Konten dari Pengguna

Gen Z Menolak Hustle-Life: Kesehatan Mental Lebih Utama!

Stress Management Indonesia
Neuroscience, Holistic, and Humanistic solution centre with the healthy start from home based programme.
4 Desember 2024 16:28 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Stress Management Indonesia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi tema artikel ( Dokumentasi Stress Management Indonesia | Foto hasil generate menggunakan AI yaitu Blackbox.ai )
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tema artikel ( Dokumentasi Stress Management Indonesia | Foto hasil generate menggunakan AI yaitu Blackbox.ai )
ADVERTISEMENT
Di era serba cepat seperti sekarang, terutama dengan semakin meningkatnya tekanan pekerjaan, generasi Z menunjukkan sikap yang berbeda. Mereka tidak lagi terjebak dalam spiral Hustle Culture yang mengharuskan mereka untuk bekerja keras tanpa henti. Alih-alih mengejar kesuksesan dengan mengorbankan waktu pribadi dan kesehatan mental, Gen Z justru lebih mengutamakan keseimbangan hidup yang sehat. Mengapa demikian?
ADVERTISEMENT
Apa Itu Tren Anti-Hustle Life?
Tren anti-hustle life adalah gerakan yang menentang budaya kerja tanpa henti (hustle culture) yang sering mengorbankan kesehatan mental dan waktu pribadi demi kesuksesan material. Tren ini, yang populer di kalangan Gen Z, mengedepankan keseimbangan hidup dengan menetapkan batasan dalam pekerjaan, mengutamakan istirahat, dan memberi ruang untuk pengembangan diri. Dalam pandangan ini, kesuksesan diukur tidak hanya dari pencapaian profesional, tetapi juga dari kebahagiaan, ketenangan batin, dan kualitas hidup secara keseluruhan.
Burnout: Gejala yang Semakin Meningkat
Salah satu alasan utama mengapa generasi Z menolak hustle culture adalah burnout. Generasi muda ini menghadapi tantangan besar di tempat kerja, termasuk kelelahan fisik dan emosional akibat beban kerja yang tinggi. Menurut data dari GoodStats, sekitar 50% Gen Z merasa tekanan besar terkait prospek karier mereka, yang menyebabkan kekhawatiran finansial dan stres yang mendalam. Selain itu, ekspektasi tinggi baik dari diri sendiri maupun lingkungan sosial juga memperburuk stres mereka, yang bisa berujung pada burnout.
ADVERTISEMENT
Apa itu “burnout”?
Burnout adalah kelelahan ekstrem yang mengganggu keseimbangan hidup, merusak hubungan sosial, dan bahkan menurunkan produktivitas. Sebuah penelitian menunjukan sebanyak 73% dari Gen Z di Amerika Serikat melaporkan sering merasa kelelahan akibat pekerjaan mereka. Kelelahan mental ini seringkali berimbas pada gangguan kecemasan, depresi, dan penurunan motivasi kerja.
Burnout memiliki dampak yang sangat nyata bagi kesehatan mental, fisik, dan emosional. Dalam sebuah survei global, sekitar 42% pekerja muda melaporkan bahwa burnout membuat mereka merasa putus asa dan emosional tidak stabil. Kondisi ini dapat menurunkan produktivitas mereka secara signifikan dan bahkan mempengaruhi kepuasan kerja. Sekitar 50% Gen Z yang bekerja melaporkan mempertimbangkan untuk berpindah pekerjaan akibat tekanan berlebihan dan kurangnya keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
ADVERTISEMENT
Burnout juga dapat merusak hubungan antarpribadi. Ketika stres berkepanjangan tidak ditangani dengan baik, individu cenderung merasa terisolasi dan kesulitan menjaga hubungan dengan rekan kerja serta keluarga. Dalam jangka panjang, hal ini dapat memperburuk keadaan mental dan emosional mereka, memperburuk kondisi burnout yang sudah ada.
Gen Z Mengutamakan Kesehatan Mental
Melihat dampak tersebut, generasi Z semakin sadar akan pentingnya menjaga kesehatan mental. Mereka tidak ingin mengorbankan kebahagiaan dan kesejahteraan mereka hanya demi pekerjaan atau standar kesuksesan yang tidak realistis. Alih-alih bekerja berlebihan, mereka lebih memilih untuk mencari pekerjaan yang mendukung keseimbangan hidup, memberikan kesempatan untuk pengembangan diri, dan tentunya, tidak menyebabkan stres berlebihan.
Kesehatan mental menjadi prioritas utama bagi mereka, dengan banyak dari mereka yang mulai menerapkan pola hidup lebih seimbang, mencari waktu untuk beristirahat, meditasi, bahkan terlibat dalam kegiatan sosial untuk mengurangi stres. Dalam dunia yang semakin kompleks ini, mereka percaya bahwa hidup yang sehat adalah kunci untuk produktivitas yang berkelanjutan dan kebahagiaan sejati.
ADVERTISEMENT
Tren ini membawa angin segar bagi dunia kerja. Banyak perusahaan kini mulai memperhatikan kesejahteraan karyawan dengan menawarkan lingkungan kerja yang lebih mendukung, serta fleksibilitas dalam jam kerja untuk mengurangi stres. Ini bukan hanya tentang mengurangi burnout, tetapi juga tentang menciptakan ruang bagi karyawan untuk berkembang, berinovasi, dan berkontribusi tanpa harus mengorbankan kesehatan mental mereka.
Generasi Z sedang memimpin perubahan besar dalam cara kita memandang produktivitas dan kesuksesan. Mereka menunjukkan bahwa kita tidak perlu bekerja berlebihan untuk mencapai kebahagiaan atau sukses. Dengan mengutamakan kesehatan mental, mereka menciptakan model kerja yang lebih manusiawi dan berkelanjutan. Jika kita ingin mengikuti jejak mereka, langkah pertama adalah menyadari pentingnya keseimbangan dalam hidup, dan tidak ragu untuk mengatakan "tidak" pada budaya hustle yang merugikan.
ADVERTISEMENT