Alasan Mengapa Saya Membela Nia Ramadhani yang Tidak Bisa Buka Salak

Konten dari Pengguna
28 Oktober 2019 14:55 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari KRESNOADI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Buka Salak Foto: Dok: Maulana Saputra/kumparan.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Buka Salak Foto: Dok: Maulana Saputra/kumparan.
ADVERTISEMENT
Lagi-lagi muncul satu video yang trending. Kali ini bukan hal-hal serius seperti RUU KUHP yang pernah saya tulis beberapa waktu lalu. Melainkan soal Nia Ramadhani yang tidak bisa membuka salak.
ADVERTISEMENT
Iya, buah salak.
Video yang saya tonton merupakan gabungan dua cuplikan Instagram story Ardi Bakrie yang direkam dan diunggah ke Twitter. Di sana, Ardie Bakrie menuliskan “Kacau…”.
Berikut adalah adegan yang saya tonton, lengkap dengan reaksi saya:
Di sebuah restoran. Ardi merekam, menyorot Nia yang memegang rambutnya menahan tawa. Di atas piring ada satu buah salak yang… ya diam aja. Mau ngapain lagi emangnya si salak? Nyetak gol?
Ardi Bakrie: Orang disuruh minta bukain salak, dia nanya gimana cara bukanya. Kamu serius gatau cara buka salak?
Nia Ramadhani: Pake piso?
Gue, di depan hape: GERGAJI MESIN!
Ardi: Nggak lah dikupas!
Nia: Ahahahaha!
Gue: Muahahaha
Mamah Dedeh: Eheuheuheu!
Kuntilanak: Hihihihihi
ADVERTISEMENT
Sinterklas: Ho ho ho!
Ardi: Mbak, dia nggak tahu cara buka salak, Mbak!
Nia: Gimana bukanya?
Ardi: Buka!
Gue: Jangan! Aku tak sanggup…
Ardi: Gigit! Digigit!
Gue: Masha Allah…
Nia: Iiih aku jijik ah... Aku nggak suka… Bau nggak sih…
Gue: *ambil wudhu
Ardi: Dikupas! Dikupas! Itu dikupas!
Mbak2: Ibu, ada yang bisa dibantu?
O, betapa berbahayanya video tersebut. Kita diperlihatkan adegan Nia yang gemas dan tidak paham caranya membuka salak, Ardi yang sederhana, dan mbak-mbak yang… ya diam aja. Mau ngapain lagi emang si mbak? Nyetak gol?
Video ini trending dan mencapai 28 ribu retweet di akun nickoakbar. Di sana dia menulis: “Pengin tajir lvl… gatau cara buka salak”. Selain itu, akun Twitter thepilouge juga menyebarkan video yang sama dengan status:
ADVERTISEMENT
“Tuhan menciptakan Nia Ramadhani
Kaya
Cantik
Body goals
Malaikat: Dia terlalu sempurna
Tuhan: Jadikan dia gak bisa buka salak”
Twit ini mencapai 68 ribu Retweet.
Nia Ramadhani ditemui di Lotte Shopping Avenue, Kuningan, Jakarta, Minggu (22/9/2019). Foto: Sari Kusuma Dewi/kumparan
Selanjutnya, kisah ini berembus begitu pesat. Berbagai media membuat pemberitaan tentang Nia Ramadhani dan salak. Mojok bahkan menuliskan artikel tentang 5 cara mengupas salak yang incredible. Konten-konten di media sosial berisi soal salak dan level tajir Nia Ramadhani yang terlalu tinggi karena tidak bisa mengupas salak.
Mulai dari yang mengatakan kalau, “Nia Ramadhani pasti gak pernah getok-getok remot yang baterainya mau habis,” sampai, “Nia Ramadhani pasti gak pernah ngerasain nyelotip uang goceng yang sobek.”
Melihat ini semua, saya hanya berhmmmm saja dari kejauhan.
ADVERTISEMENT
Saya mungkin adalah satu-satunya laki-laki yang berdiri di samping Nia Ramadhani. Maka dengan tulisan ini, saya akan memberikan berbagai poin tentang itu. Kenapa saya membela mati-matian Nia Ramadhani yang tidak bisa buka salak.
