Ada Tekanan ke Rupiah, BI Diprediksi Naikkan Suku Bunga Acuan

15 Agustus 2018 8:14 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Bank Indonesia (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bank Indonesia (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) hari ini akan mengumumkan hasil rapat dewan gubernur (RDG) bulanan periode Agustus 2018. Nantinya, akan diputuskan berbagai langkah kebijakan moneter, termasuk mempertahankan atau menaikkan suku bunga acuan yang saat ini berada di level 5,25 persen.
ADVERTISEMENT
Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, mengatakan bank sentral masih mempunyai ruang untuk menaikkan suku bunga acuan pada semester II tahun ini sebesar 25 basis poin.
"Jika pelemahan rupiah masih terus berlanjut karena belum meredanya sentimen negatif pada lira Turki, BI diperkirakan masih punya ruang untuk naikkan (suku bunga)," kata Josua kepada kumparan, Rabu (14/8).
Menurut dia, saat ini dolar AS memang melanjutkan penguatan terhadap sejumlah mata uang di negara maju dan negara berkembang. Penguatan ini karena anjloknya Lira Turki terhadap dolar AS hingga 20,4 persen dalam 2 hari terakhir pasca Trump mengumumkan akan menaikkan impor tarif bagi produk Turki yakni besi dan aluminium.
Josua menambahkan, meningkatnya ketegangan antara Turki dan AS memperburuk kondisi perekonomian Turki yang mengalami pelemahan terindikasi dari pelebaran defisit transaksi berjalan menjadi 6,3 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) pada kuartal I tahun ini, diikuti kenaikan inflasi mencapai 15,85 persen.
ADVERTISEMENT
Pelemahan Lira tersebut mendorong pelemahan mata uang Euro mengingat beberapa bank di kawasan Eropa memiliki eksposur pada lira.
"Bukan hanya berdampak pada mata uang negara maju, anjloknya lira juga memberikan kekhawatiran dan sentimen negatif bagi pasar keuangan negara berkembang termasuk pasar keuangan domestik," ujarnya.
Josua menilai, meskipun perekonomian Indonesia cenderung tidak memiliki tekanan yang besar pada perekonomian Turki, namun demikian krisis nilai tukar Lira tersebut dapat berpotensi mempengaruhi mata uang negara berkembang lainnya.
Sementara itu, Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual juga mengutarakan hal senada. Semula dia memproyeksi BI akan kembali mengerek suku bunga acuan pada September 2018 karena bank sentral terlebih dulu menunggu hasil rapat bank sentral AS, The Federal Reserve.
ADVERTISEMENT
Apabila melihat posisi defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) terbaru, menurut David, suku bunga acuan BI kemungkinan segera dinaikkan lagi pada Agustus sekitar 25 bps.
"Naik karena defisit transaksi berjalan di atas prakiraan dan adanya kekhawatiran faktor eksternal, Turki, yang membuat rupiah tertekan sejak akhir minggu lalu," katanya.