Begini Progres Smelter Aluminium Milik Adaro, Target Produksi Capai 1,5 Juta Ton

13 September 2022 11:19 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kegiatan penambangan batubara pada perusahaan penambangan batubara di PT. Adaro Energi. Foto: Masmikha/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Kegiatan penambangan batubara pada perusahaan penambangan batubara di PT. Adaro Energi. Foto: Masmikha/Shutterstock
ADVERTISEMENT
PT Adaro Energy Indonesia akan membangun smelter aluminium di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara. Adapun pembangunan akan dilakukan dalam tiga tahap.
ADVERTISEMENT
Direktur Adaro Minerals Indonesia Tbk, Wito Krisnahadi, mengatakan tahap pertama, Adaro akan membangun 500 ribu ton per tahun 2022 dengan estimasi COD awal tahun 2025.
"Setelah itu kita akan bangun 500 ribu ton aluminium di akhir tahun 2026. Kita akan bangun 500 ribu ton aluminium hijau di tahun 2028. Jadi total produksi 1 juta ton aluminium untuk brown aluminium, dan 500 ribu untuk aluminium hijau pada akhir tahun 2028 – 2029,” ujar WIto dalam konferensi pers Public Expose Live, Selasa (13/9).
Wito mengatakan tahap pembangunan smelter ini masih dalam persiapan untuk pre-konstruksi. Dengan fokus pre-konstruksi, material dan alat berat bisa masuk ke lokasi.
"Kita sedang melakukan pembebasan lahan hampir 100 persen. Belanja modal (capital expenditure/capex) kita perkirakan mencapai USD 1,1 miliar," katanya.
ADVERTISEMENT
Wito mengatakan pembiayaan pembangunan smelter ditopang dari ekuitas dan utang bank. Saat ini, Adaro telah berbicara dengan beberapa bank untuk membiayai proyek ini.
Wito mengaku pihaknya telah mendapatkan soft commitment, di mana bank-bank sudah siap membiayai proyek ini. Target pemasaran produk aluminium dari smelter fokus di domestik.
“Indonesia terpaksa impor aluminium, dan kami mencoba kurangi ketergantungan impor. Sebagian kita ekspor kita ke tetangga, maupun industri,” sambung Wito.
Sementara itu, Direktur ADMR Heri Gunawan mengatakan kontribusi pembangunan smelter akan terealisasi pada tahun 2025. Pembiayaan ekuitas berasal dari dana internal perusahaan dan mitra.
“Sisa pembiayaan pembangunan smelter dari pinjaman. Kurang lebih proporsi 30-40 persen ekuitas, 60-70 pendanaan dari bank,” imbuhnya.