APBN Alami Defisit Rp 283,2 Triliun di Semester I

21 Juli 2021 19:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan, Sri Mulyani memberikan keterangan pers terkait APBN Kinerja dan Fakta (Kita) Agustus 2019 di Kantor Kemenkeu. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan, Sri Mulyani memberikan keterangan pers terkait APBN Kinerja dan Fakta (Kita) Agustus 2019 di Kantor Kemenkeu. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat defisit APBN hingga semester I-2021 atau periode Januari-Juni mencapai Rp 283,2 triliun. Besaran tersebut setara dengan 1,72 persen dari PDB. Sementara untuk sepanjang tahun ini, APBN diprediksi masih akan tekor hingga Rp 1.006,4 triliun
ADVERTISEMENT
“Semester I kita alami defisit Rp 283,2 triliun. Sampai semester I realisasi defisit 1,72 persen dari PDB. Tahun ini sesuai UU APBN total defisit diperkirakan Rp 1.006,4 triliun atau 5,7 persen dari PDB,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers APBN KiTa, Rabu (21/7).
Defisit ini terjadi sebab penerimaan negara lebih kecil ketimbang belanja negara. Selama semester I 2021, penerimaan negara tercatat sebesar Rp 88,69 triliun naik 9,1 persen. Besaran ini baru mencapai 50,9 persen dari target penerimaan APBN 2021 yang dipatok sebesar Rp 1.743,6 triliun.
Penerimaan tersebut berasal dari pajak yang berhasil dihimpun senilai Rp 557,8 triliun atau 45,4 persen dari target yang ditetapkan sebesar Rp 1.229,6 triliun. Besaran tersebut tumbuh 4,9 persen dibandingkan tahun lalu yang tercatat minus 12 persen.
ADVERTISEMENT
Kemudian dari sisi pos kepabeanan dan cukai, pemerintah berhasil mengumpulkan Rp 122,2 triliun atau 56,9 persen dari target yang ditetapkan sebesar Rp215 triliun. Realisasi ini tumbuh sangat kuat yaitu mencapai 31,1 persen. Seperti diketahui tahun lalu kepabeanan dan cukai hanya tumbuh sebesar 8,8 persen.
Dari pos Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) juga mengalami kenaikan. Realisasi pada semester I telah mencapai Rp 206,9 triliun atau mendekati 70 persen dari target sebesar Rp 298 triliun. Penerimaan ini naik 11,4 persen dibandingkan tahun lalu yang terkontraksi 11,2 persen.
“Dari sisi pos pendapatan negara APBN sudah menunjukkan tren hijau yang sangat solid,” ujar Sri Mulyani.
Di sisi lain, belanja negara pada semester I ini tercatat sebesar Rp 1.170 triliun. Tumbuh 9,4 persen atau tiga kali lipat dibandingkan tahun lalu yang hanya tumbuh 3,4 persen. Adapun belanja tersebut baru mencapai 42,5 persen dari target sebesar Rp 2.705 triliun.
ADVERTISEMENT
Anggaran belanja tersebut dialokasikan antara lain untuk belanja K/L sebesar Rp 449,6 triliun, naik 28,3 persen. Angka tersebut mencapai 43,6 persen dari target belanja K/L yang ditetapkan sebesar Rp 1.032 triliun. Kemudian realisasi belanja non K/L selama semester I tercatat sebesar Rp 346,7 triliun atau 37,6 persen dari target Rp 922,6 triliun. Angka ini naik 8,9 persen dibandingkan tahun lalu. Belanja non K/L ini juga meliputi pos-pos di dalam PEN termasuk juga untuk subsidi.
Selain itu, pada pos TKDD juga telah terealisasi sebesar Rp 373,9 triliun atau atau 47 persen dari target. Besaran ini masih terkontraksi 6,8 persen dibandingkan tahun lalu. “Kita harap daerah dengan jumlah transfer mencapai Rp 795 triliun, tapi realisasinya baik untuk perlinsos, dana desa kita harap bisa diakselerasi. Sehingga jangan sampai kita transfer tapi kemudian tidak langsung dirasakan masyarakat,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian defisit pada semester I 2021 ini tercatat Rp 283,2 triliun atau 1,72 persen dari PDB.