciptakan dunia baru yang lahir dari imajinasi manusia. Dunia baru tersebut tentunya berhubungan erat dengan apa yang terjadi di dunia manusia secara nyata. Kehidupan dalam dunia sastra dapat direfleksikan melalui tokoh-tokohnya. Termasuk tokoh perempuan yang identik dengan feminisme.
Feminisme adalah gerakan menuntut persamaan hak bagi perempuan, untuk mendapatkan hak asasi perempuan. Menurut Humm (dalam Wiyatmi, 2012) feminisme adalah gerakan pembebasan perempuan yang dianggap tidak memiliki kebebasan karena jenis kelaminnya, kemudian dibentuk menjadi sebuah ideologi.
Kritik sastra feminis berupaya memfokuskan analisis dan penilaiannya pada karakter perempuan dalam karya sastra, perkembangan karakternya, hubungan tokoh perempuan dengan masyarakatnya, dan bisa juga hubungan tokoh perempuan dengan norma atau adat istiadatnya.
Di Indonesia, gerakan feminisme dimulai dengan emansipasi wanita oleh R.A Kartini tahun 1879 agar kaum perempuan dapat belajar seperti kaum laki-laki. Kemudian teruskan oleh Dewi Sartika yang membangun sekolah untuk perempuan pada tahun 1904.
ADVERTISEMENT
Kedua gerakan tersebut bertujuan untuk menyetarakan gender perempuan. Dunia sastra dapat merefleksikan gerakan tersebut melalui tokoh-tokoh perempuan yang ada di dalamnya. Tokoh perempuan dalam karya sastra mencerminkan perkembangan karakter perempuan terhadap dirinya sendiri dan dengan lingkungan masyarakatnya.
Dengan demikian, teori feminisme merupakan bagian dari kajian kesusastraan. Maka kritik sastra yang di dalamnya terdapat peran perempuan melalui tokoh-tokohnya dapat dianalisis dan dievaluasi dengan teori feminisme.