Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Menteri ESDM Arifin Tasrif menyebut pemanfaatan energi baru dan terbarukan masih sangat kecil. Padahal, sumber daya yang mendukung penggunaan listrik dari energi terbarukan seperti air, geothermal, dan angin banyak di dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Arifin mengatakan, ada 400 giga watt (GW) potensi listrik yang bisa dimanfaatkan dari EBTKE. Tapi realisasinya baru mencapai 8 persen atau 32 GW.
"Masih sangat kecil sekali. Makanya kita harus buat perencanaan upaya untuk optimalkan," kata dia kata Arifin di acara EBTKE Convex 2019 di JIEXPO, Jakarta, Rabu (6/11).
Belum optimalnya pengembangan EBTKE salah satunya karena masih banyak proyek yang mangkrak. Berdasarkan catatan kumparan, dari 70 proyek EBTKE yang ditandatangani pada 2017, masih ada 19 proyek yang terancam mangkrak.
Nasib proyek mereka belum jelas karena susah mendapatkan pendanaan dari bank. Untuk itu, Arifin mengaku bakal mendata ulang proyek-proyek tersebut.
"Kita inventarisir potensinya. Nah ini yang harus kita bahas bersama. Misalnya berapa kapasitas di situ," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Sebagai menteri baru di sektor ini, dia juga bakal membuka diri terhadap masukan dari stakeholder. Dia mengaku akan menginventarisir proyek mana yang saat ini masih mangkrak.
Upaya untuk menciptakan bisnis baru untuk EBTKE penting dilakukan, terlebih karena Indonesia telah mengikuti Paris Agreement yang mewajibkan bauran EBTKE 23 persen pada 2025 dalam energi nasional.
"Tentu saja inisiasi dari Paris Agreement (yang sudah diratifikasi jadi undang-undang) ini menjadi peluang untuk kita melakukan inovasi dan create bisnis baru yang melibatkan masalah energi," katanya.
Ketua Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) Surya Darma mengatakan pemanfaatan EBTKE dalam energi nasional memang masih menghadapi masalah besar. Tapi diisi lain juga jadi peluang.
Dari target 23 persen bauran EBTKE pada 2025, hingga akhir 2018 baru mencapai 8,6 persen. Adapun tahun ini baru mencapai 9 persen.
ADVERTISEMENT
"Target masih jauh dari harapan dan penuh tantangan untuk memenuhinya. EBTKE diyakini menjadi masa depan untuk energi global," kata Surya.