Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sekretaris Utama BPJS Kesehatan , Kisworowati menyampaikan, bahwa jumlah itu meningkat signifikan dibandingkan saat pertama kali badan ini berdiri di 2014, yakni hanya sekitar 133,42 juta jiwa.
“Peserta JKN KIS per 31 September 2019 sudah mencapai 221,20 juta jiwa atau 84,1 persen dari total penduduk,” ucapnya saat ditemui di Hotel Innside, Yogyakarta, Kamis (24/10).
Menurut dia, pencapaian BPJS Kesehatan dalam meningkatkan jumlah kepesertaan ini mengungguli negara maju. Misalnya Korea Selatan yang butuh 12 tahun agar 97,2 persen penduduknya menjadi peserta asuransi pemerintah.
Lalu Jerman untuk mencapai 87 persen kepesertaan membutuhkan waktu 127 tahun, Jepang membutuhkan 36 tahun untuk mencapai 100 persen kepesertaan, hingga Austria membutuhkan 79 tahun untuk mencapai 99 persen.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Ketua Cluster Penelitian Kemiskinan, Perlindungan Sosial dan Pembangunan Manusia Universitas Indonesia, Teguh Dartanto, mengaku telah melakukan penelitian terhadap alasan masyarakat belum mendaftar BPJS Kesehatan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, sebanyak 24 persen responden menyatakan bahwa tak memiliki penghasilan tetap menjadi alasan. Lalu 18 persen masyarakat mengaku tidak ingin menjadi peserta BPJS Kesehatan meski sudah tahu program ini.
“Ada 15 persen mengaku tidak familiar dengan BPJS Kesehatan, 15 persen bilang tidak lagi punya pendapatan karena sakit atau dipecat, 17 persen sudah ikut asuransi lain, lalu ada juga 7 persen alasan agama, dan 4 persen lainnya itu lain-lain,” ungkapnya.