Bahlil: Kalau UMR Cuma Rp 5 Juta, Enggak Mungkin Ekonomi RI Jadi Nomor 7 Dunia

25 Januari 2022 18:43 WIB
·
waktu baca 2 menit
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengikuti rapat kerja bersama Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (27/8). Foto: Puspa Perwitasari/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengikuti rapat kerja bersama Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (27/8). Foto: Puspa Perwitasari/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Menteri Investasi/Kepala Badan Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan bahwa Indonesia ingin menjadi pemain ekonomi besar di dunia. Namun, untuk mencapai keinginan tersebut harus didukung dengan pendapatan per kapita mencapai USD 12 ribu per tahun.
ADVERTISEMENT
Bahlil mengakui kondisi tersebut tidak mudah karena pendapatan per kapita saat ini baru USD 4 ribu per tahun. Belum lagi, problem saat ini adalah ketersediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat agar bisa mendapatkan penghasilan.
Meski begitu, Bahlil mengungkapkan setidaknya ada 2 strategi yang harus dilakukan untuk mencapai keinginan tersebut. Pertama adalah mendorong investasi yang berkualitas untuk menciptakan lapangan pekerjaan agar pendapatan masyarakat meningkat.
“Karena kita kan harus menaikkan pendapatan mereka dari USD 4 ribu dolar menjadi 12 ribu untuk menuju kita pada negara G20 dan menjadi pemain ekonomi nomor 7 di dunia. Kita harus punya USD 12 ribu pendapatan per kapita, sekarang baru 4 ribu,” kata Bahlil saat Economic Outlook yang digelar HIPMI, Selasa (25/1).
ADVERTISEMENT
“Nah kalau UMR kita cuman Rp 4 juta, cuman Rp 5 juta sampai ayam tumbuh gigi enggak akan mungkin tercapai USD 12 ribu itu. Nanti OJK hitung betul omongan saya ini benar atau tidak,” tambahnya.
Bahlil Lahadalia usai dilantik sebagai Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Rabu (28/4). Foto: Rusman/Biro Pers Sekretariat Presiden
Bahlil menyebut kalau gaji Rp 4 juta sampai Rp 5 juta per bulan menunjukkan tenaga kerja Indonesia harus ditingkatkan kualitasnya. Untuk itu, kata Bahlil, investasi yang didorong salah satunya harus yang mempunyai nilai tambah.
“Investasi yang mengarah pada hilirisasi, investasi yang berkeadilan, investasi yang berkolaboratif, investasi yang betul-betul tidak hanya dimiliki segelintir orang di bangsa ini,” ujar Bahlil.
Bahlil menjelaskan strategi kedua adalah mengubah mindset atau pola pikir mahasiswa dari karyawan menjadi entrepreneur. Ia mengaku saat menjadi Ketua HIPMI melakukan survei kepada 5,7 juta mahasiswa yang tersebar di seluruh Indonesia.
Ilustrasi Uang Rupiah. Foto: Getty Images
Bahlil membeberkan hasil survei tersebut menunjukkan 83 persen mahasiswa ingin menjadi karyawan, 14 persen menjadi politisi dan LSM, dan hanya 3 persen yang ingin menjadi pengusaha. Padahal, kata Bahlil, saat ditanya mau kaya, semua mahasiswa saat itu ingin kaya.
ADVERTISEMENT
“Jadi ini antara pilihan mau jadi orang kaya dengan instrumen mencapai pilihan itu terjadi kontra produktif. Saya tidak ngerti ada ekonomi apa yang mengatur bahwa menjadi ASN itu akan menjadi kaya. Yang namanya karyawan enggak mungkin menjadi kaya, terkecuali Allah berkehendak lain,” tutur Bahlil.