Bangun Silicon Valley, RI Bisa Tiru Cara India hingga China Tarik SDM IT Andal

2 Maret 2021 12:39 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Silicon Valley, Amerika Serikat menjadi salah satu destinasi yang cocok bagi traveler canggih. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Silicon Valley, Amerika Serikat menjadi salah satu destinasi yang cocok bagi traveler canggih. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Ketatnya kompetisi membuat negara-negara di belahan dunia jor-joran mengembangkan bisnis berbasis teknologi. Berbagai kebijakan dikeluarkan buat menunjang terciptanya ekosistem dan iklim perusahaan teknologi mumpuni.
ADVERTISEMENT
Di Amerika Serikat, ada Silicon Valley alias Lembah Silikon, di selatan San Francisco. Kawasan di California ini dipenuhi oleh berbagai raksasa teknologi seperti Google, Yahoo, Apple, hingga raksasa otomotif Tesla.
Investasi untuk kawasan teknologi ini kemudian diadopsi juga oleh Israel dan India. Kawasan Bangalore di India dan Tel Aviv di Israel, disebut-sebut sebagai Silicon Valley di luar AS.
Alasan ini juga lah tampaknya menjadi pertimbangan Tesla Inc, melirik kedua negara sebagai negara tujuan investasi dalam mengembangkan mobil listrik. Pendapat ini disampaikan mantan Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar.
Padahal sebelumnya, Indonesia sudah terang-terangan membuka tangan untuk didatangi raksasa otomotif AS itu. Sampai lobi-lobi dilakukan langsung oleh Presiden Jokowi dan Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.
ADVERTISEMENT
Arcandra menyebut, Indonesia sebetulnya bahkan memang sedari awal tak masuk radar sebagai negara tujuan perusahaan yang didirikan Elon Musk itu.
"Secara logika, mereka (Tesla) akan mencari kota yang ekosistemnya mendekati apa yang ditawarkan Silicon Valley. Dua kota di dunia yang mendekati persyaratan ini adalah Tel Aviv di Israel dan Bangalore di India," tulis Arcandra di akun instagram pribadinya, dikutip kumparan, Selasa (2/3).
Ekosistem IT di kedua negara memang sudah terbilang unggul. Kedua Silicon Valley di luar AS tersebut juga telah menjadi pusat pengembangan teknologi bagi raksasa perusahaan otomotif, elektronik hingga teknologi informasi dunia.
Ilustrasi pekerja IT. Foto: Pixabay
Mercedes-Benz, Great Wall Motors, General Motors, Continental, Mahindra & Mahindra, Bosch, Delphi and Volvo sudah lebih dulu berada di Kota Bangalore. Sementara itu, Tel Aviv menjadi pusat pengembangan teknologi bagi perusahaan seperti Intel, IBM, Google, Facebook, Hewlett-Packard, Philips, Cisco Systems, Oracle Corporation, SAP, BMC Software, Microsoft, dan Motorola.
ADVERTISEMENT
Di tanah air sendiri, keinginan buat punya Silicon Valley juga sudah lama diutarakan. Ekosistem ini, menurut Menteri Riset dan Teknologi, Bambang Brodjonegoro, sangat tepat menyambut bonus demografi yang terjadi 10 tahun ke depan.
"Masa depan tampaknya mengarahkan kita mempunyai semacam Silicon Valley. Mengingat kita sedang mengalami bonus demografi yang harusnya bisa menjadi modal," ujar Bambang di pertengahan Agustus 2020
Sayangnya, hingga kini belum terlihat eksekusi dari niat tersebut. Baik di Kementerian Informatika dan Komunikasi, hingga Bappenas yang turut menjadi kementerian buat merealisasikan rencana ini.
Menurut Arcandra, ada sejumlah hal yang bisa dipelajari dari India dan Israel bila Indonesia mau menciptakan ekosistem IT serupa. Pertama memperkuat daya tarik bagi investor, di mana sebetulnya natural resources dan human resources di tanah air ia nilai cukup potensial.
ADVERTISEMENT
"Memastikan bahwa kedua aset strategis itu bisa membentuk sebuah ekosistem yang memberikan daya tarik bagi investor, tentu menjadi tantangan yang tidak mudah dibangun dalam sekejap," pungkasnya.
Selain kedua negara ini, bisa juga apa yang dikerjakan pemerintah China diadopsi dalam negeri. Demi menarik minat para pekerja IT andal, sejumlah kota di China mulai memberikan penawaran menggiurkan.
Kota Chengdu, ibu kota Provinsi Sichuan misalnya, salah satunya yang mau jor-joran. Di sana, pemerintah bahkan menyediakan gedung kantor gratis bagi pekerja IT yang mau pindah dari kota besar seperti Shanghai.
Kebijakan itu, menarik minat Liu Lei (33 tahun) meninggalkan kenyamanan di Shanghai dan membikin platform baru bernama Luccroi.
"Kualitas hidup lebih baik, biaya hidup lebih murah. Selain itu pemerintah memiliki kebijakan yang sangat bagus mendukung pengusaha muda," ujarnya kepada TechinAsia dikutip kumparan, Selasa (2/3).
ADVERTISEMENT
Tak cuma di Chengdu, ide-ide seperti ini juga dilakukan pemerintah di Kota Wuhan. Atas dasar itu, kedua kota ini mulai dilirik puluhan talenta IT buat membangun perusahaan rintisan. Di samping lingkungan kerja yang lebih nyaman, pemerintah juga menyuguhkan berbagai kebijakan lainnya seperti insentif perpajakan, akses pendanaan, hingga koneksi ke investor.