491 Pekerja Kereta Cepat Jakarta-Bandung Kena COVID-19, 1.500 Orang Karantina

7 Februari 2022 16:04 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja melintas di dalam Tunnel Walini saat pengerjaan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Selasa (14/5). Foto: Helmi Afandi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja melintas di dalam Tunnel Walini saat pengerjaan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Selasa (14/5). Foto: Helmi Afandi/kumparan
ADVERTISEMENT
Masih merebaknya pandemi COVID-19 disinyalir menjadi salah satu penyebab sempat molornya pengerjaan konstruksi proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Banyak pekerja yang terpapar COVID-19 selama proses konstruksi.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) Dwiyana Slamet Riyadi mengungkapkan, total pekerja yang positif COVID-19 hampir mencapai 500 orang. Ini merupakan jumlah selama tahap konstruksi dari 1 Juni 2021 hingga 1 Februari 2022.
"Kemudian selama PPKM tahap satu ada hampir 500 pekerja kami yang terkena COVID-19, dan mengakibatkan 1.500 harus dikarantina. Ini mempengaruhi adanya slow down pekerjaan di beberapa lokasi," ujar Dwiyana dalam rapat bersama Komisi V DPR RI, Senin (7/2).
Dari paparan Dwiyana, tertulis jumlah keseluruhan pekerja yang terpapar corona yakni sebanyak 491 orang. Setiap pekerja yang terkonfirmasi positif, berdampak terhadap 3-5 pekerja lainnya yang harus ikutan menjalani karantina mandiri.
Mitigasi terhadap penyebaran kasus di kalangan pekerja itu kemudian dengan dilakukannya vaksinasi secara masif. Menurut Dwiyana, percepatan vaksinasi kemudian bisa membendung laju penyebaran kasus positif COVID-19.
ADVERTISEMENT

3 Penyebab Konstruksi KCJB Molor

Pekerja melintas di dalam Tunnel Walini saat pengerjaan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Selasa (14/5). Foto: Helmi Afandi/kumparan
Secara keseluruhan, kata Dwiyana, terdapat tiga masalah yang menyebabkan target penyelesaian kereta cepat ini molor. Selain pekerja yang terpapar COVID-19, juga karena pendanaan dan masalah teknis.
Dari sisi pendanaan, hingga April 2021 para pemegang saham belum melakukan setoran modal secara penuh. Ini kemudian diantisipasi dengan dikucurkannya penyertaan modal negara (PMN) oleh pemerintah sebesar Rp 4,3 triliun kepada PT Kereta Api Indonesia (Persero).
Sedangkan dari masalah teknis, kondisi geologi di beberapa lokasi membuat tantangan pengerjaan konstruksi menjadi lebih berat. Hingga saat ini, masih ada 3 tunnel yang belum rampung dari total 13 tunnel penunjang moda transportasi modern tersebut.
"Tinggal tunnel 2, 4, dan 6 yang belum selesai karena masalah clay shale atau geologi. Kami berharap bisa selesai di bulan April, tunnel 6 bisa bulan depan, jadi 3 tunnel bisa selesai April," pungkas Dwiyana.
ADVERTISEMENT