Ada Pabrik Ban Bangkrut, Asosiasi: Industri Turunan Karet Sedang Tidak Baik

18 Januari 2024 11:05 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah pengunjung melihat ban kendaraan yang dipajang di booth pameran di GIIAS 2018, ICE, BSD, Tangerang, Sabtu (4/8). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah pengunjung melihat ban kendaraan yang dipajang di booth pameran di GIIAS 2018, ICE, BSD, Tangerang, Sabtu (4/8). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ban Indonesia (APBI) Aziz Pane membeberkan kondisi industri ban dan produk turunan karet saat ini yang didera berbagai masalah. Bahkan Aziz menyebut industri ini tidak dapat menatap kinerja moncer di 2024.
ADVERTISEMENT
Aziz bilang, sejak meletusnya perang Rusia-Ukraina, industri produk turunan karet cukup terpukul lantaran proses pengapalan produk ke negara-negara tujuan terganggu.
“Sudah banyak sekali problem bertumpuk sebetulnya, perang Rusia-Ukraina ada kekacauan, kapal itu nggak bisa lewat Laut Merah,” kata Aziz kepada kumparan, Rabu (17/1).
Ia menjelaskan, kondisi pasar industri turunan karet tengah dalam permasalahan permintaan yang kian lesu. “Berat sekali situasi pasar sekarang ini, parah kali memang sekarang, (permintaan) sedang melesu,” kata Aziz.
Selain itu, pengesahan Undang-undang Anti Deforestasi Uni Eropa (European Union Deforestation Regulation/EUDR) oleh pemerintah Eropa juga cukup memukul industri ini. Terlebih, Eropa menempati lebih besar dari porsi pasar Amerika yang sebesar 20 persen dari porsi pasar ekspor produk turunan karet Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Pasar Amerika itu ada sampai untuk semua produk karet Indonesia, sepatu karet segala macamnya, itu bisa sampai 20 persen, kalau Eropa lebih tinggi daripada Amerika, pasar Eropa itu lumayan bagus. Terpuruk (akibat aturan deforestasi Eropa),” jawab Aziz ketika ditanya mengenai dampak aturan deforestasi Eropa terhadap kinerja industri turunan karet.
Bahkan, Aziz memperkirakan industri turunan karet akan menyusul terpuruknya industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Industri TPT di Indonesia diketahui sudah tidak menjajaki pertumbuhan kinerja yang signifikan sejak pertengahan 2022 dan menyebabkan banyaknya kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) dan tumbangnya pabrik di sektor ini.
“Lama-lama ban juga bisa kayak tekstil kalau dibiarin (pemerintah),” imbuh Aziz.
Sebelumnya, produsen ban, PT Hung-A Indonesia memutuskan untuk menutup pabriknya yang berada di kawasan Cikarang, Bekasi, Jawa Barat di tahun ini. Seiring dengan proses penutupan itu, perusahaan telah merumahkan seluruh karyawannya, sekitar 1.500 karyawan.
ADVERTISEMENT
Aziz menyebut, biang keroknya adalah disahkannya EUDR pada Mei 2023 lalu.
“Hung-A itu, ekspor ban sepeda diproduksi di Indonesia, ada peraturan dari pemerintah Eropa untuk menyetop semua produk-produk dari karet karena produk-produk itu berasal dari hutan Indonesia, yang aturan soal deforestasi,” kata Aziz kepada kumparan pada Rabu (17/1).