Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Antropologi Budaya: Proses Masuknya Peradaban India di Kawasan Asia Tenggara
16 April 2022 21:31 WIB
Tulisan dari Geo Kristian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hubungan dagang antara orang Indonesia dengan India telah mengakibatkan masuknya pengaruh budaya India dalam budaya Indonesia. Hal ini diperkuat dengan sumber-sumber tertulis dari India bahwa masyarakatnya khususnya pedagang tampaknya sudah mengenal daerah di Indonesia, seperti Pulau Sumatera dan Jawa. Disebutkan dalam sumber tertulis yang berasal dari India berupa kitab Artha Sastra, Jataka, Nidesa, dan Ramayana menyebutkan nama tempat, seperti Suvarnabhumi, Suvarnarupyakadvipa, Java dan Javadvipa. Dalam kitab Periplus juga disebutkan adanya hubungan dagang antara orang India dengan suatu tempat yang disebut Chryse yang artinya emas atau negeri emas yang selanjutnya nama ini digunakan untuk bagian Burma dan sebutan Sumatera. Selain nama tempat disebutkan beberapa produk seperti cengkih, kayu gaharu, dan cendana.
ADVERTISEMENT
Bukti adanya penyebaran pengaruh India ke kawasan Asia Tenggara ini diperkuat dengan adanya sebutan marga di Sumatera oleh orang-orang Batak Karo yang mempunyai nama marga seperti Padya, Chola, Pallawa dan Malaya yang semua ini datang dari orang-orang India suku Dravida.
Beberapa nama yang ada di Asia Tenggara juga menunjukkan adanya hubungan lokasi dengan India. Seperti di Burma ada Ussa (Pegu) dan Shri Ksetra (Prome lama) mungkin menunjukkan ada hubungannya dengan Orissa (Odhisa) yang terletak di pesisir timur India. Ada juga Talaing, nama Burma bagi rakyat Mon di sebelah selatan rupanya berasal dari Telingana di daerah Madras yang mempunyai hubungan erat di bidang kebudayaan.
Buku Buddha Jataka menyebutkan ada tiga pelabuhan dibagian barat India, Broach, Sopara dan Cranganore yang mempunyai hubungan dengan pelayaran-pelayaran ke Suvarnabhumi. Ini memungkinkan adanya hubungan antara pedagang-pedagang dari India dan Asia Tenggara yang telah saling mengunjungi. Setelah adanya hubungan dagang yang panjang ini, sebuah perubahan besar mulai muncul dalam suasana di Asia Tenggara.
ADVERTISEMENT
Sumber barat Geographike Hyphegesis yang ditulis Claudius Ptolomy pada tahun 165 atau mungkin lebih awal lagi secara detail menyebutkan tentang Asia Tenggara yang menggambarkan negeri Perak (Argrye Chora) dan negeri emas (Chrsye Chora) dekat kota-kota di Semenanjung emas “Chrsye Chersonesus”. Claudius Ptolomy yang juga memberikan petunjuk garis lintang dan garis bujur bagi nama-nama tempat yang disinggahinya. Dalam kitab disebutkan tempat denga nama labadiou. Diou dalam bahasa Prakrit artinya diwu dan dvipa dalam bahasa Sansekerta yang berarti “pulau”. Data ini menggambarkan adanya orang India yang mengetahui sejumlah daerah yang ada di Asia Tenggara. Keterangan yang dituliskan Ptolomy memperkuat bahwa menjelang pertengahan pertama abad kedua sesudah Masehi telah mulai menyebar pengaruh India di Asia Tenggara.
ADVERTISEMENT
Selain para penduduk India yang datang ke Asia Tenggara untuk berdagang lalu memperkenalkan peradabannya ke kawasan Asia Tenggara, mungkin juga ada hal-hal seperti pedagang-pedagang asal Asia Tenggara membawa kebudayaan India dan kesusastraan Sansekerta ke negerinya sendiri.
Referensi
Coedes George. 2010. Asia Tenggara Masa Hindu Buddha. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia
Abdullah, T. dan A.B Lapian. 2011. Indonesia dalam Arus Sejarah jilid II: Kerajaan Hindu-Budha. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve
Poesponegoro. dan Marwati, D. 1984. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka.