Konten dari Pengguna

20 Tahun Seorang Nenek Tinggal di Gubug Reot Seorang Diri

Rizki Akbar Gustaman
Suka minum kopi
10 Februari 2018 23:43 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizki Akbar Gustaman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
20 Tahun Seorang Nenek Tinggal di Gubug Reot Seorang Diri
zoom-in-whitePerbesar
Ket foto : Kondisi Gubuk Reyot milik Nenek Muklinah
ADVERTISEMENT
Lebak- Seorang nenek berusia 80 tahun bernama Muklinah warga Kampung Pasir Buntu Desa Lebak Pendeuy Kecamatan Cihara Kabupaten Lebak-Banten harus menderita di ujung senja usianya.
Nenek Muklinah yang seharusnya tinggal menikmati masa-masa indah hari tua bersama anak dan cucunya ini mengalami nasib yang sangat memprihatinkan.
Sejak ditinggal suaminya beberapa puluh tahun lalu, nenek Muklinah harus tinggal sendirian selama dua puluh tahun di gubuk berukuran sekitar 2,5 X 4 meter.
Di gubuk itu, Nenek Muklinah tinggal beralaskan tanah padat, tanpa ada listrik dan kasur untuk ia rebahi. Di dalam gubuknya itu, hanya terdapat sebuah tungku buat memasak dan tumpukan kain.
Bocor menjadi langganan saat hujan turun, Nenek Muklinah tak bisa berbuat apa-apa selain meringkuk kedinginan. Penderitaan Nenek Muklinah semakin menjadi tatkala kedua tangannya lumpuh karena disengat ular berbisa.
ADVERTISEMENT
20 Tahun Seorang Nenek Tinggal di Gubug Reot Seorang Diri (1)
zoom-in-whitePerbesar
"Entos dua puluh tahun emak (Muklinah-red) cicing di gubuk ieu, (Sudah dua puluh tahun Nenek tinggal di gubuk ini," cerita Nenek Muklinah sapaan akrabnya dengan berurai air mata saat awak media mendatangi kediamannya, Sabtu 10 Februari 2018.
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari Nenek Muklinah kadang dibantu oleh anak satu-satunya yang tinggal tidak jauh dari gubuk yang ditempatinya.
"Makan, mandi dan keperluan lainnya kadang dibantu sama anak, namun tadi itu anak saya juga sama tidak berkecukupan. Hanya cukup untuk memenuhi keluarganya saja," ujarnya berlinang air mata.
Rumahnya yang sudah tidak lagi berdiri tegap itu seakan tinggal menunggu waktu roboh lantaran material kayu yang digunakan sudah banyak yang lapuk termakan usia.
ADVERTISEMENT
Bahkan, saat hujan deras mulai mengguyur wilayahnya itu, nenek Muklinah hanya bisa pasrah sambil berlinang air mata, diselimuti rasa ketakutan akan tertimpa atap rumahnya sendiri.
Binatang melata pun menjadi teman keseharian nenek Muklinah dikala malam hari sudah menyapa. Gubuknya yang gelap tanpa adanya penerangan seakan menjadi santapan empuk para binatang melata tersebut.ta tersebut.
"Sebetulnya nenek takut tinggal ditempat ini takut kalau lagi hujan, atapnya bocor dan tidak ada lampu penerang. Apalagi kalau malam sering ada binatang masuk," kata nenek Muklinah menggunakan bahasa sunda.
Nenek Muklinah mengaku selama ini belum pernah ada bantuan dari pemerintah. Ia pun berharap agar segera mendapatkan bantuan dari pemerintah maupun relawan untuk merehab gubuknya ini.
ADVERTISEMENT
"Nenek hanya berharap ada yang bantu, karena sudah 20 tahun tinggal di rumah ini dengan seadanya," tukasnya mengakhiri.
Yang mengejutkan, ditemukannya gubuk nenek Muklinah itu, bukan oleh pemerintah desa atau pemerintah daerah tapi ditemukan oleh petugas PPS saat melakukan cocok dan penelitian (Coklit).
Heri petugas PPS Desa Lebak Pendeuy menjelaskan, saat itu dirinya sedang bertugas dengan Petugas Pemutahiran Data Pemilih (PPDP) Pilkada serentak 2018 di Kampung Pasir Buntu Desa Lebak Pendeuy Kecamatan Cihara Kabupaten Lebak-Banten.
Saat itu kata Heri, dirinya melakukan Coklit ke rumah milik Muklinah. Saat meninjau rumah tersebut dirinya merasa kaget menemukan gubuk reyot yang diisi oleh Nenek Muklinah seorang diri.
"Saya sedang tugas Coklit dengan petugas PPDP, kebetulan rumah yang kami Coklit rumah milik Nenek Muklinah. Saat itu saya kaget dengan kondisi rumah Nenek Muklinah yang tak layak huni," jelas Heri kepada awak media, Sabtu 10 Februari 2018.
ADVERTISEMENT
Di dalam gubuknya yang pengap dan sudah miring ini diceritakan Heri, Nenek Muklinah hidup sendiri terkadang dibantu oleh anaknya.
"Nenek Muklinah tinggal sendirian, anaknya tinggal sama keluarganya, kondisi anaknya juga tidak cukup untuk menghidupi keluarganya," kata Heri.
Heri berharap ada uluran tangan dari pemerintah maupun dermawan yang sudi ingin membantu memperbaikivkondisi rumah nenek Muklinah.
"Saya harap pemerintah maupun dermawan mau membantu Nenek Muklinah, kasian rumahnya tak layak huni dan tinggal sebatang kara," tukas Heri.(Rizki).