60 Persen Produknya Disebut Tak Sehat, Nestle Indonesia Buka Suara

8 Juni 2021 15:53 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Logo nestle. Foto: Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Logo nestle. Foto: Reuters
ADVERTISEMENT
Dokumen internal milik perusahaan makanan terbesar di dunia, Nestle, diduga bocor. Dalam dokumen internal tersebut, Nestle diduga mengakui bahwa lebih dari 60 persen makanan dan minuman utamanya tidak memenuhi standar kesehatan yang diakui.
ADVERTISEMENT
“Mereka mengakui bahwa beberapa produk mereka tidak akan pernah sehat, tidak peduli berapa banyak mereka merenovasi, berdasarkan laporan oleh Financial Times,” seperti dilansir dari Bussines Today, Selasa (8/6).
Dokumen tersebut merinci bahwa hanya 37 persen makanan dan minuman produksi Nestle (tidak termasuk makanan hewan) yang mencapai peringkat di atas 3.5, merujuk pada sistem pemeringkatan kesehatan Australia. Sedangkan sekitar 70 persen produk makanannya lainnya gagal memenuhi target. Bahkan sebanyak 96 persen dari total produk minuman juga tidak memenuhi standar. Sedangkan 99 persen portofolio penganan dan es krimnya juga gagal memenuhi standar.
Pabrik Nestle Karawang, Jawa Barat. Foto: Resya Firmansyah/kumparan
Atas beredarnya dokumen tersebut, pihak Nestle Indonesia pun angkat suara. Direktur Corporate Affairs Nestle Indonesia Debora R Tjandrakusuma mengatakan dokumen internal yang tersebar tersebut tidak akurat. Debora mengatakan, Nestle memang memproduksi produk-produk indulgent (memanjakan), seperti cokelat dan es krim. Produk-produk tersebut diakuinya tidak memenuhi standar kesehatan eksternal yang ketat. Namun jumlahnya tidak sampai 60 persen, bahkan kurang dari 30 persen.
ADVERTISEMENT
“Jika dilihat dari keseluruhan portofolio produk-produk kami berdasarkan total penjualan global, kurang dari 30 persen tidak memenuhi standar kesehatan eksternal yang ketat yang didominasi produk-produk indulgent (memanjakan), seperti cokelat dan es krim, yang bisa dikonsumsi dalam jumlah yang cukup sebagai bagian dari pola makan sehat, seimbang, dan menyenangkan,” ujar Debora kepada kumparan, Selasa (8/6).
Selain itu menurut Debora, laporan yang beredar tersebut merupakan analisis yang mencakup hanya sekitar setengah dari portofolio penjualan global produk-produk Nestle. “Analisis itu tidak mencakup produk-produk gizi bayi/anak, gizi khusus, makanan hewan peliharaan, dan produk kopi,” ujarnya.
Debora mengeklaim bahwa portofolio merek dan kategori produk-produk Nestle berkontribusi secara positif untuk kesehatan dan keafiatan pelanggan di seluruh dunia. Khusus di Indonesia, Debora memastikan bahwa pihaknya memproduksi dan mendistribusikan produk-produk yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Termasuk persyaratan gizi, kualitas dan keamanan dari BPOM, serta peraturan Halal. Kami menjamin kualitas dan keamanan produk-produk untuk para konsumen kami,” ujarnya.
Debora merinci bahwa pihaknya telah menambahkan bahan-bahan seperti serealia utuh, protein, serat dan mikronutrien (zat gizi mikro) serta mengurangi gula, garam, lemak jenuh dan kalori pada produk-produk Nestle. Bahkan menurutnya sejak 2017 Nestle telah mengurangi kandungan gula pada produk-produknya sebesar 28 persen.
“Kami percaya bahwa pola makan sehat berarti menemukan keseimbangan antara gizi dan kenikmatan. Ini termasuk adanya ruang untuk makanan indulgent (memanjakan), yang dikonsumsi secara bertanggung jawab. Tujuan kami tidak berubah dan jelas: kami akan terus membuat produk-produk kami menjadi lebih enak dan lebih sehat. Dan saat kami melakukannya, kami akan mengkomunikasikannya secara transparan,” tandasnya.
ADVERTISEMENT