Bantu-Sesama-Corona-4 (1).jpg

THR dari Kita untuk Para Marbut Masjid, Penghafal Al-Quran, hingga Guru Ngaji

19 Mei 2020 11:23 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Para pembaca, wabah corona menghantam siapa saja termasuk mereka para marbut masjid, penghafal Al-Quran, hingga guru mengaji. Di bulan Ramadhan yang kurang dari sepekan ini mari kita maksimalkan donasi agar kita bisa memberikan THR untuk mereka.
Dok. kumparanDerma.
ADVERTISEMENT
Begitu kata Isnaniah, guru mengaji di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, saat ditanya alasan tetap mengajar di tengah pandemi COVID-19 walau tak memungut bayaran.
Pandemi ini telah membuat seluruh kegiatan menjadi terbatas, termasuk kegiatan belajar mengaji. Begitu pula yang dituturkan Isnaniah, saat tim Infopbun berkunjung ke rumahnya.
Guru ngaji yang telah mengajar selama 4 tahun ini bercerita, ia memiliki kurang lebih 25 anak yang belajar mengaji bersamanya. Biasanya ia mendapat Rp 150 ribu, namun kini ia tidak menarik biaya selama pandemi berlangsung.
Baginya, anak-anak yang masih ingin khatam Al-Quran sudah menjadi semangat baginya untuk tetap mengajar.
Dok: Infopbun
Di Solo, santri penghafal Al-Quran bernama Luthfia Tasliah juga terdampak COVID-19. Saat ini, santri berusia 15 tahun ini terpaksa belajar untuk ujian kenaikan kelas dari rumah setelah dipulangkan dari pondok pesantren di Sragen.
Dok: Bengawan News
"Sebelumnya kemarin belum ada ujian kenaikan kelas, terus ada COVID-19 ini jadi terpaksa harus dipulangkan. Sebenarnya gurunya para ustazah itu tidak mau kalau santrinya dipulangkan karena mereka itu sangat mencintai dan menyayangi santri-santrinya," terang Luthfia.
ADVERTISEMENT
Selama di rumah, Luhfia tetap menjaga hafalannya. Tak hanya itu, ia juga berharap COVID-19 segera selesai agar ia bisa kembali ke pondok.
Ramadhan tahun ini pun berbeda bagi Arifin, marbot masjid di Kepulauan Yapen, Papua. Biasanya ia melihat orang-orang biasanya salat berjemaah di masjid, anak-anak mengaji. Kini, sudah 3 bulan kegiatan tersebut tidak ada lagi akibat pandemi COVID-19. Kesedihannya adalah, karena menaati peraturan pemerintah dan MUI untuk tidak melakukan kegiatan keagamaan, anak-anak yang ingin mengaji terpaksa ia pulangkan.
Arifin Furu, marbot masjid di Kabupaten Yapen, Papua. Dok: BumiPapua
Arifin tetap mengerjakan tugasnya di tengah wabah COVID-19. Dok: BumiPapua
Meski demikian, Arifin tetap melaksanakan tugasnya dengan baik. Ia tetap mengumandangkan azan setiap hari, membersihkan masjid tanpa melihat besar kecil insentif yang diterima. Padahal, Arifin hanya menerima insentif Rp 6 juta per tahun dari Kementerian Keagamaan. Semua tetap dilakukannya dengan ikhlas.
ADVERTISEMENT
Keadaan pun bertambah sulit karena harga bahan pokok yang melambung tinggi. Namun ia percaya, cobaan ini akan segera berlalu.
Kita bisa membantu mereka meringankan beban kebutuhan sehari-hari sehingga mereka tetap bisa melaksanakan panggilan dan kewajiban untuk mengajarkan agama.
Bantuan kita kepada mereka menjadi amal jariyah di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini.
Mari bantu mereka bertahan melewati situasi ini dengan berdonasi melalui kumparanDerma.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten