Banyak Progres Smelter Bauksit Tak Sesuai Kondisi Lapangan, Kok Bisa?

1 Juni 2023 12:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Unit Bisnis Pertambangan Bauksit PT ANTAM di Tayan, Kalimantan Barat. Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Unit Bisnis Pertambangan Bauksit PT ANTAM di Tayan, Kalimantan Barat. Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
ADVERTISEMENT
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan ada 7 pembangunan fasilitas pengolahan mineral atau smelter bauksit dengan progres di atas 50 persen tapi tidak sesuai dengan kondisi di lapangan.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut menyebabkan ekspor komoditas bauksit tetap akan disetop per Juni 2023, tidak seperti tembaga yang mendapatkan relaksasi ekspor hingga Mei 2024 mendatang lantaran progres smelter terhambat pandemi COVID-19.
Sekjen Asosiasi Perusahaan Industri Pengolahan & Pemurnian Indonesia (AP3I), Haykal Hubeis, mengakui terkadang progres smelter bauksit yang dilaporkan oleh verifikator independen dapat berbeda dengan kondisi di lapangan.
"Dalam pembangunan proyek-proyek smelter, terkadang terjadi perbedaan antara progres yang dilaporkan dan hasil verifikasi oleh pihak independen atau pemerintah yang disebabkan oleh beberapa faktor," ujarnya kepada kumparan, Kamis (1/6).
Haykal menyebutkan beberapa penyebabnya seperti penilaian yang berbeda, perbedaan dalam metodologi verifikasi, sumber data yang berbeda, interpretasi yang berbeda di mana pemahaman, dan pengalaman atau perspektif dapat mempengaruhi hasil akhir.
Presiden Joko Widodo umumkan kebijakan pelarangan Ekspor Bauksit di Istana Negara, Jakarta, Rabu (21/12/2022). Foto: Muchlis Jr/Biro Pers Sekretariat Presiden
"Penting untuk mencatat bahwa keputusan terkait relaksasi ekspor atau kebijakan ekspor bauksit didasarkan pada pertimbangan yang kompleks, termasuk tujuan strategis pemerintah, kebijakan industri mineral hilir, dan penilaian kondisi pembangunan smelter," jelas Haykal.
ADVERTISEMENT
Dia melanjutkan, pertimbangan tersebut juga otomatis berkaitan dengan masalah pendanaan, ketersediaan infrastruktur, serta masalah teknologi proses untuk mendorong nilai tambah produk mineral di dalam negeri.
Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif menuturkan, dari rencana pembangunan 12 smelter bauksit di Indonesia, 4 smelter di antaranya sudah beroperasi. Sementara 8 smelter masih dalam tahap pembangunan.
4 smelter yang telah beroperasi yakni PT Indonesia Chemical Alumina, PT Bintan Alumina Indonesia, PT Well Harvest Winning Alumina Refinery. dan PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (Ekspansi).
"Namun berdasarkan peninjauan di lapangan terdapat perbedaan yang sangat signifikan dengan hasil verifikator independen," ujar Arifin saat rapat dengan Komisi VII DPR, Rabu (24/5).
Dia menemukan 7 lokasi smelter yang seharusnya sudah ada pembangunan, ternyata masih berupa tanah kosong. Hal ini tidak sesuai dengan verifikasi yang menyatakan beberapa smelter sudah berprogres di atas 50 persen.
ADVERTISEMENT
"Pada 7 lokasi smelter masih berupa tanah lapang. Walaupun dinyatakan dalam laporan hasil verifikasi ditunjukkan kemajuan pembangunan sudah mencapai kisaran 32-66 persen," lanjut Arifin.
Adapun berdasarkan Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No 89 Tahun 2023, pemerintah resmi memberikan relaksasi ekspor untuk perusahaan dengan progres pembangunan smelter di atas 50 persen per Januari 2023.

Berikut 8 smelter bauksit yang masih dalam tahap pembangunan:

PT Quality Sukses Sejahtera: 65,65 persen
PT Dinamika Sejahtera Mandiri: 58,55 persen
PT Parenggean Makmur Sejahtera: 58,13 persen
PT Persada Pratama Cemerlang: 52,62 persen
PT Sumber Bumi Marau: 50,05 persen
PT Kalbar Bumi Perkasa: 37,25 persen
PT Laman Mining: 32,39 persen
PT Borneo Alumina Indonesia: 23,67 persen