Konten dari Pengguna

Surat Terbuka untuk Dedy Susanto

20 Februari 2020 14:53 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari KRESNOADI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Dedy Foto: Dok: Indra Fauzi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Dedy Foto: Dok: Indra Fauzi/kumparan
ADVERTISEMENT
Assalamualaikum Dedy Susanto,
Perkenalkan, saya Kresnoadi. Supaya sopan, izinkan saya bertanya terlebih dahulu. Enaknya saya panggil Anda dengan sebutan apa ya? Dokter? Om? Atau ayang beib? Maaf kalau ngelunjak. Tadi bercanda aja.
ADVERTISEMENT
Kl gmau gpp.
Berhubung Anda tidak mungkin menjawab (karena ini surat terbuka, bukan talkshow), jadi saya memutuskan memanggil Anda dengan sebutan Paduka. Sesuai dengan panggilan para pasien Anda. Mudah-mudahan Paduka berkenan ya. ☆^ヽ(^-゚)vThank you♪v(゚∇^)/^☆
Di awal surat, saya ingin menyampaikan sebuah pengakuan: saya ngefans berat sama Paduka. Kalau boleh jujur, hampir setiap malam saya buka youtube untuk menonton Paduka. Oh my God, Paduka Dedy selalu mampu menghilangkan beban di hidup saya. Meski belum pernah bertemu secara langsung, tapi saya plong, Duk (PADUKA MANGGILNYA GIMANA, SEH?!).
Setiap menonton video Paduka, senyum saya melebar dan perut terkocok ngakak selera humorku anjlok saking bahagianya. Sirna sudah semua rasa capek di hari itu. Apalagi kalau menyaksikan Paduka main Jawab Aku Dengan Satu Kata bareng Vincent. Ini tuh sebenernya Dedy siapa, sih, anjer?
ADVERTISEMENT
Terus terang, saya sangat mengagumi Paduka. Ketika belum punya cita-cita, saya mengidolakan profesi dokter. Bagaimana tidak, cuma dokter yang menempelkan gelar profesi di depan namanya. Bayangkan Dok, Duk. Profesi apalagi yang bisa kayak gitu? Tepat sekali. Tidak ada! Profesi Paduka semulia Presiden. Yang bisa menandinginya hanyalah ibu-ibu paruh baya berjilbab yang datang ke pasar kaget. Siapapun ibu-ibunya, pedagangnya selalu manggil dengan, “Yak! Mau apa, lihat-lihat dulu aja, BU HAJI?!”
Pas diperhatiin, eh ibu berjilbabnya pake kaus lengan pendek. Masya Allah. Saya kaget di pasar kaget.
Bahkan, sebagai penulis, tidak pernah sekalipun saya dipanggil dengan sebutan “Penulis Kresnoadi”… ya soalnya kalau disingkat memang bakal jadi serem sih..
Beberapa hari belakangan, kolega di kantor terus-terusan memaksa saya untuk membuka akun Instagram Paduka. Mereka bilang, “Lihat, Di! Ada terapis keren abis!”
ADVERTISEMENT
Saya memperhatikan raut wajah mereka satu per satu. Setelah membuka sebelah earphone, saya bilang, “Hah? The... rapist?”
“TERAPIS!” seru mereka, salah satunya menjambak saya. Cocote kuwi! menyumpahi saya.
Awalnya saya pikir Paduka yang biasa mijit di daerah Tebet, tetapi saya salah! Salah besar! Maafkan kekhilafan saya, Paduka. Kolega saya menjelaskan profesi Paduka, dan dari situ lah saya kenal dan turut menjadi bagian dari P3K. Paguyuban Pencinta Paduka Keren.
Sepulang dari kantor, saya menggeletakkan diri di kasur dan menatapi langit-langit kos. Jiwa saya hampa. Saya pengin jongkok di bawah kucuran shower pakai kemeja, tapi saya galau, Paduka. Cucian saya nggak kering-kering tapi daleman udah mau abis (lho).
Di tengah semua kegundahan itu, jari saya bergerak sendiri. Ia menuntun saya ke akun Instagram @dedysusantopj.
ADVERTISEMENT
Setelahnya, saya terhenyak.
Saya tidak tahu cara membaca akun Anda, Paduka. Apakah dibaca sebagai Dedy Susantop J (Awalnya saya merasa inilah yang benar, karena Paduka sungguh top sekali!)? Atau Dedy Susanto PJ? Tapi, apa pula itu PJ? Pajak Jadian? Argumen kedua ini saya anggap tidak valid karena, begitu melihat direct message yang diunggah akun Instagram @korbandedysusanto, beberapa kali saya menemukan fakta bahwa Paduka adalah tuna asmara. Tidak mungkin, dong, seorang tuna asmara bagi-bagi Pajak Jadian? Maka, apabila Paduka membaca surat saya ini, sudi kiranya Paduka memberi tahu saya cara membaca akun Instagram Paduka.
