Airlangga Usul BRI dan BSI Jadi Pengelola Bank Emas

9 Desember 2024 15:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menko Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam konferensi pers pertumbuhan ekonomi kuartal III di kantornya, Selasa (5/11/2024). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menko Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam konferensi pers pertumbuhan ekonomi kuartal III di kantornya, Selasa (5/11/2024). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengusulkan agar PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) dan PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk (BSI) untuk mengambil peran strategis sebagai pengelola bank emas (bullion bank) di Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Minimal BRI, yang merupakan holding Pegadaian, juga Bank Syariah Indonesia (BSI) agar dapat menjadi tuan rumah sebagai bank bullion di Indonesia. Kita tahu bahwa emas merupakan bagian dari investasi safe haven saat krisis,” kata Airlangga dalam acara Indonesia SEZ Business Forum 2024, Senin (9/12).
Airlangga mengatakan, Indonesia memiliki cadangan emas yang besar. Saat ini, PT Pegadaian memiliki stok emas sebanyak 70 ton. Sayangnya, stok emas tersebut hanya dicatat sebagai tonase tanpa dimasukkan ke dalam neraca keuangan bank.
"Di negara lain, seperti Singapura, emas sudah dimasukkan ke dalam neraca bank, sehingga memberikan nilai tambah," ungkapnya.
Airlangga menyebut keberhasilan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Gresik dalam mengembangkan hilirisasi tembaga sebagai langkah awal yang menjanjikan. Menurutnya, pencapaian ini merupakan yang pertama kali sejak 1967.
ADVERTISEMENT
“Kita bisa hilirisasi tembaga, termasuk menghasilkan produk akhir, price metal recovery, yang bisa menghasilkan emas 60 ton per tahun,” ujar Airlangga.
Dia menjelaskan, produksi emas Indonesia didominasi oleh Freeport dan baru kini di Gresik berhasil membuat emas dari hilirisasi tembaga.
Airlangga menyebut, dengan membangun bullion bank, Indonesia dapat meraih nilai penuh dari industri emas dan perhiasan, yang selama ini sebagian besar nilainya dinikmati oleh pihak luar.
“Biasanya industri perhiasan hanya mendapatkan biaya produksi, CMT, tolling. Emasnya di Singapura, mereka tolling di Surabaya, dan mengirimkannya kembali ke Singapura. Jadi, kita tidak mendapatkan nilai penuh dari emas yang dihasilkan oleh industri manufaktur Indonesia,” tegasnya.