65 Persen Bahan Baku Farmasi Impor dari China, Pengusaha Mengaku Stok Masih Aman

11 Maret 2020 17:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketersediaan obat-obatan dan produk farmasi di sebuah apotek. Foto: Moh Fajri/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketersediaan obat-obatan dan produk farmasi di sebuah apotek. Foto: Moh Fajri/kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagian besar bahan baku industri farmasi nasional diakui masih diimpor dari China. Meski ada gangguan pasokan bahan baku akibat merebaknya virus corona, namun pengusaha mengaku stok obat-obatan masih cukup sampai April mendatang.
ADVERTISEMENT
Ketua Komite Perdagangan dan Industri Bahan Baku Farmasi Gabungan Pengusaha Farmasi, Vincent Harihanto, mengatakan porsi bahan baku impor di industri farmasi nasional mencapai 95 persen. Dari jumlah itu, yang terbanyak dari China dan India.
“Sekarang ini untuk bahan baku (dari) Eropa tersisa 10 sampai 15 persen. Artinya 85 persen dari bahan baku kita impor itu dari China dan India. Dari jumlah itu kisarannya kita impor dari China sekitar 60 sampai 65 persen, india 35 sampai 40 persen,” kata Vincent di Hotel Millenium Sirih, Jakarta, Rabu (11/3).
Dia menjelaskan industri farmasi selama ini sudah terbiasa kalau stok obat terlambat datang karena produksi di negara asal sedang libur. Sehingga ketika pasokan dari China juga terlambat karena virus corona, pihaknya sudah berupaya mengatur agar stok selalu terjaga.
ADVERTISEMENT
Mencuatnya kasus virus corona dari China, diakui Vincent sedikit banyak mengganggu pasokan impor bahan baku industri farmasi. Tapi menurutnya, saat ini para pemasok bahan baku di China sudah berkantor untuk produksi lagi.
“Kebetulan imlek di akhir bulan Januari itu sudah ada masalah biasa, artinya sudah diantisipasi. Jadi kalau produksi China berhenti 1-2 minggu sudah terjadi di tahun-tahun sebelumnya,” terang Vincent.
Petugas medis berpakaian hazma merawat pasien di salah satu rumah sakit di Wuhan, China. Foto: China Daily via REUTERS
Sementara itu meski sempat mengalami masalah pasokan bahan baku, dia mengaku cadangan obat-obatan di dalam negeri masih memadai. Sehingga menurutnya, masyarakat tak perlu panik dan tetap tenang.
“Memang kita enggak perlu panik, stok yang kita punya obat masih bisa sampai Maret dan April itupun dikatakan untuk fast moving item. Jadi stoknya sampai Maret, April. Untuk yang slow moving sampai Juni dan Juli,” kata Vincent.
ADVERTISEMENT
Vincent mengungkapkan selama ini koordinasi dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Bea Cukai terus dilakukan. Ia merasa dalam mengatasi virus corona ini kedua pihak tersebut dianggap memberikan kemudahan khususnya terkait impor bahan baku dari luar negeri.
“Tidak hanya itu, BPOM sudah koordinasi dengan pihak Bea Cukai karena masalah pengiriman barang, tidak hanya barang saja tapi terhambat dengan pengurusan dokumen tapi dari pihak Badan POM dan Bea Cukai sudah janji untuk beri kemudahan solusi,” ujar Vincent.
Lebih lanjut, Vincent menuturkan bisnis farmasi di Indonesia saat ini bahan bakunya memang 95 persen masih impor. Dari jumlah tersebut, mayoritas didatangkan dari China dan India.
ungkap Vincent.
ADVERTISEMENT