Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Industri rayon terintegrasi, Asia Pacific Rayon (APR), telah beroperasi sejak awal 2019 ini dengan kapasitas produksi sebanyak 240.000 ton viscose-rayon per tahun. Viscose-rayon merupakan serat semi-sintetis yang berasal dari selulosa pulp kayu, untuk bahan baku tekstil.
ADVERTISEMENT
Direktur APR, Basrie Kamba, mengatakan viscose-rayon yang diproduksinya menggunakan sumber bahan baku yang berkelanjutan dan traceable (terlacak). Menurutnya, ini merupakan yang pertama di Asia.
Viscose-rayon produksi perusahaan di bawah grup Royal Golden Eagle ini, sudah digunakan sebagai bahan pembuatan fashion. Produknya dipamerkan sebagai bagian dari Indo Intertex 2019, yang diadakan di JIEXPO Kemayoran, Jakarta.
Ada delapan perancang busana Indonesia yang memamerkan desain menggunakan kain yang terbuat dari serat viscose-rayon.
“Kami yakin hasil produksi viscose-rayon APR dapat mendorong ekspor tekstil Indonesia lebih jauh,” kata Basrie Kamba melalui pernyataan tertulis yang diterima kumparan, Kamis (28/3).
Dia optimistis, APR juga dapat memberikan nilai lebih terhadap industri ekonomi kreatif Indonesia.
“Para perancang busana yang kami dukung hari ini, menunjukkan bahwa sangat mungkin untuk memproduksi fashion berkualitas tinggi dari Indonesia, dengan viscose-rayon memberikan keunggulan kompetitif,” lanjut Basrie.
ADVERTISEMENT
APR menargetkan 96.000 ton viscose-rayon dapat diekspor ke pasar ekspor global di 2019. Termasuk Turki, Pakistan, Sri Lanka, dan Bangladesh.
Sementara itu Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki pada Kementerian Perindustrian, Muhdori, menyatakan keberadaan produsen viscose-rayon di Indonesia merupakan masa depan industri tekstil nasional.
“Karena dissolving pulp adalah masa depan industri tekstil dunia. Kini ada diversifikasi produk tekstil yang tidak hanya berorientasi pada sandang, namun juga sudah masuk ke teknologi non-woven dan lain sebagainya,” ujar dia.
Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) memperkirakan, nilai ekspor tekstil Indonesia dapat mencapai Rp 444 triliun pada tahun 2025. Sementara target ekspor tekstil yang dipatok pemerintah tahun ini, nilainya sebesar USD 15 miliar atau sekitar Rp 210 triliun.
ADVERTISEMENT