Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mencatat, mahalnya tiket pesawat untuk penerbangan domestik telah membuat tingkat okupansi hotel anjlok sebesar 40 persen. Penurunan itu terjadi pada Januari hingga April 2019.
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua Umum Bidang Organisasi PHRI, Maulana Yusran, mengaku bahwa hal tersebut tidak normal. Sebab biasanya pada low season pun, penurunan okupansi hanya sekitar 10 persen.
"Dari Januari sampai April 2019 antara 20 sampai 40 persen. Biasanya tidak sebanyak itu, kalau low season biasanya turun hanya 10 persen saja," paparnya saat ditemui di Hotel Millenium, Jakarta, Rabu (24/4).
Dia menjelaskan, salah satu langkah agar tiket pesawat bisa kembali murah, yakni dengan mempermudah maskapai asing beroperasi di Indonesia dengan membuka rute domestik.
"Sekarang kan yang kita hadapi hanya Lion Group dan Garuda Group. Kalau bisa ada AirAsia Group, minimum ada 3 atau 4 grup yang bermain sehingga pasar yang menentukan," tegas Maulana.
ADVERTISEMENT
Dia menyebut, semenjak pasar penerbangan di Indonesia hanya dikuasai Lion Air Group dan Garuda Indonesia Group pasca-Sriwijaya Air bergabung, harga tiket pesawat mengikuti maskapai.
"(Tiket pesawat mahal) kan semenjak pemainnya berdua, semenjak Sriwijaya KSO (Kerja Sama Operasi) dengan Garuda. Kenapa Air Asia juga hilang timbul, karena ini masalah bisnis yang udah enggak sehat," katanya.
Sementara itu, Pengamat Penerbangan, Gerry Soejatman, menambahkan saat ini untuk maskapai asing membuka rute domestik di Indonesia harus membuat perusahaan patungan, di mana 50 persen sahamnya dipegang lokal.
"Tiap negara beda-beda, tapi rata-rata tiap negara kecuali dia punya pasar bebas terbuka, ada ketentuan khususnya. Kaya di Eropa, kalau dia anggota Uni Eropa boleh buka domestik. Tapi kalau di luar Uni Eropa mau masuk Uni Eropa harus minimum 50 persen lokal," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Dia mengungkapkan, maskapai asing yang sukses membuka penerbangan domestik di Indonesia adalah AirAsia karena memahami pasar Indonesia. Namun menurut Gerry, membuka pasar penerbangan ke asing bukan solusi terbaik.
"Buka sembarangan maskapai luar masuk juga bukan solusi. Solusi yang tepat cari harga dan strategi yang pas untuk pasar Indonesia," kata Gerry.