Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Bahlil Lahadalia Tegaskan Kualitas Baterai LFP Tak Sebaik Nikel
31 Januari 2024 14:59 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia , menyinggung kembali polemik persaingan baterai kendaraan listrik berbahan dasar nikel atau Nickel Manganese Cobalt Oxide (NMC) dan lithium ferrophosphate (LFP).
ADVERTISEMENT
Bahlil mengatakan, isu pergeseran kebutuhan baterai dari nikel menjadi LFP di dunia itu tidak benar. Apalagi, kata Bahlil, kualitas baterai LFP jauh lebih rendah daripada bahan baku nikel.
"Dan katanya bila bahwa kita akan bergeser dari bahan baku nikel ke LFP, itu keliru. Karena kualitas LFP itu ini tidak sebaik kualitas dari nikel. Ini penting agar tidak sesat kita berpikir," tegas Bahlil saat Trimegah Political and Economic Outlook 2024, Rabu (31/1).
Bahlil menuturkan, Indonesia masih berkomitmen mengembangkan ekosistem baterai kendaraan listrik. Ia mengungkapkan sudah banyak perusahaan raksasa berinvestasi di Indonesia, salah satunya perusahaan asal China CATL.
"Dia pemain terbesar di dunia, investasinya dengan BUMN itu Rp 60 triliun dan mereka sudah chip in uang dan sekarang sudah mulai bangun. Mulai dari hulu, dari mining, smelter, kemudian precursor, katoda, baterai sel, sampai dengan recyclenya," jelas Bahlil.
ADVERTISEMENT
Kemudian ada perusahaan asal Korea Selatan, LG, yang sudah berinvestasi Rp 180 triliun. Bahlil menyebut, pabrik baterai listrik yang akan dibangun konsorsium BUMN bersama LG di Halmahera Timur akan dimulai Februari 2024.
"Jadi ini bukan katanya-katanya. Saya kadang-kadang lebih bingung, yang lainnya masih bermimpi, nanti katanya, katanya, katanya, sampai mampus masih katanya terus,kapan negara maju bapak ibu semua?" tegas Bahlil.
Terlepas dari itu, Bahlil menyampaikan masih banyak perusahaan besar mengantre berinvestasi di Indonesia. Selain LG dan CATL, ada juga Volkswagen, Ford, dan BASF yang siap investasi di Tanah Air.
"Kita pikir Indonesia itu betul-betul mendapat nilai tambah lebih dari persoalan ini. Karena kita pakai baterai mobil dari nikel, itu bahannya cuma empat, nikel, kobalt, mangan, dan litium. 80 persen nikel. Habis itu mangan, kobalt, dan litiumnya kita masih impor. Ada dari Australia, ada dari Amerika Latin," ujar Bahlil.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, baterai LFP ini sempat ramai dibahas setelah disinggung Co-Captain Timnas AMIN, Tom Lembong. Mulanya, Tom Lembong menyebut produsen kendaraan listrik, Tesla di China telah beralih menggunakan baterai listrik berbasis LFP, dibanding nikel. Hal itu sekaligus mengkritik pemerintah yang tengah gencar melakukan hilirisasi nikel.
Menko Marves Luhut lalu membantah pernyataan Tom Lembong tersebut. Perusahaan mobil listrik milik Elon Musk itu, kata Luhut, masih menggunakan nikel untuk baterai kendaraan listriknya.
“Tidak benar pabrik Tesla di Shanghai menggunakan 100 persen LFP atau lithium ferro phosphate untuk mobil listriknya. Mereka masih tetap gunakan nickel based baterai. Jadi seperti suplai nickel based baterai itu dilakukan oleh LG Korea Selatan untuk model mobil listrik yang diproduksi Tesla di Shanghai,” ujar Luhut.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, Luhut terang-terangan mengungkapkan pemerintah akan menggandeng China mengembangkan baterai kendaraan listrik berbasis LFP. "Nah kita bersyukur LFP juga kita kembangkan dengan Tiongkok. Tadi lithium battery juga kita kembangkan dengan Tiongkok maupun dengan lain-lain," ungkap Luhut.