34 Tahun Jadi Investor Saham, Ini Jurus Lo Kheng Hong Tetap Cuan saat Krisis

21 Maret 2023 20:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lo Kheng Hong saat OCBC NISP Business Forum 2023, Selasa (21/3/2023). Foto: OCBC
zoom-in-whitePerbesar
Lo Kheng Hong saat OCBC NISP Business Forum 2023, Selasa (21/3/2023). Foto: OCBC
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Investor saham kelas kakap, Lo Kheng Hong, mengungkapkan kiat-kiat melewati serangkaian krisis keuangan selama sepak terjangnya di dunia saham selama 34 tahun lamanya.
ADVERTISEMENT
Lo Kheng Hong menyebutkan, krisis pertama yang dia hadapi yaitu krisis keuangan di kisaran tahun 1990-1992 karena kebijakan tight money policy oleh Menteri Keuangan Indonesia saat itu, J.B Sumarlin.
Selanjutnya ada krisis ekonomi dan politik di tahun 1998. Lo Kheng Hong menyebutkan, uangnya bahkan hilang 85 persen. Meski begitu, dia mengaku berhasil bertahan sebagai pemenang lagi.
"Tahun 2008 ada krisis subprime mortgage juga IHSG turun banyak, tapi saya bisa survive. Tiga tahun lalu ada COVID kita krisis, IHSG kita turun sampai 3.900 saya bisa keluar sebagai pemenang juga," sambung dia.
Lo Kheng Hong membeberkan alasan dirinya bisa bertahan, sekaligus menjadi pemenang, selama krisis keuangan berlangsung. Tips pertama adalah dengan tidak memiliki utang .
ADVERTISEMENT
"Saya tidak punya utang, jadi krisis itu saham-saham saya tidak dipaksa jual, saya tidak punya utang jadi ketika bisnis saham saya turun ya saya pegang saja. nanti dia kembali bisa naik lebih tinggi," jelasnya.
Kemudian tips kedua, lanjut Lo Kheng Hong, yaitu memiliki uang tunai (cash) yang banyak, sehingga dirinya bisa memborong banyak saham perusahaan berkualitas yang harganya anjlok.
"Ketika krisis COVID di 2020 tuhan memberkati saya, saya punya banyak uang cash waktu itu. Jadi ketika krisis saya bisa membeli, di berita kan ada di tahun 2020 itu saya membeli saham apa saja," imbuh dia.
Dia menambahkan, selain tidak punya utang dan memiliki uang tunai yang banyak, dia sebagai pemegang saham kedua terbesar di perusahaan induk Panin Bank, berkesempatan menjual sahamnya ketika harga tinggi di tahun lalu.
ADVERTISEMENT
"Tahun lalu pun ketika saya pemegang saham terbesar nomor dua di Petrosea, coal mining contractor punya 15 persen. Tiba-tiba perusahaan itu diakuisisi dan saya menjual mengikuti trading offer, saya mendapatkan uang cukup banyak," tambahnya.
Lo Kheng Hong pun menilai, saat ini krisis keuangan kembali melanda dunia terutama di Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa, meskipun dia meyakini Indonesia tidak akan terdampak.
"Ketidakpastian pada saat ini bukan saja saya tidak punya utang tapi saya punya uang cash cukup banyak, jadi saya sudah siap. Kira-kira itu kenapa saya bisa melewati semua itu," pungkasnya.