Gak ada Hubungannya Antara Bisa Buka Salak dengan Tingkat Ekonomi
Ya, ketika semua kekisruhan ini ramai, terkejut saya terheran-heran. Apa alasannya menyangkutpautkan ketidakbisaan Nia dalam mengupas salak dengan tingkat ekonominya. Muncul berbagai cuitan atau komentar bahwa “Nia Ramadhani pasti gak bisa/pernah [masukan kegiatan kaum ekonomi lemah yang jarang dilakukan kaum ekonomi kuat di sini]
Nia Ramadhani pasti gak pernah mandi pake sabun batang, lalu sabunnya jatuh dan pinggirannya penyok. Nia Ramadhani pasti gak pernah udah masuk selimut mau tidur, lalu dari luar kamar diteriakin, “Deek! Pintu gerbang udah digembok belom?!”
ADVERTISEMENT
Ya pasti nggak pernah, lah! Dia aja nyasar di rumahnya sendiri. Sedih. :(
Tapi, apa ini berarti orang yang mampu mengupas salak hanya orang yang berekonomi lemah? Saya, misalnya. Ekonomi gak kuat-kuat amat, diajak makan di Hanamasha aja gemetar, tetap nggak bisa juga ngupas salak. Ini menunjukkan apa, saudara-saudara sekalian? Orang miskin juga ada yang bego!
Sekali lagi saya tegaskan di sini, tidak ada hubungannya antara kemampuan mengupas salak dengan tingkat ekonomi. Lagipula, bagaimana bila yang dikupas adalah buah lain. Kelapa, misalnya. Siapa yang tahu kalau adegan di restoran tersebut dilanjutkan dengan Nia Ramadhani bilang ke Ardi, “Salak aku nggak bisa… tapi kalau kelapa ijo jago.” lalu dia mengeluarkan kelapa muda dari bawah meja, dan ngebacok-bacokin sampe kebuka. Ternyata Nia tidak tajir, tapi memang tukang es kelapa muda aja…
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Salak (Square). Foto: Dok. Pixabay
Salak Warnanya Cokelat dan Bau
Bagi orang yang gampang jijik seperti saya, salak adalah buah yang menyeramkan. Pertama, sebagai kaum ekonomi lemah, saya aja jijik ketika buka nasi kotak… lalu di dalamnya ada pisang. Bau nasi ayam kuning pun tertutupi aroma pisang. Ayam jadi manis, pisangnya anget, sayanya eneg.
Sekarang bandingkan dengan salak. Warnanya yang cokelat, baunya yang menyengat, mengingatkan kita akan lumpur lap… kecoak! Saya yakin, seperti halnya durian, ada aja orang yang nggak suka salak karena hal ini. Belum lagi kulitnya yang dipenuhi sisik yang bisa bikin tangan berdarah. Bayangkan ketika Ardi menyuruh Nia untuk menggigit salak, Nia malah mengenyotnya dalam-dalam.
‘Umm… enhh…aak… kok gak kekhh…kupas yha?’
ADVERTISEMENT
Lalu bibirnya Nia sobek, berdarah, jontor. Pasti Ardi akan menyesal setengah mati. Dia akan menjadi orang yang benci dengan salak karena warna dan baunya mengingatkannya pada lumpur lap… kejadian Nia bibirnya sobek.
Perkara Pohon Salak
Kita mungkin bisa dengan mudah membicarakan buah salak. Tapi, siapa yang tahu awal mula buah ini? Bagaimana bentuk pohon salak? Sungguh kita adalah manusia yang pelupa. Masha Allah.
Oleh karena itu, biar saya ingatkan. Pohon salak, tidak seperti mangga atau apel yang buahnya dipetik di atas dan daunnya meneduhkan. Salak mirip dengan rotan yang batangnya berduri, buahnya bergerombol, dan ngambilnya dicomot atau bahkan jongkok. Bayangkan ya. Pohonnya jelek, tidak meneduhkan, berduri, buahnya bersisik dan bisa bikin luka. Lalu, ketika manusia pertama kali nemu pohon salak, dia ngapain? Dia comot, buka kulit sisiknya, dan makan. Sungguh manusia adalah makhluk yang tamak. Masha Allah lagi.
ADVERTISEMENT
Maka dengan tidak makan salak seperti Nia Ramadhani, kita diingatkan untuk menjadi pribadi yang tidak serakah. Masha Allah lagi dan lagi.
Saya Jadi Bisa Dekat dengan Nia Ramadhani
Alasan lain kenapa saya membela Nia Ramadhani, tidak lain dan tidak bukan agar bisa dekat dengan dia dong. Hehehehehe. Nia, aku juga nggak bisa ngupas salak, lho. Kita belajar bareng yuk.