Bantah Praktik Greenwashing, Adaro Minerals Siapkan Transisi Pembangkit Hydro

10 Mei 2023 20:07 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kegiatan penambangan batubara pada perusahaan penambangan batubara di PT. Adaro Energi. Foto: Masmikha/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Kegiatan penambangan batubara pada perusahaan penambangan batubara di PT. Adaro Energi. Foto: Masmikha/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Emiten batu bara, PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) dikabarkan membangun proyek smelter aluminium menggunakan pembangkit listrik batu bara. Entitas anak PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) ini sedang membangun smelter aluminium di Kalimantan Utara (Kaltara).
ADVERTISEMENT
Mengutip Financial Times, Rabu (10/5), Adaro Energy sedang mencari pendanaan dari bank internasional untuk membiayai proyek aluminium senilai USD 2 miliar. Hal ini disebabkan kelompok lingkungan menuduh Adaro dan mitra dari Korea Selatan yaitu Hyundai melakukan greenwashing.
Greenwashing merupakan strategi pemasaran untuk menggambarkan pencitraan suatu perusahaan yang ramah lingkungan yang dianggap ‘menipu’ pelanggan. Perusahaan mengkampanyekan produknya ramah lingkungan atau sekadar mengikuti tren.
"Kita mau bilang kita bukan greenwashing, jelas-jelas kita bilang kok aluminium ini akan dibangun pembangkitnya dari batu bara. Kenapa dari batu bara? karena (pembangkit) hydro baru jadi 2030," kata Presiden Direktur Adaro Minerals Indonesia Christian Ariano Rachmat dalam konferensi pers RUPST di Hotel St Regis Jakarta, Rabu (10/5).
ADVERTISEMENT
Christian membandingkan 75 persen dari smelter aluminium di dunia dibangun dengan pembangkit batu bara. Sisanya sebesar 25 persen memakai pembangkit listrik berbasis hydro atau air di Rusia, Kanada, dan Brasil.
Ilustrasi Adaro Minerals. Foto: Adaro Minerals
"Tapi mayoritas dari aluminium itu dibuat listriknya tetap masih dari batu bara. Kita suatu hari mau buat yang namanya green aluminium tapi butuh waktu untuk nyampe sana, sampai hydro kita jadi," ujarnya.
Pembangunan smelter aluminium Adaro Minerals agar Indonesia tidak lagi mengimpor aluminium batangan (ingot). Saat ini Indonesia masih impor hampir 1 juta ton aluminium.
"Pertama negara kita gak boleh dong impor semua, bahwa pakai batu bara dulu (pembangkitnya). Kita gak bohongin orang bilang bahwa ini green aluminium, akan green aluminium tapi ada stepnya," kata Ariano.
ADVERTISEMENT
Dengan kemampuan produksi dalam negeri, Indonesia bisa menghemat devisa impor yang menembus USD 2,5 miliar setiap tahun. Apabila smelter yang dibangun Adaro Minerals mampu memproduksi aluminium hingga 1 juta ton, tidak ada lagi impor.
"Kita bukan gak mau green, kita mau green, pasti mau green tapi semua ada prosesnya," ujarnya.