Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Suara serikat pekerja awak kabin Garuda Indonesia terbelah. Ada Ikatan Awak Kabin Indonesia (IKAGI) versi pimpinan Zaenal Muttaqin dan IKAGI versi pimpinan Achmad Haeruman.
ADVERTISEMENT
Keduanya hari ini ke Kementerian BUMN untuk bertemu Menteri BUMN Erick Thohir. Kubu Zaenal datang dengan membawa 68 pramugari. Mereka berkumpul di lobi dan kompak pakai batik.
Salah satu pramugari Garuda Indonesia yang datang, Hersanti, mengungkapkan bahwa awak kabin termasuk pramugari di dalamnya, bekerja tidak manusiawi. Sebab untuk penerbangan ke luar negeri belasan jam, para awak kabin tak diizinkan menginap, tapi pulang pergi (PP) seharian.
"Saya kemarin baru terbang PP Jakarta-Melbourne, itu badan rasanya enggak enak. Ini baru mendarat kemarin dan saya sampaikan ke sini bahwa badan saya tidak enak banget. Saya ke sini agak meriang juga, 18 jam saya harus bekerja, buka mata, dan lain-lain," kata dia di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (9/12).
ADVERTISEMENT
Sementara untuk para pilot dan co-pilot dalam penerbangan 18 jam ke Melbourne, justru diberi inap di sana. Hersanti mengaku sudah 30 tahun bekerja di Garuda Indonesia . Tapi jadwal terbang PP ke luar negeri yang didapatnya baru terjadi di era kepemimpinan I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra alias Ari Askhara, tepatnya sejak Agustus 2019.
Selain itu, Hersanti juga merasa ada tindakan diskriminasi kepada dirinya dan pramugari senior lainnya dari sisi pendapatan. Dia mengklaim bahwa pramugari junior pendapatannya di atas standar senior.
"Sebetulnya kami manusia bukan robot, sebaiknya kami dilakukan seperti manusia, harus tidur," jelasnya.
Sekretaris Jenderal IKAGI pimpinan Zaenal Muttaqin, Jacqueline, mengaku peraturan PP terbang belasan jam dibaut oleh direksi di era Ari Askhara. Sebelumnya, jika ada penerbangan rute Jakarta-Sydney-Jakarta, biasanya 3 hari atau multidays.
ADVERTISEMENT
Aturan PP belasan jam ini membuat kesehatan para awak kabin terganggu. Bahwa, tercatat sudah banyak yang masuk rumah sakit hingga opname.
"Sekarang sudah ada 8 orang yang diopname. Menurut mereka itu masih masuk jam kerja dan terbang, tapi dalam pengaturan seharusnya tidak boleh abaikan yang namanya static risk management system. Itu akan kami sampaikan (ke Erick Thohir), itu keluhan, itu harapan, bersama kita bangun Garuda Indonesia," kata dia.
Kubu Achmad Haeruman Membantah
Atas kerja 18 jam terbang tanpa istirahat, kubu IKAGI pimpinan Achmad Haeruman membantahnya.
Anggota Sekretariat Bersama (Sekber) Garuda Indonesia yang juga anggota IKAGI kubu Achmad Haeruman yaitu Tomy Tampati mengatakan bahwa tidak ada pemerasan terhadap waktu kerja awak kabin. Dia berkilah justru perusahaan memberikan garansi terbang 60 jam per minggu meski waktu terbangnya tak mencapai target mininal.
ADVERTISEMENT
"Saya sampaikan terkesan kayanya awak kabin diperas, diperlakukan enggak adil. Sekarang ini awak kabin sejak Ari Ashkara dikasih guarantee jam terbang 60 jam kalau enggak sampai tetap dibayar. Karena ada operasional terganggu beberapa kita setop. Kita bingung kayaknya mereka tidak disejahterakan. Ini yang kita luruskan," ucapnya di lokasi yang sama.