Konten dari Pengguna

Susur Keelokan Terbit Sang Surya di Puncak Bukit Jatisewit

Krisna Aji Santoso
Mahasiswa aktif prodi Ilmu Komunikasi dengan konsentrasi Jurnalistik di Universitas Amikom Purwokerto.
9 Januari 2025 16:02 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Krisna Aji Santoso tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pemandangan Puncak Bukti Jatisewit, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas
zoom-in-whitePerbesar
Pemandangan Puncak Bukti Jatisewit, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas
ADVERTISEMENT
Berawal dari rasa penasaran melakukan hiking naik ke gunung dan menikmati matahari terbit dengan suasana dingin khas dataran tinggi menghantarkan kami berdua menyusuri internet untuk menggeledah lokasi pendakian yang cocok untuk amatiran.
ADVERTISEMENT
Hingga kami menemukan sebuah bukit yang tengah menjadi perbincangan para pecinta alam terkhusus di daerah Banyumas dan sekitarnya. Namanya Bukit Jatisewit, lokasinya di pelosok Desa Kasegeran, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, hidden gem kalo anak jaman sekarang bilang. Lokasinya masih di daerah pemukiman warga dan memang sengaja dikelola oleh warga sekitar untuk kawasan wisata alam baru.
Pagi itu (12/07/2024) sebelum suara adzan subuh berkumandang dan sebelum ayam jago berteriakan saya dan rekan sudah siap dengan beberapa botol minum seadanya dan pakaian yang sama sekali bukan khas pendaki. Berbekalkan google maps yang sudah diunduh usut punya usut takut kehilangan sinyal di lokasi nanti, serta bekal kepercayaan diri secukupnyaa kami berdua melakukan perjalanan menuju lokasi Bukit Jatisewit.
ADVERTISEMENT
Di perjalanan, kami terus memperhatikan arloji khawatir tertinggal sapaan matahari pagi nun indah seraya terus menerjang angin pagi buta yang masih dingin-dinginnya kala itu dengan kecepatan motor mencapai 60km/jam.
Sempat salah menerka maps kami terpaksa putar balik untuk kembali ke jalan yang benar. Makin mendekati lokasi makin redup cahaya lampu jalan, mulai banyak pepohonan di kanan kiri jalanan yang kami temui dan suara gerujukan air di sungai yang kami lewati, suasananya sedikit mencekam namun semua itu bagian dari perjalanan baru yang menyenangkan untuk saya pribadi.
Tepat pukul 05.15 saya dan rekan tiba di lahan parkir khusus pengunjung Bukit Jatisewit, masih dikawasan pemukiman warga, bahkan kami yakin itu masih merupakan pekarangan salah seorang warga desa setempat.
ADVERTISEMENT
“Parkir dan masuk ke lokasinya gratis, kita cukup membayar kotak kunjungan seikhlasnya,” Jelas Arkan (23), rekan pendakian saya pagi itu.
Kami menyusupkan selembar uang berwarna ungu tua ke dalam kotak bertuliskan ‘kotak kunjungan’, lalu melanjutkan perjalanan menuju puncak bukit. Kami mulai khawatir ketinggalan elok matahari pagi karena sinarnya makin terlihat dan makin terang seiring pendakian kami pagi itu.
Awalnya ada keraguan dalam benak kami karena tidak diberikan arahan sama sekali menganai rute jalan masuk bukit hingga ke puncak. Namun, setelah diteliti ternyata sudah terpasang banyak papan penunjuk arah untuk perjalanan menuju puncak Bukit Jatisewit.
Baru tiga menit kami mulai mendaki, hal yang tidak terduga terjadi, sol sepatu yang saya gunakan lepas. Posisinya sudah menganga seperti buaya yang siap memangsa santapannya. Untungnya sepatu yang saya gunakan memiliki dual sol sehingga dengan terpaksa saya tarik paksa sol yang lepas dan melanjutkan pendakian dengan sol bagian dalam yang sedikit licin namun tidak begitu menganggu perjalanan kami.
ADVERTISEMENT
Setengah perjalanan kami sempat menyalip tiga orang perempuan yang juga sedang terengah-engah mendaki sampai puncak. Saya mulai kewalahan mengatur nafas dan kami mulai memperlamban kecepatan. Namun, sinar matahari seolah meneriaki kami untuk terus naik sebelum kehabisan waktu menikmati indahnya matahari terbit karenanya kami mulai menambah kecepatan kembali untuk terus naik ke puncak bukit.
Perlahan tapi pasti kami terus menyusuri jalan setapak menuju puncak seraya menjepretkan kamera mengambil foto dan video ditiap langkah kami. Pemandangan yang disuguhkan begitu indah bahkan sebelum sampai di puncak. Rasanya seperti berada diatas awan berlayar bersama gundukan tanah yang awannya bak lautan luas nan indah, mata kami benar-benar dimanjakan dengan keindahan alam pelosok Kecamatan Cilongok.
ADVERTISEMENT
“Kalau di hari libur biasanya puncak dipadati dengan tenda para pendaki yang sengaja berangkat semalam buat menikmati sunrise tapi karena kita berangkat weekdays jadi gak terlalu padat,” ujar Arkan sewaktu kami akhrinya menginjakan kaki di puncak Bukti Jatisewit setelah menempuh perjalan kurang lebih 15 menit.
Kami datang diwaktu yang tepat, bulatan oranye khas matahari pagi baru saja memamerkan keindahannya tepat di arah timur lokasi kaki kami berpijak. Merinding sekujur tubuh melihat keelokan ciptaan-Nya. Sudah otomatis tangan kami merengguh kamera untuk mengabadikan momen tersebut, tidak sia-sia usaha bangun pukul tiga dini hari tadi.
Puas pada satu titik, kami berlanjut ke titik lain di bagian barat puncak bukit. Kami terkejut, titik ini tidak kalah indahnya dengan sisi timur. Kami disuguhkan pemandangan lereng yang beberapa lahannya ditanami beragam jenis tanaman perkebunan milik warga. Tersusun begitu rapih sampai takjub mata ini melihatnya. Dan kami begitu terkesan dengan kebersihan yang masih terjaga disini, semua pengunjung pasti masih memegang budaya kebersihan yang patut diacungi jempol.
ADVERTISEMENT
Saat menyisir pemandangan disisi barat puncak Bukit Jatisewit, mata kami mendapati ada sebuah gubuk di arah utara sedikit masuk lahan perkebunan warga. Nampaknya gubuk tersebut kerap digunakan warga sekitar untuk beristirahat saat tengah mengurus kebun mereka, namun juga menjadi satu spot foto yang unik untuk pendaki yang datang kesana.
Hari mulai siang, matahari mulai menyengat, tepat pukul 07.00 WIB kami menyadari lereng bukit mulai dipadati kabut sehingga kami memutuskan untuk turun kembali ke parkiran. Dengan sisa tenaga yang ada kami perlahan menyusuri tebing yang tidak begitu curam.
Dipertengahan jalan turun kami bertemu seorang nenek warga lokal yang membawa bakul di punggungnya sedang berjalan naik tanpa alas kaki lalu menyapa kami dengan senyum merekah di bibirnya, kaki-kakinya masih kuat dan langkahnya begitu mantap seperti tanpa beban.
ADVERTISEMENT
Pengalaman hiking pertama ini menjadi salah satu pengalaman yang unik dan menyenangkan, semua usaha untuk bangun pagi dan melawan suhu dingin pagi hari terbayarkan dengan pemandangan yang indah di puncak Bukit Jatisewit.