Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Uang elektronik asal China, AliPay dan WeChat Pay, telah melebarkan sayap bisnisnya ke Indonesia. Kedua dompet digital itu bisa digunakan oleh turis China yang melancong ke Indonesia.
ADVERTISEMENT
Lantas, bagaimana nasib pelaku dompet digital lokal seperti OVO ?
Direktur OVO, Harianto Gunawan, mengaku tak cemas dengan keberadaan AliPay dan Wechat Pay. Sebab, kata dia, OVO memiliki pangsa pasarnya sendiri, yaitu transaksi pelanggan domestik.
Sedangkan AliPay dan WeChat Pay, lebih membidik pangsa pasar wisatawan luar negeri seperti dari China yang bertandang ke Indonesia.
"Saya rasa tidak (saling bersaing). Kami ini punya pasar (sendiri), semua Indonesia punya customer," ujar Harianto ketika ditemui di JCC Jakarta, Selasa (24/9).
Harianto malah mengaku dengan banyaknya pemain di dompet digital dari luar, tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan kolaborasi bisnis.
"Contoh misalnya, OVO punya infrastuktur. Pada waktu turis datang, mereka menggunakan infrastuktur, bagaimana kolaborasi bisa terjadi," kata dia.
Perihal itu, dia mengungkap belum ada pembicaraan antara OVO dengan pihak terkait. Namun, Ia mengimbau pemerintah bisa sigap dan dinamis melihat perkembangan bisnis yang ada.
ADVERTISEMENT
"Komersialnya belum bicara, karena masih baru," tandasnya.
Bank Indonesia selaku regulator sistem pembayaran di Indonesia sejauh ini telah memberikan aturan, jika AliPay dan WeChat Pay ingin masuk ke Indonesia harus bekerja sama dengan bank umum kegiatan usaha (BUKU) IV.
Selain itu, BI juga mewajibkan penerapan QR Code Indonesian Standard (QRIS) bagi Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) per 1 Januari 2020 ini. Termasuk, AliPay dan WeChat Pay.
Live Update