Bangun Pabrik CA-EDC, Chandra Asri Minta Kemudahan Impor Bahan Baku-Logistik

16 Maret 2025 18:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana Pabrik PT Chandra Asri Petrochemical Tbk Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Pabrik PT Chandra Asri Petrochemical Tbk Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Emiten petrokimia, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), meminta pemerintah memberikan sederet kemudahan kepada dunia usaha saat ini. Mulai dari impor bahan baku hingga kemudahan logistik.
ADVERTISEMENT
Direktur Legal, Hubungan Eksternal, dan Ekonomi Sirkular PT Chandra Asri Pacific, Edi Rivai, mengatakan Chandra Asri saat ini tengah membangun pabrik Chlor Alkali dan EDC - Ethylene Dichloride (CA-EDC) yang masuk ke dalam deretan Proyek Strategis Nasional (PSN). Hal ini berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2025 tentang Rencana Pengembangan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Untuk membangun pabrik CA-EDC ini, Chandra Asri menggelontorkan modal sebesar USD 800 juta atau setara dengan Rp 12,45 triliun. Sementara, total rencana investasi akan mencapai Rp15 triliun.
Edi menuturkan, Chandra Asri berharap adanya kemudahan izin impor garam industri untuk bahan baku Pabrik Chlor Alkali, ketersediaan infrastruktur jalan tol untuk logistik dan distribusi.
Lalu kepastian keamanan, perlindungan pasar dalam negeri melalui tata niaga impor soda kaustik terhadap banjirnya impor, serta adanya fasilitas pembebasan bea masuk atas mesin dan peralatan impor.
ADVERTISEMENT
“Di tengah tantangan yang dihadapi, perusahaan juga mengapresiasi insentif-insentif dari pemerintah untuk proyek CA-EDC ini seperti fasilitas tax holiday dan tax allowance. Insentif-insentif tersebut sangat krusial dalam meningkatkan kepercayaan kami untuk terus melakukan realisasi investasi di dalam negeri,” kata Edi dalam keterangannya, dikutip Minggu (16/3).
Dia menjelaskan, pembangunan pabrik CA-EDC berskala dunia ini diharapkan dapat menunjang percepatan pertumbuhan industri hilir nasional, substitusi impor soda kaustik untuk mendukung ambisi Indonesia sebagai salah satu penghasil nikel terbesar di dunia, sekaligus memposisikan diri dalam rantai nilai kendaraan listrik global.
“Dalam proyeksi 20 tahun ke depan, terhitung sejak kuartal pertama tahun 2027 saat CAA mulai beroperasi penuh, produk soda kaustik yang diimpor akan disubstitusi domestic sebesar 827 ribu ton liquid per tahun atau nilainya setara Rp 4,9 triliun per tahun,” imbuhnya.
Suasana Pabrik PT Chandra Asri Petrochemical Tbk Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Dia melanjutkan saat ini pasar EDC sudah memenuhi kebutuhan nasional, maka target pasar EDC dari CA-EDC adalah 100 persen ekspor. Sehingga, terdapat potensi penambahan devisa negara melalui ekspor EDC senilai Rp 5 triliun per tahun.
ADVERTISEMENT
Edi optimistis proyek CA-EDC ini dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia, utamanya dalam pengembangan industri kimia nasional dan membantu mencapai target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8 persen.
Peneliti INDEF Ahmad Heri Firdaus melihat pembangunan Pabrik CA-EDC memberikan multiplier effect bagi industri baterai listrik nasional. Menurut dia, nantinya Indonesia akan semakin mandiri dalam rantai suplai global EV itu dengan menjaga kemandirian produksi kaustik soda.
“Itu bisa memberikan kontribusi buat pengembangan baterai EV ini. Sehingga peranan ekspor EV dalam rantai pasar global itu semakin besar,” tutur Heri.
Dia juga menyoroti sektor Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional memerlukan tambahan investasi setidaknya 8,12 persen agar bisa mendukung pencapaian target ekonomi sebesar 8 persen.
ADVERTISEMENT
Salah satu langkah strategisnya adalah mendorong investasi di industri kimia, yang memiliki peluang besar sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional dan memiliki multiplier effect, terutama dengan dukungan pemerintah dan pertumbuhan pasar domestik.
Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Taufiek Bawazier kemudian membeberkan kontribusi sektor industri kimia, farmasi dan obat tradisional dalam perekonomian 2024.
Menurut dia, pada 2024 sektor ini tumbuh sebesar 5,86 persen, melampaui pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,03 persen. Dari sisi kontribusi terhadap devisa, capaian nilai ekspor sektor ini capai USD 17,39 miliar.
Kemudian, realisasi investasi industri kimia sepanjang tahun 2024 menyentuh angka Rp 65,76 triliun. Dia melihat, sebagai sektor strategis, produksi industri kimia memenuhi kebutuhan bahan baku bagi sektor manufakturnya lainnya seperti industri plastik dan industri tekstil.
ADVERTISEMENT
“Maka itu pentingnya demand bahan baku kimia ini perlu diisi dari produksi dalam negeri, karena tentu akan membawa dampak positif terhadap peningkatan value added, yang juga akan berujung pada penyerapan tenaga kerja,” ujarnya.
Taufiek menegaskan, kinerja industri kimia akan turut memberikan andil signfikan terhadap pertumbuhan ekonomi 8 persen pada lima tahun ke depan. “Untuk mencapai sasaran tersebut, sektor IKFT yang termasuk di dalamnya ada peran industri kimia, akan memberikan kontribusi nilai tambah sebesar Rp 46,09 triliun pada tahun 2029,” tutupnya.