Apa Kabar Pendiri Lippo Group, Mochtar Riady? Ini Cerita dari Sang Cucu

9 Juni 2023 17:38 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Snoopdog dan Mochtar Riady kerja sama luncurkan produk kopi. Foto: Instagram/@michaelriady
zoom-in-whitePerbesar
Snoopdog dan Mochtar Riady kerja sama luncurkan produk kopi. Foto: Instagram/@michaelriady
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pendiri Lippo Group Mochtar Riady baru saja memperingati ulang tahun yang ke-95 pada Mei 2023 lalu. Sang cucu, John Riady, mengisahkan di usia yang hampir seabad, kakeknya itu masih dalam kondisi sehat.
ADVERTISEMENT
"Pak Mochtar sehat, baru ulang tahun yang ke-95 bulan lalu. Masih sehat, malah baru berkunjung ke China untuk berziarah ke makam opa-nya Pak Mochtar," kata John Riady dalam perbincangan dengan media, di kawasan Senayan Park, Kamis (8/6).
"Mungkin ini perziarahan saya yang terakhir," kata John Riady lagi menirukan omongan kakeknya.
John Riady yang kini memimpin PT Lippo Karawaci Tbk sebagai CEO menuturkan, di tengah kunjungannya ke China kakeknya sempat positif terjangkit COVID-19. "Tapi sekarang sudah sehat lagi. Malah sudah pergi lagi ke Taiwan mengantar Bu Mochtar untuk terapi steam cell," tutur putra tertua dari James Riady tersebut.
Cucu pendiri Lippo Group Mochtar Riady, yakni John Riady, yang kini menjabat CEO PT Lippo Karawaci Tbk. Foto: Wendiyanto/kumparan
Mochtar Riady lahir di Malang, Jawa Timur, pada 12 Mei 1929. Kedua orang tuanya berasal dari Fujian yang merantau ke Malang sejak 1918. Mengawali kiprah di dunia usaha sebagai penjaga toko, Mochtar Riady kemudian dikenal punya tangan dingin di industri jasa keuangan.
ADVERTISEMENT
Dia pernah bekerja dari bank ke bank, termasuk ikut membesarkan Bank Panin, serta Bank BCA yang saat itu dimiliki oleh Liem Sioe Liong. Sampai akhirnya dia punya bank sendiri yakni Lippo Bank yang dibentuk dari Bank Perniagaan Indonesia sebagai cikal-bakalnya. Tapi krisis moneter 1998 membuat Mochtar Riady harus melepas Lippo Bank.
Di tengah lompatan digitalisasi industri jasa keuangan, Mochtar Riady tak kehabisan ide dan inisiatif. Dia menjadi sumber gagasan sejumlah pengembangan dompet digital OVO, yang pernah dimiliki Lippo Group.
Anak bungsu James Riady, Henry Riady, mengungkapkan ada tangan dingin kakeknya yang membuat OVO berkembang. “Tapi benar. Ide-ide OVO itu dari Ahong (sapaan keluarga kepada Mochtar Riady),” urainya dalam sebuah diskusi beberapa waktu silam.
Pendiri Lippo Group DR. Mochtar Riady (tengah). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Henry mengakui jika kakeknya merupakan otak di balik rancangan sistem aplikasi OVO. “Ahong tuh yang bikin sistem arsitekturnya,” katanya.
ADVERTISEMENT

Fokus Bisnis Lippo Group dan ESG

Tapi kini OVO pun telah lepas dari naungan bisnis Lippo Group. Menurut John Riady, fokus bisnis kelompok usahanya memang ke bidang properti dan perumahan, serta kesehatan. Bukan ke industri finansial. Meskipun Lippo Group kini masih memiliki Bank NOBU.
"Bisnis yang jadi pilar ekonomi sebuah negara itu tiga yang utama. Pertama industri keuangan, lalu properti atau perumahan, dan yang ketiga komoditas," paparnya.
"Sekarang kita memang masih punya Bank NOBU. Tapi kalau ada yang tawar dan cocok, ya kenapa enggak (kalau mau dilepas)," sambung John Riady seraya tertawa.
Ilustrasi NOBU Bank. Foto: CAHYADI SUGI/Shutterstock
Dalam perbincangan yang berlangsung sore hari seraya menyaksikan matahari terbenam dari rooftop Senayan Park, John Riady, lebih banyak memaparkan program ESG (Environment, Social, and Governance) dari kelompok usaha yang dipimpinnya, yakni PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR).
ADVERTISEMENT
Selama masa pandemi tiga tahun terakhir, menurutnya dia banyak berbenah termasuk menyiapkan konsep ESG tersebut. Dari persiapan selama tiga tahun itu, Lippo Karawaci di 2023 ini menetapkan target Agenda Keberlanjutan (Sustainability) 2030.
"Orientasi dunia usaha kini sudah berubah. Kalau dulu share-holder orientation, berfokus ke pemegang saham, sekarang orientasinya ke stake-holder. Itulah kenapa sekarang korporasi mau enggak mau harus mengimplementasi ESG," kata kelahiran New York City, 38 tahun lalu itu.
Perubahan orientasi dunia usaha, menurutnya juga berkonsekuensi pada perubahan referensi regulasi. Jika share-holder capitalism mengacu pada rezim PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan), karena tuntutannya adalah valuasi dan profitabilitas. Sementara stake-holder capitalism acuannya adalah rezim ESG Index atau ESG Scoring.
Properti milik Lippo Karawaci. Foto: Dok. lippokarawaci.co.id
"Sebenarnya visi ESG itu sudah ada di pendiri Lippo Group. Kalau bahasa Pak Mochtar itu stewardesship. Mungkin terjemahannya harus 'amanah'," tutur pemegang gelar dari tiga bidang sekaligus, yakni politik ekonomi, finance, dan hukum itu.
ADVERTISEMENT
Gelar akademis bidang political philosophy dan economics diperoleh John Riady dari Georgetown University (2003-2006). Sedangkan MBA finance and operations didapatkan dari Wharton School. John Riady juga menuntaskan pendidikan Juris Doctor dari Columbia Law School.
Target ESG 2030 yang dipatok Lippo Karawaci, ditopang oleh tiga pilar. Pertama, meningkatkan kualitas hidup berupa pertumbuhan ekonomi yang memberikan peluang sosial ekonomi bagi masyarakat lokal, serta inovasi untuk memperkaya pengalaman pelanggan.
Kedua, peduli lingkungan yakni dengan meningkatkan efisiensi sumber daya, serta pengembangan produk ramah lingkungan dan meminimalkan risiko. Ketiga, investasi SDM dengan menciptakan tempat kerja yang baik. Keempat, mengedepankan praktik terbaik dalam standar tata kelola, serta meningkatkan akuntabilitas dan transparansi dalam kinerja ESG.