Awal Pekan, Rupiah Tertekan Dolar AS ke Rp 15.701 & IHSG Merah

21 November 2022 11:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi melemah 19 poin atau 0,12 persen ke posisi Rp15.573 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.554 per dolar AS, senin (31/10). Foto: Citro Atmoko/ANTARA
zoom-in-whitePerbesar
Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi melemah 19 poin atau 0,12 persen ke posisi Rp15.573 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.554 per dolar AS, senin (31/10). Foto: Citro Atmoko/ANTARA
ADVERTISEMENT
Mengawali pekan ini, Senin (21/11), nilai tukar rupiah tertekan. Berdasarkan data Bloomberg pukul 10:39 WIB, rupiah berada di posisi Rp 15.701 per dolar AS, melemah 0,11 persen atau kehilangan 17,50 poin.
ADVERTISEMENT
Selama sepekan terakhir, berdasarkan situs JISDOR Bank Indonesia, rupiah juga terpantau terus melemah lima hari beruntun. Pada Senin pekan lalu, rupiah berada di posisi Rp 15.499 per dolar AS, namun pada Jumat ditutup ke level Rp 15.692 per dolar AS.

Pasar Saham Asia Tergelincir, Termasuk IHSG

Pasar saham Asia hari ini juga kurang menyenangkan. Meski IHSG dibuka pada menguat 0,15 persen ke level 7.092,78, pada siang ini pukul 10:46 WIB, IHSG melemah 0,11 persen ke posisi 7.077,78.
Sementara indeks lainnya di Asia, merah sejak tadi pagi. Misalnya Indeks Nikkei 225 di Jepang turun 50,95 poin (0,18 persen) ke 27.848,81, Indeks Hang Seng di Hong Kong turun 559,20 poin (3,11 persen) ke 17.433,33, Indeks SSE Composite di China turun 40,18 poin (1,30 persen) ke 3.507,06, dan Indeks Straits Times di Singapura turun 19,18 poin (0,58 persen) ke 3.253,05.
ADVERTISEMENT
Di pasar komoditas, harga minyak juga anjlok. Minyak mentah Brent menetap di USD 87,62 per barel, turun 2,4 persen. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS menetap di USD 80,08 per barel, 1,9 persen.
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas, Jakarta, Senin (6/9). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
"Pasar saham Asia dan harga minyak tergelincir pada hari Senin karena investor khawatir tentang melemahnya ekonomi akibat pembatasan aktivitas di China, imbas melonjaknya kasus COVID-19. Kondisi ini membuat obligasi dan dolar AS menguat," demikian laporan Reuters.
Di Beijing, ada distrik yang kasus COVID-19 meningkat tajam. Sementara salah satu kota di Guangzhou harus lockdown selama lima hari.
Tergelincirnya saham Asia dan rupiah pagi ini juga dipengaruhi oleh kemungkinan The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan. Risalah pertemuan terakhir The Fed yang dijadwalkan pada Rabu mendatang memberi peluang hawkish, dilihat dari bagaimana para pejabat telah menolak pelonggaran pasar dalam beberapa hari terakhir.
ADVERTISEMENT