Status Akreditasi Sementara: Penjelasan dan Pentingnya Proses Perpanjangan

Dalam seminar SEVIMA yang rutin dihadiri ribuan rektor dan dosen se-Indonesia, Dr. Dandi Darmadi, M.A.P., pakar digitalisasi kampus dan pendidikan tinggi, memberikan penjelasan mendalam mengenai status akreditasi sementara bagi perguruan tinggi dan program studi baru. Seminar ini menjadi ajang diskusi penting bagi institusi pendidikan untuk memahami dinamika akreditasi di Indonesia, sekaligus memperkuat tata kelola pendidikan tinggi yang berorientasi pada kualitas.

Dr. Dandi Darmadi menjelaskan bahwa status akreditasi sementara diberikan dengan masa berlaku tertentu. "Untuk program studi baru, status ini berlaku selama lima tahun, sedangkan untuk perguruan tinggi baru, masa berlakunya delapan tahun," ungkapnya. Status akreditasi sementara ini bertujuan memberikan kesempatan kepada institusi pendidikan tinggi untuk mempersiapkan diri memenuhi standar yang ditetapkan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) atau Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM).

Proses Perpanjangan dan Tenggat Waktu

Dalam penjelasannya, Dr. Dandi menekankan bahwa perguruan tinggi maupun program studi dengan status akreditasi sementara harus proaktif dalam mengajukan akreditasi ulang. "Permohonan akreditasi harus diajukan paling lambat sembilan bulan sebelum masa berlaku akreditasi sementara berakhir," jelasnya. Permohonan ini harus disampaikan kepada BAN-PT atau LAM sesuai dengan kewenangan yang berlaku.

Keterlambatan dalam pengajuan akreditasi ulang dapat membawa konsekuensi serius, seperti kehilangan status akreditasi dan terganggunya operasional program studi. Oleh karena itu, Dandi menggarisbawahi pentingnya manajemen waktu dan kesiapan dokumen untuk memastikan proses akreditasi berjalan lancar.

Pentingnya Akreditasi dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan

Lebih lanjut, Dr. Dandi menjelaskan bahwa akreditasi bukan sekadar formalitas, tetapi juga alat untuk memastikan kualitas pendidikan. "Akreditasi adalah jaminan mutu yang menunjukkan bahwa perguruan tinggi atau program studi telah memenuhi standar nasional pendidikan tinggi," katanya. Hal ini juga penting untuk meningkatkan daya saing lulusan di tingkat nasional maupun internasional.

Dandi juga menyebut bahwa proses akreditasi memberikan kesempatan bagi perguruan tinggi untuk melakukan evaluasi diri dan perbaikan berkelanjutan. "Dalam konteks ini, teknologi seperti SEVIMA Platform dapat menjadi solusi untuk mempermudah pengelolaan data akreditasi, sehingga prosesnya lebih efisien dan terorganisir," tambahnya.

Tantangan dan Solusi dalam Proses Akreditasi

Dr. Dandi tidak hanya membahas manfaat akreditasi, tetapi juga tantangan yang sering dihadapi perguruan tinggi. Salah satu tantangan utama adalah mempersiapkan dokumen dan data yang diperlukan dalam proses akreditasi. "Pengelolaan data yang tidak terintegrasi sering kali menjadi hambatan. Oleh karena itu, penggunaan teknologi seperti platform digital sangat penting," ujarnya.

Sebagai penutup, Dandi mengajak semua peserta seminar untuk terus berkomitmen pada peningkatan kualitas pendidikan tinggi. "Proses akreditasi adalah cerminan dari upaya kita bersama untuk memberikan pendidikan terbaik bagi generasi mendatang," tutupnya.

Seminar ini tidak hanya memberikan wawasan tentang teknis akreditasi, tetapi juga menginspirasi para pemimpin pendidikan tinggi untuk terus berinovasi dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang proses akreditasi dan dukungan teknologi, perguruan tinggi di Indonesia diharapkan dapat semakin kompetitif di kancah global.