Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Anyaman Pandan Sumber Perekonomian Para Ibu Rumah Tangga Desa Kenalan
21 Januari 2019 16:09 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:48 WIB

ADVERTISEMENT
Suara riuh terdengar di ruang tengah rumah Budi Rahyu di Desa Kenalan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Sejumlah ibu-ibu tampak duduk melingkar, sebagian mereka tampak membawa anaknya yang masih balita.
ADVERTISEMENT
Jari jemari mereka tampak sibuk menganyam daun pandan. Dengan sesekali bercanda tawa, para ibu rumah tangga itu tengah mengerjakan kerajinan daun pandan.
“Kami sedang membuat anyaman dari daun pandan. Kegiatan ini sering kami lakukan untuk mengisi waktu luang,” kata Ketua kelompok ibu rumah tangga di Desa Kenalan, Budi Rahayu, saat ditemui kumparan di Magelang, Jawa Tengah, Senin (21/1).
Menurut Budi, salah satu komoditas utama di desa tersebut adalah pandan. Karenanya, dia berusaha memberdayakan para ibu rumah tangga di sana melalui kerajinan tangan daun pandan.

Meski masih baru dibentuk, Budi yakin, lewat kegiatan ini, perekonomian keluarga di desa perlahan akan membaik. Sehingga nantinya kemiskinan di desa bisa dientaskan.
ADVERTISEMENT
“Awalnya saya saja yang buat kerajinan tangan ini. Saya beli daun pandannya lalu buat sendiri. Niatan untuk mengajak ibu-ibu lain untuk melakukan hal ini ada, tapi saya masih belum ketemu orang yang bisa mengajari sampai saya ikut pelatihan dan ada yang menawari memberikan pelatihan,” kisahnya.
Sejak menemukan sosok pelatih, Budi bersama Ita, pendamping di Desa Kenalan, mengajak para ibu rumah tangga mengikuti pelatihan menganyam. Di awal, masih baru sekitar 9 orang yang hadir. Namun, dengan tekun Budi mengajak hingga saat ini sudah ada 19 orang yang ikut dalam kegiatan menganyam yang dia adakan.

“Meski memang tidak besar pendapatannya, tapi kan lumayan. Saya mikirnya dibanding mereka hanya masak lalu diam di rumah, kan lebih baik menganyam agar bisa nambah uang belanja,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Dalam satu bulan, setiap ibu bisa menghasilkan anyaman daun pandan sekitar 5-7 kilogram. Setiap satu kilogram anyaman dibeli oleh para pengrajin tas sebesar Rp 25 ribu. Kegiatan ini, sudah berjalan sejak November akhir tahun 2018 lalu.
“Saya juga mencari orang yang mau mengambil anyaman para ibu di desa ini. Karena, saya belajar dari pengalaman, pernah membuat tas anyaman dari pandan lalu dibeli seharga Rp 17 ribu tapi dijual di Borobudur justru Rp 75 ribu. Makanya saya cari yang mau suplai dengan harga sesuai agar ekonomi para ibu ini pun bisa meningkat,” katanya.

Budi bertekad untuk terus menggenjot kegiatan ini bahkan hingga ke berbagai desa. Dengan dibantu Bank Mandiri, berbagai pelatihan membuat kerajinan tangan akan lebih digalakkan di tahun ini.
ADVERTISEMENT
“Pelatihan itu sangat membantu. Dulu, ibu-ibu di sini belum bisa apa-apa dengan daun pandan tapi sejak ikut pelatihan, ternyata mereka bisa. Keahlian mereka akan terus ditingkatkan lewat pelatihan, seperti memasang puring dan kancing di dalam tas. Itu harapannya akan diajarkan di pelatihan selanjutnya, ibu-ibu di sini masih butuh banyak diajari,” tutupnya.