Konten dari Pengguna

Mahasiswa Unimor Ini, Tak Gentar Raih Gelar Sarjana Sambil Jadi Buruh Kuburan

SEVIMA
Sentra Vidya Utama (Sevima) adalah Education Technology yang berdiri sejak tahun 2.004, dengan komunitas dan pengguna platform yang tersebar di lebih dari 1.000 kampus se-Indonesia. Bersama kita revolusi pendidikan tinggi, #RevolutionizeEducation!
9 Oktober 2024 13:37 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari SEVIMA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Adalah Rezky Rendi Funan, mahasiswa semester I Program Studi (Prodi) Ilmu Adminstrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Timor (Unimor) yang tengah menjalani kuliah sambil bekerja, dengan menjadi buruh. Pekerjaan yang dilakoni pun unik, yakni menjadi buruh gali kuburan.
ADVERTISEMENT
Rezky melakoni pekerjaan menjadi buruh tukang kuburan sejak masih duduk di bangku SMA. Ia bekerja menjadi buruh mengikuti suami salah satu kakaknya. Rezky sendiri merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara, pasangan Mikhael Nenis dan Paulina Suni yang bermata pencaharian sebagai petani dan berdomisili di Maumolo, sebuah kampung kecil di pinggiran Kota Kefamenanu.
Menurutnya, kedua orang tuanya sangat senang karena bisa membantu mereka mendapatkan tambahan penghasilan dan bisa ditabung untuk membiayai kuliahnya di Unimor. Pekerjaannya sebagai buruh tukang kuburan tidak banyak diketahui oleh teman-temannya, baik saat masih di SMA maupun sekarang ini setelah menjadi mahasiswa.
“Saya tertarik bekerja menjadi buruh karena bisa membantu orang tua mendapatkan uang agar bisa bersekolah saat itu dan bisa kuliah di Unimor pada saat ini. Dari kami tujuh bersaudara, hanya saya yang bisa sampai di bangku kuliah, sedangkan keenam saudara saya hanya sebatas tamat SMA. Saya tidak mengikuti perilaku dan gaya hidup anak anak seumuran saya yang mungkin masih menghabiskan waktu untuk bersenang-senang saat ini,” tuturnya kepada Humas Unimor di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Bijaesunan, Selasa (8/10/2024).
ADVERTISEMENT
Masuk ke Unimor melalui jalur Seleksi Mandiri, untuk semester I ini, ia memprogram lima mata kuliah dengan bobot 18 SKS dan mendapatkan Hendrikus Hironimus Botha, S.IP., M.AP., sebagai Dosen Pembimbing Akademiknya.
“Saya bisa membagi waktu antara kuliah dan kerja. Kalau kuliah siang sampai dengan sore, paginya saya datang bekerja. Sedangkan kalau kuliah pagi, pada sore harinya baru saya bisa datang untuk bekerja. Beda saat masih SMA dulu, sekolahnya dari pagi sampai siang. Setelah keluar sekolah, saya langsung bisa bekerja membantu. Untuk kondisi saya saat ini sebagai seorang mahasiswa, konsentrasi saya untuk kegiatan perkuliahan tetap saya utamakan.” jelasnya.
Rezky lanjut menceritakan, untuk pergi ke kampus, ia berangkat dari Maumolo dengan fasilitas motor ojek, kemudian turun di terminal Kota Kefamenanu lalu lanjut menumpang angkutan kota untuk menuju ke kampus Unimor di bilangan KM 9 arah ke Kupang. Untuk segala aktivitasnya pergi dan pulang ke rumah biasanya menghabiskan biaya sebesar Rp. 20.000 setiap harinya.
ADVERTISEMENT
“Pokoknya untuk proses perkuliahan selama ini lancar, hanya pernah absen karena hujan deras di Maumolo, sehingga ketika tiba di kampus, proses perkuliahan sudah dimulai. Untuk tugas-tugas perkuliahan, kadang saya agak kewalahan karena harus mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen pengampuh mata kuliah, tetapi tetap saya kerjakan karena merupakan suatu kewajiban sebagai mahasiswa, ” katanya mengakui.
Untuk upah pekerjaan sebagai buruh, Rezky menceritakan bahwa dari setiap kuburan yang selesai dikerjakan, dia mendapatkan upah sebesar Rp.500.000,00 hingga Rp. 750.000,00, tergantung model kubur dan tingkat kesulitan dalam proses pengerjaannya. Upah sebesar itu diperoleh dalam jangka waktu satu hingga dua minggu proses pekerjaan. Uang itu diberikan kepada ibunya untuk ditabung guna mencukupi kebutuhan keluarga dan juga untuk kebutuhan kuliahnya.
ADVERTISEMENT
Rezky juga menambahkan bahwa ia bersyukur sekali karena rata-rata job untuk pengerjaan kuburan sekarang ini berlokasi di TPU Bijaesunan Kota Kefamenanu yang letaknya lumayan dekat dengan kampus, sehingga ketika mendekati jam perkuliahan dia bisa langsung bersiap untuk menuju kampus guna mengikuti proses perkuliahan.
“Kedepannya,saya bercita-cita menjadi seorang pengusaha atau bekerja di sektor swasta. Saya juga tidak malu untuk melakoni pekerjaan ini, bahkan ada kebahagiaan tersendiri karena bisa membantu orang lain atau keluarga duka. Dari hasil pekerjaan senagai buruh ini, saya memimpikan bisa membeli sebuah laptop untuk mendukung proses perkuliahan saya ke depan. Karena selama ini saya mengerjakan tugas dengan mengandalkan handphone saja,”ujarnya sambil menyiapkan tas dan perlengkapan kuliah serta mengganti pakaian yang dibawa dari rumah guna pergi mengikuti proses perkuliahan siang tadi.
ADVERTISEMENT
Kisah di atas adalah contoh nyata bahwa kesuksesan tidak datang dengan mudah. Perlu dedikasi, manajemen waktu yang baik, dan semangat untuk belajar, untuk dapat mencapai tujuan kita. Dan dari kisah inspiratif ini diharapkan banyak orang dapat termotivasi untuk mengambil langkah ekstra dalam mengejar impian.
Sumber: Unimor