45 Juta Warga RI Rentan Kelaparan Imbas Krisis Pangan

14 Agustus 2024 16:34 WIB
·
waktu baca 2 menit
Petani mengangkut padi dengan terpal saat panen di sawah yang terendam banjir di Desa Karangrowo, Undaan, Kudus, Jawa Tengah, Kamis (28/3/2024). Foto: Yusuf Nugroho/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Petani mengangkut padi dengan terpal saat panen di sawah yang terendam banjir di Desa Karangrowo, Undaan, Kudus, Jawa Tengah, Kamis (28/3/2024). Foto: Yusuf Nugroho/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Pemerintah menyebut Indonesia rawan mengalami krisis pangan imbas turunnya produktivitas padi karena panen raya sudah selesai. Dirjen Bina Pembangunan Daerah Kemendagri, Restuardy Daud mengatakan, krisis kelaparan ini bisa memengaruhi 7 persen hingga 16 persen penduduk RI.
ADVERTISEMENT
Dengan jumlah penduduk Indonesia pada 2024 ini mencapai 281.603.800 jiwa, artinya sekitar 19,7 juta hingga 45 juta jiwa rawan kelaparan.
“Sekitar 7 persen sampai 16 persen masyarakat Indonesia masih rentan terhadap kelaparan,” kata Restu dalam acara Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), Rabu (14/8).
Restu mengatakan pemerintah masih mencari sumber pasokan pangan dari sejumlah negara. Pasalnya negara langganan impor beras yakni India, Kamboja, dan Thailand sudah menutup kran ekspor.
“Ini menjadi tantangan untuk menjamin kecukupan pangan ini setidaknya sampai beberapa waktu ke depan,” ungkapnya.
Dia menyebut ketahanan pangan Indonesia kalah saing dengan Singapura. Negeri singa itu memiliki memiliki ketahanan pangan yang kuat di tengah keterbatasan lahan.
Petani mengumpulkan padi saat panen di sawah yang terendam banjir di Desa Karangrowo, Undaan, Kudus, Jawa Tengah, Kamis (28/3/2024). Foto: Yusuf Nugroho/ANTARA FOTO
“Singapura tidak punya lahan yang cukup seperti kita, tapi memiliki ketahanan pangan yang di atas kita,” tegasnya.
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi juga sempat membahas tentang krisis pangan. Bahkan, Jokowi juga menekankan Indonesia harus meningkatkan sistem pertanian menjadi smart agriculture karena saat ini eranya teknologi atau smart system. Smart agriculture diterapkan di daerah unggulan masing-masing.
Ia mendorong daerah-daerah agar melakukan penelitian terhadap komoditas unggulan. Sebab, setiap daerah memiliki keunggulan masing-masing dan bentangan yang sangat panjang.
“Lakukan riset, buat percontohan, berhasil, copy. Dan juga undang investasi untuk membangun pabrik pengelolaannya sehingga nilai tambah dari perkebunan kita jadi meningkat,” tambahnya.