Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Ada Indikasi Fraud di Indofarma, Induk Holding BUMN Farmasi Buka Suara
19 Juni 2024 16:09 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Direktur Utama PT Biofarma (Persero) yang juga induk Holding BUMN Farmasi, Shadiq Akasya, menyinggung temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tentang adanya fraud di anak usahanya, PT Indofarma Tbk (INAF). Hal itu dia singgung saat memaparkan bagaimana kinerja perseroan mengalami tren menurun sejak 2021 hingga 2023.
ADVERTISEMENT
"Perlu kami sampaikan mungkin Bapak Ibu sudah mendengar berita-berita terkait Indofarma, baik temuan BPK atau berita dari media massa. Kami jelaskan bahwa kinerja Indofarma mengalami tren yang menurun dari tahun 2021 hingga 2023 baik secara pendapatan maupun profitabilitas," kata Shadiq saat RDP dengan Komisi VI DPR RI, Rabu (19/6).
Pendapatan Indofarma tahun 2023 sebesar Rp 524 miliar, turun sebesar 54,2 persen secara tahunan. Pendapatan ini didominasi penjualan produk dalam negeri mencapai Rp 501 miliar dan produk etikal Rp 311 miliar, serta peningkatan pendapatan ekspor di tahun 2022 sebesar Rp 22 miliar.
Sementara nilai pendapatan sebelum dikurangi bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) pada tahun 2023 negatif Rp 239 miliar, membaik dari tahun 2022 yang minus Rp 361 miliar.
ADVERTISEMENT
"Ini disebabkan penurunan beban pemasaran dan distribusi seiring dengan penurunan penjualan dan pelaksanaan efisiensi biaya operasional kantor," kata Shadiq.
Sementara net income pada tahun 2023 tercatat negatif Rp 605 miliar, memburuk dibanding 2022 yang negatif Rp 428 miliar. "Karena adanya penyisihan piutang Rp 46 miliar, dan adanya biaya-biaya terkait pajak kurang lebih Rp 120 miliar," sambung dia.
Sementara dari kinerja keuangan, Indofarma pada 2023 memiliki aset senilai Rp 933 miliar, turun 39,2 persen dari 2022 sebesar Rp 1,53 triliun. Dan liabilitas pada 2023 tercatat Rp 1,54 triliun, naik 7 persen dari tahun 2022 sebesar Rp 1,44 triliun.
Sementara ekuitas Indofarma pada 2023 sebesar minus Rp 615 miliar, turun 812,6 persen dari Rp 86 miliar di tahun 2022.
ADVERTISEMENT
"Namun tahun 2023 telah dilakukan upaya-upaya perbaikan terutama di beban usaha dan beban keuangan. Peran Biofarma sebagai induk turut membantu Indofarma dalam upaya perbaikan khususnya untuk pendanaan-pendanaan yang bersifat operasional," kata Shadiq.
"Perlu kami tegaskan saat ini Indofarma masih dalam proses PKPU dan proses untuk legal aspek masih terus berjalan sekarang," tegas dia.
Sebelumnya, Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) II Tahun 2023 Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melaporkan ada indikasi fraud atau kecurangan yang dilakukan BUMN PT Indofarma Tbk (INAF) dan anak usahanya, PT IGM yang menimbulkan kerugian. Salah satu fraud yang dilakukan adalah melakukan pinjaman online (pinjol) yang tidak dilaporkan di laporan keuangan.
Permasalahan tersebut mengakibatkan indikasi kerugian sebesar Rp 294,77 miliar dan potensi kerugian sebesar Rp 164,83 miliar yang terdiri dari piutang macet sebesar Rp 122,93 miliar, persediaan yang tidak dapat terjual sebesar Rp 23,64 miliar, dan beban pajak dari penjualan fiktif FMCG sebesar Rp 18,26 miliar.
ADVERTISEMENT
"Melakukan pinjaman online (fintech) serta menampung dana restitusi pajak pada rekening bank yang tidak dilaporkan di laporan keuangan dan digunakan untuk kepentingan di luar perusahaan," tulis dokumen IHPS II Tahun 2023, BPK dikutip Selasa (4/6).