Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Bantah Praktik Greenwashing, Adaro Minerals Siapkan Transisi Pembangkit Hydro
10 Mei 2023 20:07 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Mengutip Financial Times, Rabu (10/5), Adaro Energy sedang mencari pendanaan dari bank internasional untuk membiayai proyek aluminium senilai USD 2 miliar. Hal ini disebabkan kelompok lingkungan menuduh Adaro dan mitra dari Korea Selatan yaitu Hyundai melakukan greenwashing.
Greenwashing merupakan strategi pemasaran untuk menggambarkan pencitraan suatu perusahaan yang ramah lingkungan yang dianggap ‘menipu’ pelanggan. Perusahaan mengkampanyekan produknya ramah lingkungan atau sekadar mengikuti tren.
"Kita mau bilang kita bukan greenwashing, jelas-jelas kita bilang kok aluminium ini akan dibangun pembangkitnya dari batu bara. Kenapa dari batu bara? karena (pembangkit) hydro baru jadi 2030," kata Presiden Direktur Adaro Minerals Indonesia Christian Ariano Rachmat dalam konferensi pers RUPST di Hotel St Regis Jakarta, Rabu (10/5).
ADVERTISEMENT
Christian membandingkan 75 persen dari smelter aluminium di dunia dibangun dengan pembangkit batu bara. Sisanya sebesar 25 persen memakai pembangkit listrik berbasis hydro atau air di Rusia, Kanada, dan Brasil.
"Tapi mayoritas dari aluminium itu dibuat listriknya tetap masih dari batu bara. Kita suatu hari mau buat yang namanya green aluminium tapi butuh waktu untuk nyampe sana, sampai hydro kita jadi," ujarnya.
Pembangunan smelter aluminium Adaro Minerals agar Indonesia tidak lagi mengimpor aluminium batangan (ingot). Saat ini Indonesia masih impor hampir 1 juta ton aluminium.
"Pertama negara kita gak boleh dong impor semua, bahwa pakai batu bara dulu (pembangkitnya). Kita gak bohongin orang bilang bahwa ini green aluminium, akan green aluminium tapi ada stepnya," kata Ariano.
ADVERTISEMENT
Dengan kemampuan produksi dalam negeri, Indonesia bisa menghemat devisa impor yang menembus USD 2,5 miliar setiap tahun. Apabila smelter yang dibangun Adaro Minerals mampu memproduksi aluminium hingga 1 juta ton, tidak ada lagi impor.
"Kita bukan gak mau green, kita mau green, pasti mau green tapi semua ada prosesnya," ujarnya.