Akibat Harga Batu Bara Diatur, Adaro Turunkan Target Pendapatan

23 April 2018 20:15 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aktivitas tambang Adaro (Foto: Adaro.com)
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas tambang Adaro (Foto: Adaro.com)
ADVERTISEMENT
PT Adaro Energy Tbk (ADRO) melakukan revisi Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) perusahaan di 2018, di mana semula ditetapkan sebesar USD 1,3-1,5 miliar, kini menjadi USD 1,1-1,3 miliar.
ADVERTISEMENT
Menurut Direktur Keuangan ADRO, David Tendian, koreksi EBITDA itu dilakukan akibat terbitnya Kepmen ESDM Nomor 1395K/30/MEM/2018, di mana harga batu bara khusus untuk PLN ditetapkan sebesar USD 70 per ton.
“Harga jual maksimal USD 70 per ton, tentunya ini akan ada impact negative ke EBITDA kami. Makanya di RUPS ini merevisi target EBITDA ke USD 1,1-1,3 miliar,” ujarnya di Hotel Raffles, Jakarta Selatan, Senin (23/4).
RUPST PT Adaro Energy. (Foto: Antara/Sigid Kurniawan)
zoom-in-whitePerbesar
RUPST PT Adaro Energy. (Foto: Antara/Sigid Kurniawan)
Sementara itu, Presiden Direktur ADRO, Garibaldi Thohir, menambahkan pasar batu bara Adaro tidak hanya di Indonesia saja, melainkan juga ke Jepang hingga Korea Selatan yang berani membeli batu bara dengan harga yang tinggi.
“Kami tidak tergantung di satu negara, kami mencoba membagi. Dengan kombinasi memanage cost dan bisa tidak tergantung pada satu pasar, itu yang membuat kita aman,” beber Boy, sapaan akrabnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, menurut dia, Adaro juga tidak hanya menjual batu bara untuk kelistrikan saja, melainkan juga untuk industri lain seperti semen. Sehingga untuk pasar domestik, Boy menyebut dampak ke perusahaannya tidak begitu besar.
“Domestik kita kan ada semen. Insyaallah manageable, karena kita spread the risk. Jadi enggak bergantung atas satu market tertentu,” paparnya.