☆^ヽ(^-゚)vThank you♪v(゚∇^)/^☆
Kembali ke persoalan awal. Jiwa saya kosong, Paduka. Mirip neraca keuangan Jiwasraya. Namun, setelah saya renungkan baik-baik, saya rasa setiap manusia punya kekosongan dalam jiwanya.
ADVERTISEMENT
Kita semua, selalu punya celah seperti itu.
Saya menyadari ini setelah menonton video Paduka bersama Mimi Peri di mobil. Dari situ saya sadar, setiap manusia punya jiwa gelapnya masing-masing. Perasaan yang diletakkan di bagian pojok dan disembunyikan. Tempat di dalam hati yang bahkan, kita sendiri enggan mendatanginya.
Saya rasa Paduka tahu tempat itu.
Tempat itu lah yang selalu Paduka coba jamah. Paduka adalah pendengar yang baik dan sebagian besar manusia gagal melakukannya. Dengan mendengar, Paduka punya kekuatan ajaib, yang, sanggup masuk ke lubang hitam yang kelam yang selama ini ditakuti pasien-pasien Paduka. Dan begitu Paduka berhasil menggapainya, dan memberikan satu dua kalimat, pasien Paduka merasa lega, plong, dan mbrebes mili.
ADVERTISEMENT
Itulah terapi yang Paduka lakukan dan sebagaimana tukang cukur yang tak mampu memotong rambutnya sendiri, saya rasa Paduka butuh orang lain. Mendengar adalah kegiatan yang melelahkan dan karenanya saya menulis ini. Saya akan coba membantu Paduka untuk menjamah lubang gelap di hati Paduka sendiri.
Paduka…
[elus-elus pundak Paduka] [aww mlu bnget]
Anggap saya Ayah Paduka. Di sini saya meminjam jari seseorang untuk menulis ini. Pejamkan mata Paduka. Eh, tapi kalo dipejamin nanti gimana bacanya ya?
Oke, nggak jadi pejamin, Paduka.
Ded… ini Ayah, Nak. Ayah tahu hidup tak selamanya bahagia. Kadang kita jatuh, dan itu perih sekali. Mungkin kamu tidak tahu karena kamu belum lahir, tapi Ayah pernah merasakannya sewaktu kecil dahulu. Ayah jatuh dari sepeda… dengkul Ayah bopeng-bopeng, Nak..
ADVERTISEMENT
Tapi Ayah kuat.
Oleh karena itu kamu juga harus kuat.
Ingatlah bahwa meski fitnah terus datang, kebenaran akan tetap bersinar. Makanya, sambil menunggu kebenaran, alangkah baiknya kita pakai kacamata hitam. Paling tidak, saat kebenaran terungkap, kita rada funky sedikit, Nak.
Paduka, ini saya lagi. Kresnoadi. Fans beratmu yang kembali menulis. Sekarang coba Paduka ikuti kata-kata saya.
[usap punggung Paduka] [Paduka gter2 kegelian]
Saya… Dedy Susanto… di hadapan saksi… mengatakan kalau saya kuat…
Musibah sering terjadi dan ia bisa datang kapan saja… tapi aku puas… AKU PUAS!
Aku tahu kalau aku sedang diuji… itu artinya... aku akan remedial minggu depan…
Eh maaf… maksudnya aku adalah manusia kuat… karena hanya orang terpilih yang mendapat ujian…
ADVERTISEMENT
Dan sebagai laki-laki yang kuat, aku… dengan tenagaku ini… [intonasi ditinggikan] AKU MAMPU MELALUINYA!
Semoga dengan mengikuti kalimat-kalimat saya barusan, Paduka merasa lebih lepas. Mohon maaf kalau kalimat saya kurang mantap karena saya bukan dokter seperti Paduka. Tapi saya berharap Paduka jadi plong. Keluarin aja semua Paduka. Nggakpapa. Biar lega. Kalau memang Paduka ingin dibantu secara langsung, saya bersedia kok ketemu langsung. H-1 bagaimana? Cukup 2 jam. Tapi selfie dulu ya. Kl gmau gpp kok. Aku ikhlas. Maaf bila memberatkan.
☆^ヽ(^-゚)vThank you♪v(゚∇^)/^☆
Salam,
Kresnoadi DH